Transfer Teknologi bagi Kemandirian Pertahanan
Senin, 11 September 2023 - 13:00 WIB
Kehadiran Mirage melalui kecanggihan teknologinya mampu menjawab kekhawatiran terhadap kegunaan pembelian pesawat tempur bekas. Mirage penting untuk mengisi kekosongan sementara waktu selama masa penantian kedatangan Rafale yang diperkirakan paling cepat baru datang sekitar tiga tahun ke depan. Dan jika ditotal dengan jangka waktu persiapan operasional penggunaannya, bahkan masih membutuhkan waktu sekitar lima tahun.
Pada masa tunggu inilah Mirage 2000-5 merupakan alutsista udara paling potensial dalam membangun kekuatan penangkal sementara (interim deterrent) untuk menggetarkan lawan. Nilai plus lainnya adalah jam terbangnya yang masih rendah, sehingga Mirage dari Qatar ini diprediksi masih bisa digunakan untuk 15 hingga 20 tahun mendatang.
Pentingnya Transfer Teknologi
Terdapat dua hal penting terkait pembelian Rafale dan F-15. Pertama, term pembayarannya terhadap tagihan sekitar Rp300 triliun diharapkan berjalan lancar dan tidak menimbulkan persoalan baru bagi perekonomian domestik. Kedua, kontrak perjanjian transfer teknologinya harus diimplementasikan dengan benar agar menguntungkan Indonesia.
Meski mulanya membutuhkan banyak pengeluaran untuk mengimport alutsista, transfer teknologi penting bagi kebutuhan produksi alutsista domestik, memperluas pasar, dan menjadi produsen utama di kawasan. Jika ingin memiliki kemandirian pertahanan berkelanjutan, Indonesia harus memastikan transfer teknologinya dalam setiap kontrak pembelian alutsista, baik itu untuk alutsista baru maupun bekas.
Keharusannya perlu ditegaskan melalui klausul khusus dalam setiap dokumen kontrak pembelian dan kerjasama guna mengukuhkan legitimasinya serta memastikan bahwa teknologi yang ditransfer memang sudah teruji.
Sebagai konsumen alutsista terbesar Prancis, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dalam memastikan transfer teknologinya. Jika pembeliannya dari pihak ke-3, maka penjual harus bekerjasama dengan produsen asal untuk mentransfer teknologinya. Seandainya produsen keberatan, Indonesia perlu mengalihkan pembeliannya ke produsen lain yang bersedia melakukan transfer teknologi.
Jika tak ada produsen yang bersedia, reverse engineering terhadap produk alutsista impor dapat dilakukan sebagaimana dilakukan sejumlah negara seperti, China, India, Turki, maupun Korea Selatan. Bahkan, baru-baru ini India membeli pesawat tempur Mirage bekas dari Prancis hanya untuk mempreteli suku cadangnya guna memperbaiki pesawat yang sudah ada.
Meskipun melanggar Hak Paten, sejumlah negara melakukan langkah tersebut demi kepentingan nasional mereka. Caranya, membeli beberapa perangkat alutsista asli dari negara produsen, lalu mempelajari prinsip teknologinya melalui pemisahan perangkat mesin alutsista, dan menganalisis cara kerjanya. Atau, jika informasi pembuatan produk asli tidak tersedia karena memang dirahasiakan oleh produsennya, hilang, atau rusak, bisa dengan menciptakan perangkat alutsista baru yang memiliki cara kerja serupa.
Membangun kemandirian pertahanan ini penting untuk mengurangi ketergantungan. Indonesia harus berani dan tegas menuntut transfer teknologi sejak awal. Jika tidak, impor alutsista secara massif hanya semakin meningkatkan ketergantungan terhadap negara maju dan merugikan kepentingan nasional.
Pada masa tunggu inilah Mirage 2000-5 merupakan alutsista udara paling potensial dalam membangun kekuatan penangkal sementara (interim deterrent) untuk menggetarkan lawan. Nilai plus lainnya adalah jam terbangnya yang masih rendah, sehingga Mirage dari Qatar ini diprediksi masih bisa digunakan untuk 15 hingga 20 tahun mendatang.
Pentingnya Transfer Teknologi
Terdapat dua hal penting terkait pembelian Rafale dan F-15. Pertama, term pembayarannya terhadap tagihan sekitar Rp300 triliun diharapkan berjalan lancar dan tidak menimbulkan persoalan baru bagi perekonomian domestik. Kedua, kontrak perjanjian transfer teknologinya harus diimplementasikan dengan benar agar menguntungkan Indonesia.
Meski mulanya membutuhkan banyak pengeluaran untuk mengimport alutsista, transfer teknologi penting bagi kebutuhan produksi alutsista domestik, memperluas pasar, dan menjadi produsen utama di kawasan. Jika ingin memiliki kemandirian pertahanan berkelanjutan, Indonesia harus memastikan transfer teknologinya dalam setiap kontrak pembelian alutsista, baik itu untuk alutsista baru maupun bekas.
Keharusannya perlu ditegaskan melalui klausul khusus dalam setiap dokumen kontrak pembelian dan kerjasama guna mengukuhkan legitimasinya serta memastikan bahwa teknologi yang ditransfer memang sudah teruji.
Sebagai konsumen alutsista terbesar Prancis, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dalam memastikan transfer teknologinya. Jika pembeliannya dari pihak ke-3, maka penjual harus bekerjasama dengan produsen asal untuk mentransfer teknologinya. Seandainya produsen keberatan, Indonesia perlu mengalihkan pembeliannya ke produsen lain yang bersedia melakukan transfer teknologi.
Jika tak ada produsen yang bersedia, reverse engineering terhadap produk alutsista impor dapat dilakukan sebagaimana dilakukan sejumlah negara seperti, China, India, Turki, maupun Korea Selatan. Bahkan, baru-baru ini India membeli pesawat tempur Mirage bekas dari Prancis hanya untuk mempreteli suku cadangnya guna memperbaiki pesawat yang sudah ada.
Meskipun melanggar Hak Paten, sejumlah negara melakukan langkah tersebut demi kepentingan nasional mereka. Caranya, membeli beberapa perangkat alutsista asli dari negara produsen, lalu mempelajari prinsip teknologinya melalui pemisahan perangkat mesin alutsista, dan menganalisis cara kerjanya. Atau, jika informasi pembuatan produk asli tidak tersedia karena memang dirahasiakan oleh produsennya, hilang, atau rusak, bisa dengan menciptakan perangkat alutsista baru yang memiliki cara kerja serupa.
Membangun kemandirian pertahanan ini penting untuk mengurangi ketergantungan. Indonesia harus berani dan tegas menuntut transfer teknologi sejak awal. Jika tidak, impor alutsista secara massif hanya semakin meningkatkan ketergantungan terhadap negara maju dan merugikan kepentingan nasional.
Lihat Juga :
tulis komentar anda