Pemuda Episentrum Persatuan
Rabu, 16 Agustus 2023 - 15:56 WIB
Dengan komposisi bonus demografi yang di dalamnya didominasi penduduk berusia muda membuat posisi kaum muda menjadi sangat menentukan, Ini dikarenakan perjalanan bangsa menuju satu abad Indonesia merdeka di 2045 mendatang, sangat ditopang oleh kemampuan generasi muda Indonesia. Sebagai tulang punggung dari bangsa ini kedepan, pemuda harus mampu mengambil peranan aktif dalam agenda penting pembangunan.
Menuju Indonesia Emas 2045
Ada harapan ketika menginjak satu abad usia kemerdekaan bangsa Indonesia, pada 2045 mendatang, telah menjadi negara maju yang mandiri, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), dan melestarikan kearifan lokal dan menjaga lingkungan hidup di tengah “perlombaan” bangsa-bangsa menjalankan pembangunan. Harapan tersebut bersemi dalam diri pemuda/i Indonesia sebagai pemegang estafet kepemimpinan di masa mendatang.
Harapan menjadi negara maju bukanlah mimpi yang tidak menemukan pijakannya di bumi Nusantara. Pasalnya, berdasarkan laporan dari International Monetary Fund (IMF), per 2 November 2022, perekonomian Indonesia masuk ke dalam 20 besar negara dengan ekonomi besar. Apalagi dengan potensi sumberdaya alam dan bonus demografi, peluang mewujudkan harapan menjadi negara maju, sangat terbuka luas, sejauh potensi tersebut dikelola dengan baik.
Pembacaan terhadap bonus demografi sejatinya tidak cukup kalau hanya dipahami sebatas transformasi struktur usia penduduk. Cara pandang semacam ini mereduksi potensi yang inheren dalam diri setiap pemuda yang dicirikan oleh pandangan yang visioner, inovatif, berkarakter dan memiliki optimisme yang tinggi. Karena itu kaum muda harus dilihat dari perspektif alternatif dalam jagad diskursus bonus demografi bangsa ini.
Melampaui pembacaan yang terpusat pada urusan usia, dalam paradigma alternatif, bonus demografi lebih ditekankan pada konfigurasi tingkat pendidikan dari segenap penduduk (Wolfgang Lutz, et.al., 2019). Dengan cara pandang ini, maka, peluang bonus demografi tidak dilihat melalui aspek keterampilan manusia (human capital).
Keterampilan menjadi kompas yang akan menuntun seseorang untuk mengambil peran luas dalam kehidupan sosial. Sehingga konstruksi politik terhadap kaum muda dilihat dalam konteks optimisme sebagai kekuatan.
Oleh karenanya, muda pengertian ini, mengacu kepada mindset, pola pikir dan cara pandang dalam memahami masa depan bangsanya mencapai asa ideal Indonesia emas 2045. Konsekuensinya, kaum muda bisa menjadi objek di satu sisi, sekaligus subjek pada sisi lainnya. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang punya kesempatan yang sama mendapat pendidikan dan pekerjaan.
Paling tidak, ada tiga hal yang bisa dilakukan generasi muda dalam konteks menuju Indonesia maju. Pertama, dalam aspek pengembangan sumber daya manusia.
Para generasi muda Indonesia yang terampil dan terdidik dapat berperan serta dalam mendorong akselerasi pendidikan rakyat yang merata berdasarkan dengan kapasitasnya, seperti mendirikan komunitas-komunitas “edukasi” informal. Aksi-aksi programatik yang demikian tergolong lebih muda di tengah revolusi digital.
Menuju Indonesia Emas 2045
Ada harapan ketika menginjak satu abad usia kemerdekaan bangsa Indonesia, pada 2045 mendatang, telah menjadi negara maju yang mandiri, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM), dan melestarikan kearifan lokal dan menjaga lingkungan hidup di tengah “perlombaan” bangsa-bangsa menjalankan pembangunan. Harapan tersebut bersemi dalam diri pemuda/i Indonesia sebagai pemegang estafet kepemimpinan di masa mendatang.
Harapan menjadi negara maju bukanlah mimpi yang tidak menemukan pijakannya di bumi Nusantara. Pasalnya, berdasarkan laporan dari International Monetary Fund (IMF), per 2 November 2022, perekonomian Indonesia masuk ke dalam 20 besar negara dengan ekonomi besar. Apalagi dengan potensi sumberdaya alam dan bonus demografi, peluang mewujudkan harapan menjadi negara maju, sangat terbuka luas, sejauh potensi tersebut dikelola dengan baik.
Pembacaan terhadap bonus demografi sejatinya tidak cukup kalau hanya dipahami sebatas transformasi struktur usia penduduk. Cara pandang semacam ini mereduksi potensi yang inheren dalam diri setiap pemuda yang dicirikan oleh pandangan yang visioner, inovatif, berkarakter dan memiliki optimisme yang tinggi. Karena itu kaum muda harus dilihat dari perspektif alternatif dalam jagad diskursus bonus demografi bangsa ini.
Melampaui pembacaan yang terpusat pada urusan usia, dalam paradigma alternatif, bonus demografi lebih ditekankan pada konfigurasi tingkat pendidikan dari segenap penduduk (Wolfgang Lutz, et.al., 2019). Dengan cara pandang ini, maka, peluang bonus demografi tidak dilihat melalui aspek keterampilan manusia (human capital).
Keterampilan menjadi kompas yang akan menuntun seseorang untuk mengambil peran luas dalam kehidupan sosial. Sehingga konstruksi politik terhadap kaum muda dilihat dalam konteks optimisme sebagai kekuatan.
Oleh karenanya, muda pengertian ini, mengacu kepada mindset, pola pikir dan cara pandang dalam memahami masa depan bangsanya mencapai asa ideal Indonesia emas 2045. Konsekuensinya, kaum muda bisa menjadi objek di satu sisi, sekaligus subjek pada sisi lainnya. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang punya kesempatan yang sama mendapat pendidikan dan pekerjaan.
Paling tidak, ada tiga hal yang bisa dilakukan generasi muda dalam konteks menuju Indonesia maju. Pertama, dalam aspek pengembangan sumber daya manusia.
Para generasi muda Indonesia yang terampil dan terdidik dapat berperan serta dalam mendorong akselerasi pendidikan rakyat yang merata berdasarkan dengan kapasitasnya, seperti mendirikan komunitas-komunitas “edukasi” informal. Aksi-aksi programatik yang demikian tergolong lebih muda di tengah revolusi digital.
tulis komentar anda