Cawe-cawe Urusan Haji

Selasa, 27 Juni 2023 - 17:29 WIB
Dari ketatnya pengawalan inilah, Kemenag akhirnya juga bisa melakukan terobosan layanan. Katering misalnya. Sesuai rapat dengan DPR, katering jemaah disepakati hanya dua kali sehari, yakni siang dan sore. Namun dari penghematan ketat sana-sini akhirnya muncul terobosan layanan makan pagi. Sekadar nasi kuning, orek telur dan mi tentu cukup untuk sarapan. Dus, sama dengan 2022, kali ini jemaah tak direpotkan belanja bahan, memasak, cuci piring dan sebagainya. Jemaah begitu nikmat beribadah. Pulang beribadah, di hotel sudah tersedia santapan.

baca juga: Doa Pulang Haji 2023 untuk Jemaah Haji yang Kembali ke Rumah

Pilihan mengusung tagline "Haji Ramah Lansia" pada penyelenggaraan haji 1444 H ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Kemenag banyak membuat layanan dan fasilitas khusus demi membantu jamaah uzur. Meski harus mengerahkan ratusan petugas khusus plus anggaran besar, layanan haji khusus lansia adalah pilihan tepat. Sebab tahun ini, dari 229.000 jumlah jemaah, sekitar 30% tergolong lansia atau di atas usia 65 tahun.

Tak berlebihan pula, dengan kesadaran itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membuat terobosan lain seperti memasak bubur, jus, kacang hijau dan lain sebagainya bagi jemaah lansia. Tim kesehatan juga tak lelah membuat terobosan lain seperti menyediakan rompi pendingin untuk mengantisipasi heat stroke yang kapan pun bisa menimpa jemaah.

Golf car, bubur, jus, nasi kuning, kacang hijau tentu selama ini tak masuk dalam kesepakatan dengan DPR. Sederet inovasi itu adalah cawe-cawe penyelenggara untuk membantu para Tamu Allah agar mereka bisa kuat, sehat dan tentu nikmat dalam menjalani ibadah di Tanah Suci serta kembali ke Tanah Air dengan tetap sehat pula.

baca juga: Doa yang Dibaca saat Wukuf di Arafah

Cawe-cawe memang istilah Jawa yang akibat dikonteskan dalam ranah politik akhir-akhir ini konotasinya malah terkesan negatif. Padahal cawe-cawe bisa bermakna positif. Cawe-cawe adalah kesadaran individu atau kelompok untuk terlibat dalam hajat dan urusan pihak lain. Lewat cawe-cawe, maka urusan diharapkan lebih mudah terselesaikan. Kalaupun ada masalah, dengan adanya cawe-cawe maka persoalan menjadi lebih ringan bahkan akan mendapat solusi cepat.

Cawe-cawe positif inilah yang tentu juga terdiskripsikan sejumlah anggota DPR, DPD, akademisi, pengamat haji dan pihak lain akhir-akhir ini. DPR dan DPD misalnya, dengan pengawasan yang menjadi tugasnya, mereka banyak memberikan kritikan sekaligus masukan dalam layanan haji. Dari melihat langsung ke lapangan, cawe-cawe mereka juga terasa lebih akurat, bukannya sekadar laporan satu dua jemaah yang kadang minim verifikasi. Hoaks dan fitnah juga mestinya bisa dicegah. Apalagi pengawasan haji hakikatnya adalah tugas suci demi mengharap ridha Ilahi.

Di luar itu, penyelenggaraan haji 2023 jelas membutuhkan cawe-cawe banyak pihak. Dengan kuota jamaah sudah normal, sudah tentu operasional tidak semudah tahun 2022. Kemenag tak boleh terlalu percaya diri dan antikritik.

baca juga: Hukum Wukuf di Luar Arafah, Bagaimana Status Hajinya?
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More