Menanti Suara Kritis Dokter Indonesia dari Kota Kendari
Senin, 20 November 2023 - 16:25 WIB
Paslon nomor urut 2 dengan visi: “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045” dengan delapan misi yang disebutnya Asta Cita. Secara spesifik misi tentang kesehatan dapat ditemukan pada Misi 4, yakni: Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Pembicaraan tentang kesehatan pun dapat dijumpai di dalam “Delapan Program Hasil Terbaik,” misalnya : 1) Memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil; 2) Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis, menurunkan kasus TBC 50% dalam lima tahun dan bangun rumah sakit lengkap berkualitas di kabupaten; 3) Melanjutkan pembangunan infrastruktur desa, bantuan langsung tunai (BLT), dan menyediakan rumah murah bersanitasi baik untuk yang membutuhkan.
Pun dapat ditemukan di dalam “17 Program Prioritas,” yang secara khusus terkait: 1) Mencapai swasembada pangan, energi, dan air; 2) Menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia; 3) Peningkatan BPJS Kesehatan dan penyediaan obat untuk rakyat, penguatan kesetaraan gender dan perlindungan hak perempuan, anak, serta penyandang disabilitas,dan lain-lain.
Sementara untuk paslon nomor urut 3 memilih visi: “Menuju Indonesia Unggul; Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari.” Pun disertai dengan delapan misi yang disebutnya “Delapan Gerak Cepat Ganjar dan Mahfud MD”.
Misi kesehatan Paslon nomor urut 3 ini dapat dijumpai pada Misi 1, yakni: Mempercepat pembangunan manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif, dan berkepribadian, dan Misi 6: Mempercepat perwujudan lingkungan yang berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru.
Pertanyaanya, apanya dari dari visi dan misi ketiga Paslon tersebut yang mau dikritisi dan diberi masukan? Hemat penulis yang perlu diberi masukan adalah terkait: Pertama, apakah program kesehatannya merupakan kebutuhan riil dari masyarakat Indonesia atau hanyalah sekumpulan keinginan paslon saja. Kedua, apakah program kesehatanya tersebut mampu laksana secara berkelanjutan?
Ketiga, apakah setelah dilaksanakan memang mampu memberi daya ungkit untuk peningkatan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Keempat, apakah ada program sektor lain yang mendukung pembangunan? Kelima, apakah ada program sektor lain yang berdampak buruk kepada kesehatan masyarakat Indonesia (tidak berwawasan kesehatan)? Dan seterusnya.
Karena itu, penulis sangat berharap Rakernas IDI yang dihadiri banyak kaum profesional dan cerdik pandai ini dapat mengkaji dan mendebatkannya visi dan misi kesehatan ketiga Paslon tersebut.
Mengapa IDI? Sebab, pertama, secara de facto IDI-lah satu-satunya organisai profesi dokter yang ada di Indonesia. IDI-lah yang merupapan refresentasi dokter Indonesia secara nasional dan maupun internasional. Kedua, IDI beranggotakan para sajana, yang profesional dan cerdik pandai. Ketiga, karena dengan memberi masukan dan analisa kritis maka IDI telah melaksanakan meaningful participation dokter Indonesia.
Dan, suara kritis IDI tersebut seharusnya dimaknai oleh ketiga Paslon sebagai sumbangsih IDI bagi proses demokrasi dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Bukankah meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera adalah salah satu tujuan IDI. Selaras pula dengan tema Rakernas, yang ingin agar IDI bangkit dan bersatu untuk rakyat Indonesia.
Pembicaraan tentang kesehatan pun dapat dijumpai di dalam “Delapan Program Hasil Terbaik,” misalnya : 1) Memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil; 2) Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis, menurunkan kasus TBC 50% dalam lima tahun dan bangun rumah sakit lengkap berkualitas di kabupaten; 3) Melanjutkan pembangunan infrastruktur desa, bantuan langsung tunai (BLT), dan menyediakan rumah murah bersanitasi baik untuk yang membutuhkan.
Pun dapat ditemukan di dalam “17 Program Prioritas,” yang secara khusus terkait: 1) Mencapai swasembada pangan, energi, dan air; 2) Menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia; 3) Peningkatan BPJS Kesehatan dan penyediaan obat untuk rakyat, penguatan kesetaraan gender dan perlindungan hak perempuan, anak, serta penyandang disabilitas,dan lain-lain.
Sementara untuk paslon nomor urut 3 memilih visi: “Menuju Indonesia Unggul; Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari.” Pun disertai dengan delapan misi yang disebutnya “Delapan Gerak Cepat Ganjar dan Mahfud MD”.
Misi kesehatan Paslon nomor urut 3 ini dapat dijumpai pada Misi 1, yakni: Mempercepat pembangunan manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif, dan berkepribadian, dan Misi 6: Mempercepat perwujudan lingkungan yang berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru.
Pertanyaanya, apanya dari dari visi dan misi ketiga Paslon tersebut yang mau dikritisi dan diberi masukan? Hemat penulis yang perlu diberi masukan adalah terkait: Pertama, apakah program kesehatannya merupakan kebutuhan riil dari masyarakat Indonesia atau hanyalah sekumpulan keinginan paslon saja. Kedua, apakah program kesehatanya tersebut mampu laksana secara berkelanjutan?
Ketiga, apakah setelah dilaksanakan memang mampu memberi daya ungkit untuk peningkatan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Keempat, apakah ada program sektor lain yang mendukung pembangunan? Kelima, apakah ada program sektor lain yang berdampak buruk kepada kesehatan masyarakat Indonesia (tidak berwawasan kesehatan)? Dan seterusnya.
Karena itu, penulis sangat berharap Rakernas IDI yang dihadiri banyak kaum profesional dan cerdik pandai ini dapat mengkaji dan mendebatkannya visi dan misi kesehatan ketiga Paslon tersebut.
Mengapa IDI? Sebab, pertama, secara de facto IDI-lah satu-satunya organisai profesi dokter yang ada di Indonesia. IDI-lah yang merupapan refresentasi dokter Indonesia secara nasional dan maupun internasional. Kedua, IDI beranggotakan para sajana, yang profesional dan cerdik pandai. Ketiga, karena dengan memberi masukan dan analisa kritis maka IDI telah melaksanakan meaningful participation dokter Indonesia.
Dan, suara kritis IDI tersebut seharusnya dimaknai oleh ketiga Paslon sebagai sumbangsih IDI bagi proses demokrasi dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Bukankah meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera adalah salah satu tujuan IDI. Selaras pula dengan tema Rakernas, yang ingin agar IDI bangkit dan bersatu untuk rakyat Indonesia.
tulis komentar anda