Menjadi Santri yang Sadar Politik

Sabtu, 21 Oktober 2023 - 14:15 WIB
Dengan arti yang sederhana, kehidupan sehari-hari kita tidak bisa dilepaskan dari politik. Karena siapa yang menguasai politik, dialah yang akan mengatur. Pun sebaliknya, siapa yang tidak menguasasi politik, dia akan diatur (dikendalikan).

Dengan demikian, menjadi santri yang melek politik adalah keharusan. Bagaimanapun juga, santri adalah bagian dari “zoon politicon” atau “personal is political”. Ya, setiap manusia adalah politis, tak terkecuali santri. Dengan demikian, setiap santri punya posisi pilitis, kepentingan politis yang sekaligus digunakan untuk kepentingan politik. Dalam konteks ini, santri sama seperti indvidu-invidu lainnya, yakni keberadaannya adalah objek sekaligus subjek politik. Suka tidak suka, mau tidak mau, santri tidak bisa lepas dari hiruk pikuk politik.

Membumikan Politik Santri

Dalam konteks negara demokrasi yang dianut Indonesia, politik menjadi panglima dalam perjalanan bangsa. Dan, dalam hal yang bersamaan pula, keterlibatan santri tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, peran santri dalam pembentukan bangsa ini pun menjadi salah satu aksi politik yang tak bisa dinafikan.

Politik santri memiliki nilai-nilai yang selalu dijunjung tinggi, karena politik santri selalu berpegang pada kaidah fikih tasharruful imam ala al-ra'iyah manutun bi al-maslahah yang berarti kebijakan pemimpin kepada rakyatnya itu harus sesuai dengan kemaslahatan dan kesejahteraan yang ia berikan kepada rakyatnya. Dengan arti sederhana, politik santri adalah cara untuk mencari wasilah (akses) dalam rangka mengatasi masalah (problem) agar menjadi maslahah (manfaat).

Dengan demikian, politik santri adalah politik perjuangan sebagaimana yang ditorehkan oleh para masyayikh untuk republik ini. Secara bersamaan, politik santri adalah politik dengan tujuan mulia; menjaga akidah ahlussunnah wal jamaah, memperkuat jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU), menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menebar rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.

Oleh karenanya, politik santri itu berpegang teguh pada kultur siyasah dalam upaya menjadi jangkar NKRI. Dengan arti yang sederhana, kehadiran santri dalam politik harus menjadi penyeimbang dua kutub kelompok politik yang kerap berseteru dengan mengataskanaman kaum nasionalis dan agamis.

Menjadi peredam dalam dua kutub politik adalah ijtihad politik santri yang disandarkan pada khazanah pengetahuan pesantren dalam membangun bangsa dan negara. Kultur keagamaan, tradisi dan kearifan lokal menjadikan santri dengan mudah memahami bahwa Islam dan Pancasila berada pada satu tarikan nafas. Ya, menjadi santri sejatinya menjadi umat beragama yang nasionalis sekaligus menjadi warga negara yang agamis.

Nah, memasuki zaman yang serba terbuka dan serba cepat ini, kehadiran politik santri sangat penting untuk menjadi penengah dalam mengurai ketegangan-ketegangan yang terjadi, lebih-lebih di tahun politik ini.
(cip)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More