Menakar Kans Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar: Duet Trengginas atau Tak Bertaji?
Sabtu, 20 Mei 2023 - 06:24 WIB
“Dia akademisi, punya pengalaman pemerintahan, ormas, punya jaringan Islam global, dan yang paling menarik dan unik, saya kira tidak dimiliki kandidat lain adalah beliau seorang filosof sekaligus pengagum tokoh-tokoh sufi, mirip Gus Dur gitulah,” ucapnya.
Kelebihan lainnya, lanjut dia, duet Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar mewakili sentimen kelompok Jawa-luar Jawa seperti Joko Widodo (Jokowi) ketika berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Sedangkan kekurangannya, menurut dia, Nasaruddin belum terlalu populer dibandingkan kandidat cawapres lainnya seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, atau Ridwan Kamil.
“Tetapi menurut saya, itu hanya persoalan teknis, bagaimana mempopulerkan beliau. Kalau pasangan ini (Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar, red) jadi nyata di pilpres mendatang, saya menilai bisa trengginas. Karena dengan karakter terbuka yang dimiliki Kiai Nas akan mengatrol suara umat Islam untuk Ganjar,” pungkasnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo. Dia menilai peluang Nasaruddin Umar kecil berpasangan dengan Ganjar Pranowo.
“Walaupun dia (Nasaruddin Umar, red) dari Nahdlatul Ulama, Islam, dan kemudian jadi pasangan nasionalis-religius, tapi sepertinya peluang beliau kecil,” imbuhnya.
Sebab, kata dia, posisi Ganjar saat ini tidak seperti periode kedua Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin, tidak butuh konsolidasi elite yang kuat. “Pak Ganjar sekarang butuh konsolidasi elite yang kuat dan Pak Nasaruddin Umar ini secara politik agak repot, pegangannya cuma PPP, kalaupun menang agak susah nanti konsolidasi elitenya,” ujarnya.
Namun, diakuinya bahwa Nasaruddin Umar bisa menutup serangan atau isu-isu agama terhadap Ganjar. Menurut dia, hal tersebut sisi positifnya jika Nasaruddin Umar menjadi cawapres pendamping Ganjar. “Ini bisa jadi formulasi yang sama ketika Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin berpasangan, tapi kan kondisinya berbeda hari ini,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Partai-partai pendukung pasangan nomor urut 1 ini bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
Kelebihan lainnya, lanjut dia, duet Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar mewakili sentimen kelompok Jawa-luar Jawa seperti Joko Widodo (Jokowi) ketika berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Sedangkan kekurangannya, menurut dia, Nasaruddin belum terlalu populer dibandingkan kandidat cawapres lainnya seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, atau Ridwan Kamil.
“Tetapi menurut saya, itu hanya persoalan teknis, bagaimana mempopulerkan beliau. Kalau pasangan ini (Ganjar Pranowo-Nasaruddin Umar, red) jadi nyata di pilpres mendatang, saya menilai bisa trengginas. Karena dengan karakter terbuka yang dimiliki Kiai Nas akan mengatrol suara umat Islam untuk Ganjar,” pungkasnya.
Nasaruddin Umar Bisa Tutup Isu-isu Agama terhadap Ganjar
Pendapat berbeda disampaikan oleh Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo. Dia menilai peluang Nasaruddin Umar kecil berpasangan dengan Ganjar Pranowo.
“Walaupun dia (Nasaruddin Umar, red) dari Nahdlatul Ulama, Islam, dan kemudian jadi pasangan nasionalis-religius, tapi sepertinya peluang beliau kecil,” imbuhnya.
Sebab, kata dia, posisi Ganjar saat ini tidak seperti periode kedua Jokowi yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin, tidak butuh konsolidasi elite yang kuat. “Pak Ganjar sekarang butuh konsolidasi elite yang kuat dan Pak Nasaruddin Umar ini secara politik agak repot, pegangannya cuma PPP, kalaupun menang agak susah nanti konsolidasi elitenya,” ujarnya.
Namun, diakuinya bahwa Nasaruddin Umar bisa menutup serangan atau isu-isu agama terhadap Ganjar. Menurut dia, hal tersebut sisi positifnya jika Nasaruddin Umar menjadi cawapres pendamping Ganjar. “Ini bisa jadi formulasi yang sama ketika Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin berpasangan, tapi kan kondisinya berbeda hari ini,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Partai-partai pendukung pasangan nomor urut 1 ini bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
tulis komentar anda