Pemilu 2024 dan Pentingnya Komitmen Melindungi Seluruh Warga Negara
Rabu, 12 Juli 2023 - 12:22 WIB
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Lecturer International Relations Study Programs, President University, Indonesia
Tahun 2024 akan menjadi tonggak penting bagi demokrasi Indonesia dengan adanya pemilihan presiden dan parlemen. Namun, apakah perkembangan Indonesia dalam berbagai aspek sudah mencapai tujuan demokrasi, perdamaian, dan kemakmuran masih perlu untuk lebih dipelajari?
Dalam pemilu sebelumnya, masyarakat selalu khawatir tentang kemungkinan terjadinya kekerasan, terutama terhadap kelompok minoritas seperti orang Tionghoa . Apakah mereka akan menjadi sasaran kekerasan lagi kali ini?
Pemilihan presiden seringkali disertai dengan berbagai desas-desus yang mengklaim bahwa beberapa partai politik melindungi kepentingan orang Tionghoa atau memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis. Mengapa istilah "orang Tionghoa" menjadi sensitif dalam pemilu atau di Indonesia secara umum? Artikel ini akan mencoba menganalisis pertanyaan ini berdasarkan sejarah Indonesia dan situasi politik global.
Sejarah Indonesia mencatat adanya konflik dan ketegangan antara kelompok etnis selama beberapa dekade. Pada masa kolonial Belanda, orang Tionghoa seringkali dianggap sebagai kelompok etnis yang lebih maju secara ekonomi. Namun, hal ini juga memunculkan ketidaksetaraan sosial dan kecemburuan dari kelompok lain di masyarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi pemberontakan di beberapa daerah yang melibatkan orang Tionghoa, yang dianggap oleh beberapa pihak sebagai kelompok yang berpihak pada pihak asing.
Selain itu, peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 juga memberikan dampak besar terhadap persepsi terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Pada masa itu, terdapat propaganda yang menyebutkan bahwa orang Tionghoa banyak yang terlibat dalam gerakan komunis. Hal ini menyebabkan orang Tionghoa menjadi target penindasan dan kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat secara massal.
Pada pemilihan-pemilihan politik selanjutnya, isu-isu yang melibatkan etnisitas dan agama kerap kali digunakan oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh dukungan politik. Isu-isu tersebut kadang-kadang berkaitan dengan kelompok minoritas seperti orang Tionghoa. Pernyataan atau tindakan yang merendahkan atau memojokkan kelompok etnis dapat memicu konflik dan kekerasan.
Selain itu, situasi politik global juga dapat mempengaruhi persepsi terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Konflik-konflik antara negara-negara tertentu dengan Tiongkok dapat menciptakan ketegangan antaretnis di Indonesia, terutama jika orang Tionghoa diidentifikasi sama dengan negara Tiongkok.
Lecturer International Relations Study Programs, President University, Indonesia
Tahun 2024 akan menjadi tonggak penting bagi demokrasi Indonesia dengan adanya pemilihan presiden dan parlemen. Namun, apakah perkembangan Indonesia dalam berbagai aspek sudah mencapai tujuan demokrasi, perdamaian, dan kemakmuran masih perlu untuk lebih dipelajari?
Dalam pemilu sebelumnya, masyarakat selalu khawatir tentang kemungkinan terjadinya kekerasan, terutama terhadap kelompok minoritas seperti orang Tionghoa . Apakah mereka akan menjadi sasaran kekerasan lagi kali ini?
Pemilihan presiden seringkali disertai dengan berbagai desas-desus yang mengklaim bahwa beberapa partai politik melindungi kepentingan orang Tionghoa atau memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis. Mengapa istilah "orang Tionghoa" menjadi sensitif dalam pemilu atau di Indonesia secara umum? Artikel ini akan mencoba menganalisis pertanyaan ini berdasarkan sejarah Indonesia dan situasi politik global.
Sejarah Indonesia mencatat adanya konflik dan ketegangan antara kelompok etnis selama beberapa dekade. Pada masa kolonial Belanda, orang Tionghoa seringkali dianggap sebagai kelompok etnis yang lebih maju secara ekonomi. Namun, hal ini juga memunculkan ketidaksetaraan sosial dan kecemburuan dari kelompok lain di masyarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi pemberontakan di beberapa daerah yang melibatkan orang Tionghoa, yang dianggap oleh beberapa pihak sebagai kelompok yang berpihak pada pihak asing.
Selain itu, peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 juga memberikan dampak besar terhadap persepsi terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Pada masa itu, terdapat propaganda yang menyebutkan bahwa orang Tionghoa banyak yang terlibat dalam gerakan komunis. Hal ini menyebabkan orang Tionghoa menjadi target penindasan dan kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat secara massal.
Pada pemilihan-pemilihan politik selanjutnya, isu-isu yang melibatkan etnisitas dan agama kerap kali digunakan oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh dukungan politik. Isu-isu tersebut kadang-kadang berkaitan dengan kelompok minoritas seperti orang Tionghoa. Pernyataan atau tindakan yang merendahkan atau memojokkan kelompok etnis dapat memicu konflik dan kekerasan.
Selain itu, situasi politik global juga dapat mempengaruhi persepsi terhadap orang Tionghoa di Indonesia. Konflik-konflik antara negara-negara tertentu dengan Tiongkok dapat menciptakan ketegangan antaretnis di Indonesia, terutama jika orang Tionghoa diidentifikasi sama dengan negara Tiongkok.
Lihat Juga :
tulis komentar anda