Bercerita Penulis Ternama Menjadi ’Korban’ Tradisi Keluarga
Selasa, 01 Agustus 2023 - 12:52 WIB
Marga T adalah salah satu dari sedikit penulis Indonesia yang berhasil menjual lebih dari 1 juta eksemplar buku karyanya. Karena pencapaiannya itu ia mendapatkan penghargaan dari Gramedia, di mana ia sering memublikasikan bukunya.
Marga T juga menerima Anugerah Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai seorang Pencipta, Pelopor dan Pembaru Karya Fiksi Indonesia di tahun 1995.
Marga T tidak mau mengekspose dirinya supaya kehidupan pribadinya tidak terganggu oleh para penggemarnya. Ia memilih untuk tidak menjadi megalomania. Dengan tidak terekspose ia bisa leluasa naik bis kota kemana-mana.
Meski seorang penulis terkenal, tetapi kehidupan pribadi Marga T tidak banyak diketahui khalayak. Dan ternyata, ia menyimpan sebuah kepahitan yang menggerogoti hidupnya. Ia mengalami trauma yang menghantuinya sejak remaja.
baca juga: Syarat dan Cara Mendapatkan Buku Nasab Rabithah Alawiyah
Melalui bukunya If Only, Marga T mengungkapkan semua kepedihan hidupnya yang selama ini tersembunyi. Dokter lulusan Trisakti (dulu Universitas Respublica) ini mengalami trauma masa kecil karena dianggap sebagai biang meninggalnya sang mama.
“Seandainya kamu lahir laki-laki maka ibumu tak akan mati karena terus berusaha melahirkan anak.” Demikianlah selalu dikatakan. Kematian ibunya adalah akibat kesalahannya lahir sebagai perempuan. Sejak saat itu, Marga T hidup dalam trauma masa kecilnya. Trauma inilah yang diindikasi menyebabkan ia menderita kanker di masa tuanya.
Meski ia lahir dalam keluarga terpelajar, namun Marga T tak bisa menghindari tragedi. Ayahnya adalah seorang yang terpelajar dan sempat tinggal di Belanda. Namun sang ayah sangat memegang teguh budaya China, di mana hanya anak lelaki yang melanjutkan generasi.
Anak lelakilah yang akan meneruskan marga dari sang ayah, dan anak perempuan tidak. Itulah sebabnya orang tua Marga T terus menerus berusaha untuk punya anak lelaki. Sampai akhirnya sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak yang keenam. Semua anak yang dilahirkan ibunya adalah perempuan.
baca juga: Pelajar Indonesia Terbitkan Buku tentang Burung di Singapura
Marga T juga menerima Anugerah Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai seorang Pencipta, Pelopor dan Pembaru Karya Fiksi Indonesia di tahun 1995.
Marga T tidak mau mengekspose dirinya supaya kehidupan pribadinya tidak terganggu oleh para penggemarnya. Ia memilih untuk tidak menjadi megalomania. Dengan tidak terekspose ia bisa leluasa naik bis kota kemana-mana.
Meski seorang penulis terkenal, tetapi kehidupan pribadi Marga T tidak banyak diketahui khalayak. Dan ternyata, ia menyimpan sebuah kepahitan yang menggerogoti hidupnya. Ia mengalami trauma yang menghantuinya sejak remaja.
baca juga: Syarat dan Cara Mendapatkan Buku Nasab Rabithah Alawiyah
Melalui bukunya If Only, Marga T mengungkapkan semua kepedihan hidupnya yang selama ini tersembunyi. Dokter lulusan Trisakti (dulu Universitas Respublica) ini mengalami trauma masa kecil karena dianggap sebagai biang meninggalnya sang mama.
“Seandainya kamu lahir laki-laki maka ibumu tak akan mati karena terus berusaha melahirkan anak.” Demikianlah selalu dikatakan. Kematian ibunya adalah akibat kesalahannya lahir sebagai perempuan. Sejak saat itu, Marga T hidup dalam trauma masa kecilnya. Trauma inilah yang diindikasi menyebabkan ia menderita kanker di masa tuanya.
Meski ia lahir dalam keluarga terpelajar, namun Marga T tak bisa menghindari tragedi. Ayahnya adalah seorang yang terpelajar dan sempat tinggal di Belanda. Namun sang ayah sangat memegang teguh budaya China, di mana hanya anak lelaki yang melanjutkan generasi.
Anak lelakilah yang akan meneruskan marga dari sang ayah, dan anak perempuan tidak. Itulah sebabnya orang tua Marga T terus menerus berusaha untuk punya anak lelaki. Sampai akhirnya sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak yang keenam. Semua anak yang dilahirkan ibunya adalah perempuan.
baca juga: Pelajar Indonesia Terbitkan Buku tentang Burung di Singapura
tulis komentar anda