PATBM Libatkan Masyarakat Cegah Kekerasan Anak di Masa Pandemi Covid-19
Kamis, 13 Agustus 2020 - 13:34 WIB

Aktivis gerakan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang diinisiasi Kementerian PPPA, aktif menjalankan tugas layanan respons cepat dalam mencegah dan menanggapi kekerasan terhadap anak. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Aktivis gerakan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang diinisiasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) , aktif menjalankan tugas layanan respons cepat dalam mencegah dan menanggapi kekerasan terhadap anak. Tak terkecuali di masa pandemi Covid-19.
Deputi Bidang Perlindungan Anak Kemen PPPA Nahar mengatakan, hingga saat ini terdapat 548 aktivis PATBM yang tersebar di 1.776 desa di 342 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sebagian besar dari mereka menjadi relawan Covid-19. “Sebagai inisiator, Kementerian PPPA selalu memastikan gerakan yang melibatkan masyarakat ini dapat terus berjalan agar anak-anak dapat terlindungi,” ujar Nahar dalam diskusi daring, Rabu (12/8/2020). (Baca juga: Pemda Didorong Miliki Ruang Bermain Ramah Anak)
Dia memaparkan, ada tujuh risiko utama pada anak saat masa pandemi. Kehilangan orang tua karena terpapar Covid-19, orang tua yang kehilangan mata pencaharian, sulit mengakses layanan pendidikan berkualitas, rentan mendapat kekerasan dan eksploitasi, sulit mengakses layanan kesehatan dasar, tinggal di kawasan rawan bencana, serta terbatasnya dukungan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Kita harus tetap memastikan bahwa berbagai upaya pencegahan hingga penanganannya dapat kita lakukan agar mencegah anak menjadi korban. Beberapa contoh penanganan kekerasan terhadap anak dari Dinas PPPA membuktikan bahwa selama masa pandemi pun, unit layanan dan aktivis PATBM di daerah tetap aktif,” tegas dia. (Baca juga: Lindung Korban Kekerasan, Institut Perempuan Desak RUU PKS Dibahas Tahun Depan)
Nahar meyakini setiap daerah memiliki kebutuhan berbeda dalam memberikan perlindungan kepada anak. Karena itu, menurut dia, pentingnya saling bertukar praktik dari tiap-tiap daerah dalam pengembangan PATBM.
Deputi Bidang Perlindungan Anak Kemen PPPA Nahar mengatakan, hingga saat ini terdapat 548 aktivis PATBM yang tersebar di 1.776 desa di 342 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sebagian besar dari mereka menjadi relawan Covid-19. “Sebagai inisiator, Kementerian PPPA selalu memastikan gerakan yang melibatkan masyarakat ini dapat terus berjalan agar anak-anak dapat terlindungi,” ujar Nahar dalam diskusi daring, Rabu (12/8/2020). (Baca juga: Pemda Didorong Miliki Ruang Bermain Ramah Anak)
Dia memaparkan, ada tujuh risiko utama pada anak saat masa pandemi. Kehilangan orang tua karena terpapar Covid-19, orang tua yang kehilangan mata pencaharian, sulit mengakses layanan pendidikan berkualitas, rentan mendapat kekerasan dan eksploitasi, sulit mengakses layanan kesehatan dasar, tinggal di kawasan rawan bencana, serta terbatasnya dukungan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Kita harus tetap memastikan bahwa berbagai upaya pencegahan hingga penanganannya dapat kita lakukan agar mencegah anak menjadi korban. Beberapa contoh penanganan kekerasan terhadap anak dari Dinas PPPA membuktikan bahwa selama masa pandemi pun, unit layanan dan aktivis PATBM di daerah tetap aktif,” tegas dia. (Baca juga: Lindung Korban Kekerasan, Institut Perempuan Desak RUU PKS Dibahas Tahun Depan)
Nahar meyakini setiap daerah memiliki kebutuhan berbeda dalam memberikan perlindungan kepada anak. Karena itu, menurut dia, pentingnya saling bertukar praktik dari tiap-tiap daerah dalam pengembangan PATBM.
Lihat Juga :