Menguji Tuah Duet Airlangga-Zulhas di Pasar Bursa Pilpres 2024
Minggu, 28 Mei 2023 - 06:23 WIB
“Kedua, peluang untuk membentuk koalisi baru tentu ada, jika memenuhi ambang batas presidential threshold minimal 20 persen, dan gabungan parpol ini saya kira cukup. Tetapi apakah hanya sekadar untuk membentuk koalisi saja? Kan tidak,” ucapnya.
Dia menilai Golkar dan PAN perlu menyiapkan siapa capres dan cawapres potensial menang Pilpres 2024. “Kalau saat ini capresnya Pak Airlangga dan Wapresnya Pak Zul, sangat sulit ikut bersaing dengan kandidat lain. Elektabilitasnya masih jauh dibandingkan Prabowo Subianto dan Ganjar. Sehingga saya menilai sulit untuk terbentuk koalisi baru lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai peluang duet Airlangga-Zulhas masih 50:50 karena keduanya sama-sama ketua umum parpol dan tergabung dalam sebuah koalisi. Namun, dia menilai Pilpres 2024 bisa makin meriah jika duet Airlangga-Zulhas terealisasi karena banyak pilihan bagi masyarakat.
“Keuntungan buat rakyat semakin banyak calon pemimpin yang dipilih dan itu salah satu faktor penting bagi demokrasi, semakin optimal kita bisa memilih kalau calon-calonnya tersedia banyak,” kata Kunto.
Dia juga menilai elektabilitas kedua figur tersebut relatif. Dia memberikan contoh, tidak banyak masyarakat yang mengetahui Airlangga sangat konsen terhadap isu perubahan iklim.
“Kalau itu dikomunikasikan dengan benar, bukan tidak mungkin Pak Airlangga bisa dapat ceruk suara dari anak-anak muda atau mereka yang konsen terhadap perubahan iklim, ini potensi yang menurut saya juga lumayan besar bagi pasangan Airlangga-Zulhas,” ungkapnya.
Dia berpendapat, kedua figur tersebut harus kerja sangat keras untuk mendongkrak elektabilitas masing-masing. Kemudian, dia menilai mereka harus berhadapan dengan elite-elite politik
Dia yakin PPP berusaha meninggalkan KIB untuk konsisten dalam koalisi bersama PDIP mendukung Ganjar. “Semakin tidak bisa ditebak lagi konstelasi elite bagi rakyat yang sebenarnya lebih menunggu bukan hanya orang, tapi platform dari koalisi parpol dan capres dan cawapres,” jelasnya.
Dia melihat sampai sekarang belum ada komunikasi politik yang bagus dari bakal capres dan cawapres maupun koalisi partai. “Untuk platformnya mau ngapain gitu kan, kita kan tidak hanya memilih orangnya, tapi milih ide, gagasan, platform, dan program-program ke depan,” pungkasnya.
Dia menilai Golkar dan PAN perlu menyiapkan siapa capres dan cawapres potensial menang Pilpres 2024. “Kalau saat ini capresnya Pak Airlangga dan Wapresnya Pak Zul, sangat sulit ikut bersaing dengan kandidat lain. Elektabilitasnya masih jauh dibandingkan Prabowo Subianto dan Ganjar. Sehingga saya menilai sulit untuk terbentuk koalisi baru lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai peluang duet Airlangga-Zulhas masih 50:50 karena keduanya sama-sama ketua umum parpol dan tergabung dalam sebuah koalisi. Namun, dia menilai Pilpres 2024 bisa makin meriah jika duet Airlangga-Zulhas terealisasi karena banyak pilihan bagi masyarakat.
“Keuntungan buat rakyat semakin banyak calon pemimpin yang dipilih dan itu salah satu faktor penting bagi demokrasi, semakin optimal kita bisa memilih kalau calon-calonnya tersedia banyak,” kata Kunto.
Dia juga menilai elektabilitas kedua figur tersebut relatif. Dia memberikan contoh, tidak banyak masyarakat yang mengetahui Airlangga sangat konsen terhadap isu perubahan iklim.
“Kalau itu dikomunikasikan dengan benar, bukan tidak mungkin Pak Airlangga bisa dapat ceruk suara dari anak-anak muda atau mereka yang konsen terhadap perubahan iklim, ini potensi yang menurut saya juga lumayan besar bagi pasangan Airlangga-Zulhas,” ungkapnya.
Dia berpendapat, kedua figur tersebut harus kerja sangat keras untuk mendongkrak elektabilitas masing-masing. Kemudian, dia menilai mereka harus berhadapan dengan elite-elite politik
Dia yakin PPP berusaha meninggalkan KIB untuk konsisten dalam koalisi bersama PDIP mendukung Ganjar. “Semakin tidak bisa ditebak lagi konstelasi elite bagi rakyat yang sebenarnya lebih menunggu bukan hanya orang, tapi platform dari koalisi parpol dan capres dan cawapres,” jelasnya.
Dia melihat sampai sekarang belum ada komunikasi politik yang bagus dari bakal capres dan cawapres maupun koalisi partai. “Untuk platformnya mau ngapain gitu kan, kita kan tidak hanya memilih orangnya, tapi milih ide, gagasan, platform, dan program-program ke depan,” pungkasnya.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda