Perempuan dan Aksara
Senin, 11 Maret 2024 - 22:08 WIB
Probabilitasnya cukup luas. Apa pun alasannya, akan terbentuk opini di kemudian hari bahwa perempuan sulit mendapat tempat dalam sebuah komunitas. Tekanan-tekanan serupa juga diceritakan Nawal El Saadawi dalam bukunya Melawan Sistem Perbudakan (IRCiSoD, 2022).
Sejak lahir, perempuan seolah-olah tidak memiliki hak selain ‘menundukkan pandangannya’. Tidak mengherankan. Ketika perempuan benar-benar memaknai otaknya, ia akan mudah mengalahkan laki-laki, apalagi jika para laki-laki ini dicekoki slogan ‘tidak boleh kalah dari perempuan’.
Aturan-aturan akhirnya tercipta untuk membatasi gerak perempuan. Sebab, tidak dimungkiri, dengan pandangan yang lebih luas, yang lebih menyentuh langit, pikiran perempuan (tentu saja beserta hatinya) mampu menuntaskan tantangan sebesar dan seberat apa pun.
Sebaik-baiknya hidup adalah yang bermanfaat bagi banyak orang. Sangat tidak bijak jika kita mematikan potensi orang lain, terutama perempuan, hanya demi gengsi. Mengapa tidak bahu-membahu menciptakan situasi ideal dalam hidup? Ah, kita tentu tidak perlu terjebak dengan fitrah kompetitif (baca: kegemaran berperang) yang dimiliki laki-laki. Mungkin, yang perlu kita lakukan bersama-sama adalah menambah ruang untuk menempatkan rangkaian aksara tersebut agar lebih banyak lagi khalayak yang membaca. Sekian.
Sejak lahir, perempuan seolah-olah tidak memiliki hak selain ‘menundukkan pandangannya’. Tidak mengherankan. Ketika perempuan benar-benar memaknai otaknya, ia akan mudah mengalahkan laki-laki, apalagi jika para laki-laki ini dicekoki slogan ‘tidak boleh kalah dari perempuan’.
Aturan-aturan akhirnya tercipta untuk membatasi gerak perempuan. Sebab, tidak dimungkiri, dengan pandangan yang lebih luas, yang lebih menyentuh langit, pikiran perempuan (tentu saja beserta hatinya) mampu menuntaskan tantangan sebesar dan seberat apa pun.
Sebaik-baiknya hidup adalah yang bermanfaat bagi banyak orang. Sangat tidak bijak jika kita mematikan potensi orang lain, terutama perempuan, hanya demi gengsi. Mengapa tidak bahu-membahu menciptakan situasi ideal dalam hidup? Ah, kita tentu tidak perlu terjebak dengan fitrah kompetitif (baca: kegemaran berperang) yang dimiliki laki-laki. Mungkin, yang perlu kita lakukan bersama-sama adalah menambah ruang untuk menempatkan rangkaian aksara tersebut agar lebih banyak lagi khalayak yang membaca. Sekian.
(hdr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda