Dapat Karma, Jenderal Kopassus Orang Kepercayaan Jokowi Ini Meneteskan Air Mata
Minggu, 05 November 2023 - 06:30 WIB
Baca Juga
Permohonannya untuk menjadi tentara itu dilontarkan Paulus pertama kali saat Luhut menjadi Duta Besar (Dubes) RI untuk Singapura pada 1999. Tidak pungkiri, keinginan Paulus menjadi seorang tentara tidak lepas dari pengalamannya saat diajak kemanapun ayahnya bertugas. Luhut bahkan pernah membawa Paulus ke Timor Timur (Timtim) sekarang bernama Timor Leste.
”Barangkali kenangan itulah yang terpatri dalam benak Paulus. Bahwa menjadi militer itu sesuatu yang keren dan gagah,” ujar Luhut dikutip dari buku bigorafi Luhut Binsar Pandjaitan berjudul “Luhut” dikutip SINDOnews, Minggu (5/11/2023).
Permintaan itupun ditolak mentah-mentah oleh Luhut meskipun Paulus sudah memohonnya dengan menangis agar direstui menjadi seorang tentara. ”Pokoknya dia harus jadi seorang Sarjana,” tegas mantan Dansat 81 Kopassus ini.
Meski dilarang, namun hal itu tidak pernah mengendorkan niat Paulus untuk menjadi tentara. Mengikuti keinginan Luhut, Paulus memang mendaftar di Universitas Pelita Harapan (UPH), dan lulus sebagai Sarjana Hukum, empat tahun kemudian.
Menjelang wisuda pada 2002, Paulus kembali meminta waktu untuk berbicara dengan Luhut. Saat itu, Paulus kembali meminta izin ayahnya agar diperbolehkan masuk tentara. Luhut menjawab sudah terlambat bagi Paulus untuk masuk Akmil karena bakal tertinggal empat tahun di belakang teman-teman seangkatannya.
Mantan Danrem terbaik se-Indonesia ini justru menyarankan agar Paulus mengambil S2 di Amerika Serikat. Namun, Paulus bersikeras dan menyatakan masih memiliki minat untuk menjadi tentara. "Kau masuk tentara mau diapain kau nanti?" kata Luhut membatin.
Luhut menghadiri kelulusan Paulus dari Seskoad USA di Kansas, Amerika. Foto/ist
Luhut menyadari dirinya sangat keras menentang kemauan Paulus sampai dia menangis pada ibunya. Namun, Luhut tetap bersikukuh supaya putra tercintanya itu menjadi sarjana saja. Di balik sikap tegas itu, sebenarnya Luhut menyimpan rasa sedih yang mendalam. Sebagai seorang ayah, Luhut tidak mau melihat anaknya nanti mengalami kesusahan seperti yang pernah dialaminya sebagai tentara. Maka, kemudian Luhut berpikir, menjadi pengusaha atau politisi adalah jalan yang lebih baik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda