Wapres Alternatif dan Tribalisme Agama

Jum'at, 19 Mei 2023 - 14:35 WIB
Pemberian mandat itu kita lakukan, antara lain, melalui Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presdien secara teratur. Dalam pemilu itu warga negara dapat memilih dengan bebas dan tanpa rasa takut. Lalu, aneka opini publik yang tidak terlarang bisa berkompetisi secara bebas. Bentuk pemerintahan seperti itulah yang kita sebut sebagai demokrasi representatif modern yang diakui keunggulanya dibandingkan dengan model-model kekuasaan yang lain.

Demokrasi yang kita jalani sekarang memang belum sempurna. Masih banyak persoalan dan tantangannya. Seperti kata John Dunn dalam buku Democracy: A History dan Breaking Democracy's Spell, demokrasi bukanlah sesuatu yang tetap atau statis, tetapi harus dipahami sebagai proses yang terus berubah. Dunn juga menyoroti pentingnya membedakan antara demokrasi sebagai prosedur formal dan demokrasi sebagai nilai-nilai substantif yang harus dipertahankan.

Dunn juga menyoroti tantangan dan dilema yang dihadapi oleh demokrasi. Dia mengakui bahwa demokrasi masih memiliki kelemahan dan rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh mayoritas, pengaruh uang dalam politik, dan manipulasi media. Namun, Dunn menekankan bahwa meskipun demokrasi tidak sempurna, tidak ada sistem politik alternatif yang lebih baik dalam mengakomodasi keberagaman dan mewujudkan keadilan politik.

Buku lain John Dunn yang lebih lengkap soal demkrasi adalah Setting the People Free. The Story of Democarcy (2005). Di situ Dunn menguraikan panjang lebar mulai soal asal kata demokrasi, sejarahnya yang naik turun, hingga menjadi imajinasi publik dan sistem pemerintahan saat ini. Ia memetakan metamorfosis demokrasi yang lambat namun terus-menerus selama 150 tahun ke depan dan kemenangannya yang tampak luar biasa sejak 1945. Dia meneliti perbedaan dan kesinambungan luar biasa yang dimiliki oleh negara-negara demokrasi modern.

Dalam perjalanan penyempurnaan demokrasi inilah para petualang politik bisa membelokkan ke arah lain. Salah satu peluang mereka adalah pada masa kampanye pemilu nanti. Para petualang sangat mungkin memiliki kemampuan untuk menanipukasi preferensi pemilih dengan menggunakan sentiman yang populis, yakni tribalisme agama. Jika mereka berhasil menipu masyarakat, maka pemilu menjadi ajang perang sentimen agama.

Dampaknya, antara lain, timbul rasa saling tidak percaya dan permusuhan di tengah masyarakat. Dalam keadaan seperti itu, kerjasama dalam masyarakat menjadi makin sulit. Yang ada saling curiga. Para petualang itu ibarat orang yang menarik karpet di bawah meja yang sudah ditata dengan aneka hidangan di atasnya, sehingga semuanya kembali berantakan (pull the rug out from under the table). Para petualang ini biasanya memberi dongeng atau fantasi yang menipu dan menyesatkan melalui kutipan-kutipan relijius, padahal mereka sendiri belum tentu percaya dengan apa yang diucapkannya sendiri.

Demokrasi, termasuk yang sedang kita jalani di sini, memang belum sempurna. Tetapi pilihan itu sudah benar. Mari kita pilih presiden, wakil presiden, dan para wakil rakyat yang berintegritas,mampu mengurangi kesenjangan ekonomi, menegakkan supremasi hukum, mengerem korupsi, serta yang mendorong masyarakat hidup nyaman dalam keberagaman etnis, budaya dan agama. Mari kita songsong Indonesia yang maju, modern, bermartabat, dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Jangan lupa, 14 Februari 2024 tanggal pemilihannya!
(wur)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More