Antologi Kedua Pemikiran Sudirman Said, Bergerak dengan Kewajaran
Jum'at, 01 Desember 2023 - 01:14 WIB
JAKARTA - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said meluncurkan buku antologi keduanya yang berjudul Bergerak dengan Kewajaran di Teater Salihara, Jakarta, Kamis (30/11/2023). Dalam goresannya itu, Sudirman merefleksikan beragam perhatiannya pada kehidupan publik sepanjang tahun 2016 hingga 2022.
"Perilaku gaya hidup mewah yang dipertontonkan pejabat ASN dan keluarganya atau adegan pejabat tinggi yang menjalankan bisnis sambil mengurusi tugas negara adalah sesuatu yang kerap kita lihat belakangan ini," kata Sudirman Said di sela-sela peluncuran buku.
"Belum lagi praktik-praktik tidak terpuji yang dilakukan oleh para penegak hukum. Berbagai perilaku di atas adalah sesuatu yang di luar asas kepatutan dan kewajaran yang dilakukan oleh para pemegang amanah negeri ini ternyata juga dilakukan oleh orang-orang biasa di sekitar kita," tambahnya.
Buku setebal 409 halaman ini menuturkan serangkaian peristiwa dan perilaku yang memprihatinkan tersebut seolah-olah adalah sesuatu yang 'biasa saja' atau 'wajar'. Fenomena di atas mengusik pikiran dan batin Sudirman Said yang kemudian ia tuangkan ke dalam 60 tulisan yang ia tulis selepas pengabdiannya sebagai Menteri ESDM pada tahun 2014-2016.
Pada buku antologi pertamanya yang berjudul Berpihak pada Kewajaran, lebih merefleksikan pemikiran dan perspektif Sudirman dari dalam struktur, buku kedua ini adalah refleksi dari keprihatinannya atas kondisi bangsa, namun juga berisi pemikiran, gagasan, dan harapan untuk kehidupan publik yang lebih baik.
Buku yang dirangkum oleh Agus Mokamat ini terbagi dalam enam bab dengan topik yang berbeda yang diikat benang merah yaitu tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Bab pertama, Ke-Indonesia-an yang Meng-Indonesia? Berisikan tulisan yang merefleksikan keindahan Pancasila sebagai fondasi aturan main berbangsa dan bernegara.
Bab Kedua berjudul Kepemimpinan yang Berkewajaran? berisi pandangan Sudirman Said mengenai peran pemimpin dalam mengangkat harkat bangsa, serta kerinduannya akan pemimpin yang mampu memicu semangat juang dan etos kerja masyarakat, meluruskan hal-hal yang melampaui batas kepatutan serta memberi arah pembangunan masa depan negeri.
"Demokrasi yang Menyehat?’ menjadi judul bab ketiga, berisi padangan dan harapan penulis mengenai demokrasi yang seharusnya. Demokrasi yang sehat dimana rakyat menjadi subyek dan tujuan utama. Bab “Integritas yang Mengokoh” menegaskan bahwa bangsa ini terbangun dari integritas pribadi-pribadi masyarakatnya.
"Perilaku gaya hidup mewah yang dipertontonkan pejabat ASN dan keluarganya atau adegan pejabat tinggi yang menjalankan bisnis sambil mengurusi tugas negara adalah sesuatu yang kerap kita lihat belakangan ini," kata Sudirman Said di sela-sela peluncuran buku.
"Belum lagi praktik-praktik tidak terpuji yang dilakukan oleh para penegak hukum. Berbagai perilaku di atas adalah sesuatu yang di luar asas kepatutan dan kewajaran yang dilakukan oleh para pemegang amanah negeri ini ternyata juga dilakukan oleh orang-orang biasa di sekitar kita," tambahnya.
Buku setebal 409 halaman ini menuturkan serangkaian peristiwa dan perilaku yang memprihatinkan tersebut seolah-olah adalah sesuatu yang 'biasa saja' atau 'wajar'. Fenomena di atas mengusik pikiran dan batin Sudirman Said yang kemudian ia tuangkan ke dalam 60 tulisan yang ia tulis selepas pengabdiannya sebagai Menteri ESDM pada tahun 2014-2016.
Pada buku antologi pertamanya yang berjudul Berpihak pada Kewajaran, lebih merefleksikan pemikiran dan perspektif Sudirman dari dalam struktur, buku kedua ini adalah refleksi dari keprihatinannya atas kondisi bangsa, namun juga berisi pemikiran, gagasan, dan harapan untuk kehidupan publik yang lebih baik.
Buku yang dirangkum oleh Agus Mokamat ini terbagi dalam enam bab dengan topik yang berbeda yang diikat benang merah yaitu tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Bab pertama, Ke-Indonesia-an yang Meng-Indonesia? Berisikan tulisan yang merefleksikan keindahan Pancasila sebagai fondasi aturan main berbangsa dan bernegara.
Bab Kedua berjudul Kepemimpinan yang Berkewajaran? berisi pandangan Sudirman Said mengenai peran pemimpin dalam mengangkat harkat bangsa, serta kerinduannya akan pemimpin yang mampu memicu semangat juang dan etos kerja masyarakat, meluruskan hal-hal yang melampaui batas kepatutan serta memberi arah pembangunan masa depan negeri.
"Demokrasi yang Menyehat?’ menjadi judul bab ketiga, berisi padangan dan harapan penulis mengenai demokrasi yang seharusnya. Demokrasi yang sehat dimana rakyat menjadi subyek dan tujuan utama. Bab “Integritas yang Mengokoh” menegaskan bahwa bangsa ini terbangun dari integritas pribadi-pribadi masyarakatnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda