Pemuda Episentrum Persatuan

Rabu, 16 Agustus 2023 - 15:56 WIB
Reinventing Kaum Muda

Kolonialisme telah lama lenyap dari bumi Nusantara. Kolonialisme kini tidak lagi menjadi problem yang hendak menghalangi perjalanan Indonesia dalam mencapai tujuan luhur yang didambakan oleh segenap komponen bangsa, yakni social justice. Social justice bukan hanya berkenaan dengan urusan ekonomi atau hukum an-sich, melainkan dimaknai secara luas dalam konteks kehidupan sosial masyarakat yang di dalamnya mencakup banyak hal: budaya hingga agama.

Kiprah kaum muda, tentunya, bukan semata cerita yang terpotret di literatur-literatur sejarah. Sebaliknya, membincangkan peran generasi muda tidak berarti dimaknai sebagai romantisme dari trayektori sejarah bangsa ini.

Membincangkan pemuda merupakan upaya menelaah pemikiran dan legacy yang dapat dijadikan titik tolak bagi generasi hari ini. Dengan demikian, membincangkan kaum muda adalah untuk menggali dan menemukan relevansinya untuk menuju satu abad Indonesia merdeka pada 2045.

Dewasa ini, bangsa Indonesia telah memasuki sebuah era yang dikenal dengan term bonus demografi (demography dividend). Di mana mayoritas penduduknya berada dalam usia produktif dari pada usia yang tidak produktif. Dalam literatur, fenomena bonus demografi, merujuk pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang bermula dari transformasi struktur usia penduduknya akibat adanya peralihan angka-angka kematian dan kelahiran (Jeffrey G Williamson, 2013).

Berdasarkan data Dukcapil Kemendagri (2022), tercatat kalau penduduk Indonesia per Juni 2022, mencapai 275,36 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, sebanyak 69,3% adalah penduduk usia produktif, sementara 30,7% merupakan tidak produktif. Era ini di proyeksi berlangsung dalam kurun waktu 2012 hingga tahun 2035, di mana momen puncaknya akan terjadi pada 2020 sampai 2030 (BPS, 2022).

Dalam sejarah suatu bangsa, momentum bonus demografi hanyalah muncul sekali dalam sejarah peradaban suatu bangsa. Artinya kesempatan langka ini harus mampu dimanfaatkan dan diberdayakan seoptimal mungkin agar peluang tersebut menjadi berkah, bukan sebaliknya: petaka! Tentu saja, peluang tersebut itu memiliki dimensi yang kompleks, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan urusan pembangunan ekonomi.

Karena itu, pemanfaatan peluang bonus demografi, hendaknya bertumpu ke dalam perencanaan-perencanaan yang komprehensif. Pemerintah tidak hanya dituntut agar memperluas kesempatan kerja, namun di luar itu, akses pada pendidikan berkualitas serta layanan kesehatan - utamanya, bagi ibu-ibu yang melahirkan dan menyusui - juga perlu ditingkatkan sebagai ikhtiar dalam membina potensi generasi masa depan Indonesia.

Bagaimanapun juga bonus demografi layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi peluang strategis dalam mendorong akselerasi pembangunan dengan catatan kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan.

Di sisi yang lain, manakala kesempatan itu gagal dimanfaatkan, bisa memicu petaka yang ditandai oleh lahirnya pengangguran massal yang pada gilirannya akan menambah beban negara. Apalagi mayoritas penduduk yang berkategori produktif adalah anak muda.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More