Ramadan dan Kebangkitan Roh

Rabu, 12 April 2023 - 11:09 WIB
loading...
Ramadan dan Kebangkitan Roh
Ace Sumirsa Ali (Foto: Ist)
A A A
Ace Sumirsa Ali
Wakil Ketua Baznas Provinsi Banten

MENGAPA umat Islam harus puasa Ramadan sebulan penuh? Adakah makna lain selain menahan haus dan lapar sebagai bentuk pengalaman langsung memahami arti kekurangan terhadap harta benda? Atau makna tentang upaya menghentikan sejenak kerja organ tubuh yang terus-menerus bekerja mengolah makanan dan minuman?

Ilmu pengetahuan telah mampu mengungkap bahwa manusia tumbuh kembang tergantung pada dua elemen penting, yaitu jasad dan roh. Jika keduanya tumbuh seimbang, maka ia akan menjelma sebagai manusia pilihan. Menjadi panutan bagi manusia lainnya dan rahmat bagi alam semesta. Jasad adalah elemen fisik yang bisa diraba, diindra.

Baca Juga: koran-sindo.com

Dia bekerja secara biologis mengikuti hukum alami setiap wujud. Elemen ini tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruh makhluk berwujud seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, bebatuan, dan seluruh benda wujud yang Allah ciptakan. Sementara roh adalah unsur Tuhan yang ditiupkan (bukan diciptakan) secara sengaja oleh Allah Swt. Keduanya menyatu dan tumbuh kembang bersama, lalu saling tarik-menarik, saling mendominasi, saling memengaruhi sebab keduanya memiliki karakteristik yang berseberangan.

Hal itu sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam Quran Surat Shaad ayat 71. Kalimat yang sama juga bisa ditemukan dalam Quran Surat Al-Hijr ayat 28, yang artinya kurang lebih sebagai berikut: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat. ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’.” Keterangan yang sama bisa kita temukan dalam Quran Surat As-Sajdah ayat 7 dan 8 yang artinya kira-kira seperti ini: “Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).”

Keterangan Al-Quran itu menegaskan bahwa manusia adalah wujud benda yang berasal dari tanah. Tanah sebagai materi pokok setiap wujud. Wujud yang terdiri atas empat sumber dasar, yaitu materi, udara, air, dan api. Karena sifatnya yang terbuat dari tanah, kecenderungan jasad adalah bersifat kebendaan.

Kepuasannya adalah ketika terpenuhi kebutuhan materialistik. Kebahagiaannya jika memiliki banyak makanan dan minuman, bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. Puncak gembiranya adalah ketika mendapati kelimpahan harta benda. Kelimpahan ini harus melebihi orang lain, sebab jika ada yang menyamai maka puncak kegembiraan itu belumlah pada puncak sesungguhnya. Inilah sifat dasar jasad manusia yang berasal dari elemen tanah itu.

Elemen kedua manusia adalah roh. Roh inilah sejatinya yang membuat manusia istimewa bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hanya manusia yang oleh Allah Swt diberi roh, makhluk lain tidak. Roh di sini tidak sama dengan jiwa atau perasaan batin lainnya.

Roh yang dimaksud di sini adalah apa yang Allah firmankan dalam lanjutan Quran Surat Shaad dan Al-Hijr di atas, yaitu ayat 72 dan Al-Hijr 29 yang bunyinya hampir senada, “Kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan Roh-Ku kepadanya: Maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” Keterangan serupa bisa kita temukan pada Quran Surat As-Sajdah ayat 9 yang artinya: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh-Nya ke dalamnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”

Pada Al-Quran juga akan ditemukan istilah roh untuk menyebut Al-Quran, menyebut para nabi pilihan dan malaikat Jibril. Tentu saja yang dimaksud roh dalam tulisan ini adalah Roh-Nya yang ditiupkan kepada manusia, bukan tentang sebutan Al-Quran, para nabi, dan malaikat.

Dua Kutub Berbeda
Jasad dan roh pada manusia adalah dua kutub yang saling bertentangan, berbeda kecenderungan. Karenanya keduanya tumbuh saling mendominasi, saling memengaruhi dan saling tarik-menarik. Jasad yang sumber dasarnya materi tentu membutuhkan asupan material. Dia akan tumbuh sehat jika mendapatkan makanan dan minuman bergizi baik, bernutrisi. Komponen air, api, udara, dan tanah tumbuh seimbang dan dibantu suplai oksigen yang cukup memadai. Inilah kerja metabolisme jasad.

Karenanya jika ada manusia yang cenderung mudah marah, emosional, rakus, tamak, merusak, dan suka mendominasi orang lain, dialah wujud makhluk yang tengah dipengaruhi oleh jasadnya. Perilakunya dengki dan tidak mau disaingi orang lain. Padahal sesuai dengan kodratnya, sunnatullah, bahwa jasad ini tumbuh lalu akan kembali rusak. Karena itulah Islam menyebutkan bahwa semua makhluk itu fana, ia akan rusak pada waktunya.

Sebaliknya roh, dia adalah imaterial yang bersumber dari unsur Allah Swt langsung karena dia ditiupkan, bukan diciptakan. Karena bersumber dari yang suci, maka roh cenderung pada hal-hal suci, tidak suka yang material karena itu dianggap kotor. Karena kecenderungannya pada hal-hal suci, maka roh senantiasa akan mengajak manusia pada hal-hal baik.

Dia tidak akan mengajak rakus dan tamak pada harta benda. Harta benda hanya sekadarnya saja asal jasad tetap hidup. Sebab roh yang berada dalam tubuh manusia tergantung pada keberadaan jasad. Jika jasad rusak atau tidak berfungsi, maka roh yang telah terpengaruhi jasad akan merana, akan tersiksa. Sebab roh tidak mati seperti halnya tubuh. Roh berasal dari tiupan Allah Swt dan akan kembali kepada-Nya setelah tak lagi bersatu dengan jasad.

Roh yang merana karena terkontaminasi kotoran jasad akan terlebih dahulu mampir di neraka untuk mengalami “penyucian diri” dari kotornya hawa nafsu jasadiah sebelum kembali kepada asalnya. Innaalillaahi wainna ilaihi raajiuun.

Roh memberi kehidupan ke dalam tubuh seseorang selama tubuh itu sanggup dan mampu menerimanya dan tidak ada yang menghalangi alirannya. Bila tubuh tidak sanggup dan mampu lagi menerima roh itu, sehingga alirannya terhambat dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati. Imam al-Gazali dan Abu Qasim ar-Ragib al-Asfahani berpendapat bahwa roh itu bukanlah materi dan sesuatu yang berbentuk, tetapi ia hanyalah sesuatu yang bergantung pada tubuh untuk mengurus dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan tubuh.

Dari penjelasan tadi dapat diketahui bahwa pada jasad yang fisik secara sengaja dimasukkan unsur nonfisik oleh Allah SWT yaitu roh, sebuah kekuatan yang berasal dari-Nya langsung. Sebagaimana asalnya dari Allah SWT, roh ini suci, cenderung pada kebaikan, bijaksana, dan tidak suka pada hal-hal yang materialistik.

Kecenderungan roh berseberangan dengan jasad. Karena itu, jika kita menyaksikan manusia yang perilakunya tamak, rakus, mudah marah, dan serakah, ini jelas adalah pribadi manusia yang tengah dipengaruhi jasadnya. Sebaliknya, jika kita menyaksikan ada orang yang tawadu, tidak rakus, mudah memaafkan, tak mudah menjelekkan orang lain, ini adalah pribadi yang lebih dikuasai oleh rohnya ketimbang jasad.

Lantas bagaimana roh dan jasad berkembang? Jasad tentu saja tumbuh sesuai dengan hukum materi. Roh tidak tumbuh dan berkembang, dia bersifat statis. Hanya saja keberadaan roh akan terkotori jika jasad terlalu dominan. Roh perlu dijaga, dibersihkan dari kecenderungan-kecendrungan jasad. Roh harus dibebaskan dari dominasi jasad.

Puasa inilah salah satu cara menekan dominasi jasad dan upaya membangkitkan kekuatan roh. Ramadan adalah bulan yang secara khusus dipersiapkan oleh Allah untuk memenangkan roh dari pergulatannya dengan jasad. Sebab di samping wajib berpuasa, selama Ramadan kaum beriman juga dianjurkan untuk berzikir, beriktikaf di masjid, memperbanyak salat sunat dan menghindari seluruh kegiatan duniawi.

Ramadan inilah bulan kebangkitan roh. Bulan kemenangan hakiki manusia. Melalui Ramadan, roh manusia secara periodik diberi ruang untuk tumbuh kembang secara maksimal. Pada 10 pekan pertama sebagai hari-hari merontokkan toksin jahat jasad, lalu 10 hari kedua sebagai pemulihan sel-sel tubuh yang rontok karena puasa.

Selebihnya 10 hari ketiga adalah masa-masa bagaimana roh bangkit dari segala kemampuan batiniahnya. Pada fase inilah manusia bisa bertemu lailatul qadar, yaitu malam istimewa. Malam yang mampu mempertemukan frekuensi Tuhan dengan manusia sehingga segeralah menyongsong hari kemenangan roh, Idulfitri. Hari di mana tubuh kembali suci karena roh tampil sebagai pemenang pertarungan.

(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2034 seconds (0.1#10.140)