LSI Denny JA: Jateng dan Jatim Jadi Battle Ground Relawan Jokowi Pro Prabowo vs Pro Ganjar
Selasa, 30 Mei 2023 - 10:42 WIB
"Semakin isu strong leader tumbuhkan ekonomi meluas, semakin Prabowo menjulang, semakin Ganjar menurun," katanya.
Ardian menjelaskan, alasan mengapa Ganjar Pranowo berada di urutan ketiga dalam isu strong leader menjelang Pilpres 2024.
Pertama, petugas partai versus pendiri/ketua umum partai. Istilah petugas partai melemahkan figur Ganjar di hadapan Prabowo yang merupakan pendiri dan ketua umum partai. Petugas partai tidak mengesankan strong leader, pemimpin yang mandiri, pengendali partai, apalagi pengendali pemerintah/elite negara.
Kedua, rekam jejak kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah. Jika memimpin satu provinsi saja, Jawa Tengah, Ganjar dinilai gagal soal isu kemiskinan, bagaimana memimpin 38 provinsi?
"Ketiga, rekam jejak dibandingkan dengan capres lain, Prabowo terkesan pemimpin yang diterima di spektrum politik yang lebih luas, untuk kuat memulai kebangkitan ekonomi," kata Ardian.
Jika Ganjar Pranowo di garis nasionalis, Anies Baswedan di kubu politik Islam, maka Prabowo berada di poros tengah. Posisi politik ini memudahkan Prabowo Subianto membangun kerja sama dengan spektrum politik yang lebih luas.
Keempat, rekam jejak cita-cita Prabowo Subianto soal ekonomi Indonesia menjadi Macan Asia sudah dikenal luas sejak Pilpres 2014 atau 9 tahun yang lalu. Prabowo dianggap sudah lebih lama dan intens tenggelam dalam cita-cita membangkitkan ekonomi Indonesia untuk lebih menonjol di tingkat dunia.
Kelima, rekam jejak sejak Pilpres 2014, di mana prabowo sudah dikenal mempopulerkan mengangkat ekonomi rakyat. "Jenis ekonomi yang mewarnai pemikiran Prabowo dikenal lebih berwarna kerakyatan, ekonomi yang banyak perhatian kepada mereka yang tertinggal," katanya.
Keenam, rekam jejak ekonomi Anies di Jakarta belum diketahui secara luas oleh pemilih Indonesia. "Ini yang membuat Anies Baswedan belum menonjol soal ekonomi," tutupnya.
Ardian menjelaskan, alasan mengapa Ganjar Pranowo berada di urutan ketiga dalam isu strong leader menjelang Pilpres 2024.
Pertama, petugas partai versus pendiri/ketua umum partai. Istilah petugas partai melemahkan figur Ganjar di hadapan Prabowo yang merupakan pendiri dan ketua umum partai. Petugas partai tidak mengesankan strong leader, pemimpin yang mandiri, pengendali partai, apalagi pengendali pemerintah/elite negara.
Kedua, rekam jejak kepemimpinan Ganjar di Jawa Tengah. Jika memimpin satu provinsi saja, Jawa Tengah, Ganjar dinilai gagal soal isu kemiskinan, bagaimana memimpin 38 provinsi?
"Ketiga, rekam jejak dibandingkan dengan capres lain, Prabowo terkesan pemimpin yang diterima di spektrum politik yang lebih luas, untuk kuat memulai kebangkitan ekonomi," kata Ardian.
Jika Ganjar Pranowo di garis nasionalis, Anies Baswedan di kubu politik Islam, maka Prabowo berada di poros tengah. Posisi politik ini memudahkan Prabowo Subianto membangun kerja sama dengan spektrum politik yang lebih luas.
Keempat, rekam jejak cita-cita Prabowo Subianto soal ekonomi Indonesia menjadi Macan Asia sudah dikenal luas sejak Pilpres 2014 atau 9 tahun yang lalu. Prabowo dianggap sudah lebih lama dan intens tenggelam dalam cita-cita membangkitkan ekonomi Indonesia untuk lebih menonjol di tingkat dunia.
Kelima, rekam jejak sejak Pilpres 2014, di mana prabowo sudah dikenal mempopulerkan mengangkat ekonomi rakyat. "Jenis ekonomi yang mewarnai pemikiran Prabowo dikenal lebih berwarna kerakyatan, ekonomi yang banyak perhatian kepada mereka yang tertinggal," katanya.
Keenam, rekam jejak ekonomi Anies di Jakarta belum diketahui secara luas oleh pemilih Indonesia. "Ini yang membuat Anies Baswedan belum menonjol soal ekonomi," tutupnya.
(abd)
tulis komentar anda