Ramadan dan Kebangkitan Roh
Rabu, 12 April 2023 - 11:09 WIB
Dari penjelasan tadi dapat diketahui bahwa pada jasad yang fisik secara sengaja dimasukkan unsur nonfisik oleh Allah SWT yaitu roh, sebuah kekuatan yang berasal dari-Nya langsung. Sebagaimana asalnya dari Allah SWT, roh ini suci, cenderung pada kebaikan, bijaksana, dan tidak suka pada hal-hal yang materialistik.
Kecenderungan roh berseberangan dengan jasad. Karena itu, jika kita menyaksikan manusia yang perilakunya tamak, rakus, mudah marah, dan serakah, ini jelas adalah pribadi manusia yang tengah dipengaruhi jasadnya. Sebaliknya, jika kita menyaksikan ada orang yang tawadu, tidak rakus, mudah memaafkan, tak mudah menjelekkan orang lain, ini adalah pribadi yang lebih dikuasai oleh rohnya ketimbang jasad.
Lantas bagaimana roh dan jasad berkembang? Jasad tentu saja tumbuh sesuai dengan hukum materi. Roh tidak tumbuh dan berkembang, dia bersifat statis. Hanya saja keberadaan roh akan terkotori jika jasad terlalu dominan. Roh perlu dijaga, dibersihkan dari kecenderungan-kecendrungan jasad. Roh harus dibebaskan dari dominasi jasad.
Puasa inilah salah satu cara menekan dominasi jasad dan upaya membangkitkan kekuatan roh. Ramadan adalah bulan yang secara khusus dipersiapkan oleh Allah untuk memenangkan roh dari pergulatannya dengan jasad. Sebab di samping wajib berpuasa, selama Ramadan kaum beriman juga dianjurkan untuk berzikir, beriktikaf di masjid, memperbanyak salat sunat dan menghindari seluruh kegiatan duniawi.
Ramadan inilah bulan kebangkitan roh. Bulan kemenangan hakiki manusia. Melalui Ramadan, roh manusia secara periodik diberi ruang untuk tumbuh kembang secara maksimal. Pada 10 pekan pertama sebagai hari-hari merontokkan toksin jahat jasad, lalu 10 hari kedua sebagai pemulihan sel-sel tubuh yang rontok karena puasa.
Selebihnya 10 hari ketiga adalah masa-masa bagaimana roh bangkit dari segala kemampuan batiniahnya. Pada fase inilah manusia bisa bertemu lailatul qadar, yaitu malam istimewa. Malam yang mampu mempertemukan frekuensi Tuhan dengan manusia sehingga segeralah menyongsong hari kemenangan roh, Idulfitri. Hari di mana tubuh kembali suci karena roh tampil sebagai pemenang pertarungan.
Kecenderungan roh berseberangan dengan jasad. Karena itu, jika kita menyaksikan manusia yang perilakunya tamak, rakus, mudah marah, dan serakah, ini jelas adalah pribadi manusia yang tengah dipengaruhi jasadnya. Sebaliknya, jika kita menyaksikan ada orang yang tawadu, tidak rakus, mudah memaafkan, tak mudah menjelekkan orang lain, ini adalah pribadi yang lebih dikuasai oleh rohnya ketimbang jasad.
Lantas bagaimana roh dan jasad berkembang? Jasad tentu saja tumbuh sesuai dengan hukum materi. Roh tidak tumbuh dan berkembang, dia bersifat statis. Hanya saja keberadaan roh akan terkotori jika jasad terlalu dominan. Roh perlu dijaga, dibersihkan dari kecenderungan-kecendrungan jasad. Roh harus dibebaskan dari dominasi jasad.
Puasa inilah salah satu cara menekan dominasi jasad dan upaya membangkitkan kekuatan roh. Ramadan adalah bulan yang secara khusus dipersiapkan oleh Allah untuk memenangkan roh dari pergulatannya dengan jasad. Sebab di samping wajib berpuasa, selama Ramadan kaum beriman juga dianjurkan untuk berzikir, beriktikaf di masjid, memperbanyak salat sunat dan menghindari seluruh kegiatan duniawi.
Ramadan inilah bulan kebangkitan roh. Bulan kemenangan hakiki manusia. Melalui Ramadan, roh manusia secara periodik diberi ruang untuk tumbuh kembang secara maksimal. Pada 10 pekan pertama sebagai hari-hari merontokkan toksin jahat jasad, lalu 10 hari kedua sebagai pemulihan sel-sel tubuh yang rontok karena puasa.
Selebihnya 10 hari ketiga adalah masa-masa bagaimana roh bangkit dari segala kemampuan batiniahnya. Pada fase inilah manusia bisa bertemu lailatul qadar, yaitu malam istimewa. Malam yang mampu mempertemukan frekuensi Tuhan dengan manusia sehingga segeralah menyongsong hari kemenangan roh, Idulfitri. Hari di mana tubuh kembali suci karena roh tampil sebagai pemenang pertarungan.
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda