Ramadan dan Kebangkitan Roh

Rabu, 12 April 2023 - 11:09 WIB
Dua Kutub Berbeda

Jasad dan roh pada manusia adalah dua kutub yang saling bertentangan, berbeda kecenderungan. Karenanya keduanya tumbuh saling mendominasi, saling memengaruhi dan saling tarik-menarik. Jasad yang sumber dasarnya materi tentu membutuhkan asupan material. Dia akan tumbuh sehat jika mendapatkan makanan dan minuman bergizi baik, bernutrisi. Komponen air, api, udara, dan tanah tumbuh seimbang dan dibantu suplai oksigen yang cukup memadai. Inilah kerja metabolisme jasad.

Karenanya jika ada manusia yang cenderung mudah marah, emosional, rakus, tamak, merusak, dan suka mendominasi orang lain, dialah wujud makhluk yang tengah dipengaruhi oleh jasadnya. Perilakunya dengki dan tidak mau disaingi orang lain. Padahal sesuai dengan kodratnya, sunnatullah, bahwa jasad ini tumbuh lalu akan kembali rusak. Karena itulah Islam menyebutkan bahwa semua makhluk itu fana, ia akan rusak pada waktunya.

Sebaliknya roh, dia adalah imaterial yang bersumber dari unsur Allah Swt langsung karena dia ditiupkan, bukan diciptakan. Karena bersumber dari yang suci, maka roh cenderung pada hal-hal suci, tidak suka yang material karena itu dianggap kotor. Karena kecenderungannya pada hal-hal suci, maka roh senantiasa akan mengajak manusia pada hal-hal baik.

Dia tidak akan mengajak rakus dan tamak pada harta benda. Harta benda hanya sekadarnya saja asal jasad tetap hidup. Sebab roh yang berada dalam tubuh manusia tergantung pada keberadaan jasad. Jika jasad rusak atau tidak berfungsi, maka roh yang telah terpengaruhi jasad akan merana, akan tersiksa. Sebab roh tidak mati seperti halnya tubuh. Roh berasal dari tiupan Allah Swt dan akan kembali kepada-Nya setelah tak lagi bersatu dengan jasad.

Roh yang merana karena terkontaminasi kotoran jasad akan terlebih dahulu mampir di neraka untuk mengalami “penyucian diri” dari kotornya hawa nafsu jasadiah sebelum kembali kepada asalnya. Innaalillaahi wainna ilaihi raajiuun.

Roh memberi kehidupan ke dalam tubuh seseorang selama tubuh itu sanggup dan mampu menerimanya dan tidak ada yang menghalangi alirannya. Bila tubuh tidak sanggup dan mampu lagi menerima roh itu, sehingga alirannya terhambat dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati. Imam al-Gazali dan Abu Qasim ar-Ragib al-Asfahani berpendapat bahwa roh itu bukanlah materi dan sesuatu yang berbentuk, tetapi ia hanyalah sesuatu yang bergantung pada tubuh untuk mengurus dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan tubuh.

Dari penjelasan tadi dapat diketahui bahwa pada jasad yang fisik secara sengaja dimasukkan unsur nonfisik oleh Allah SWT yaitu roh, sebuah kekuatan yang berasal dari-Nya langsung. Sebagaimana asalnya dari Allah SWT, roh ini suci, cenderung pada kebaikan, bijaksana, dan tidak suka pada hal-hal yang materialistik.

Kecenderungan roh berseberangan dengan jasad. Karena itu, jika kita menyaksikan manusia yang perilakunya tamak, rakus, mudah marah, dan serakah, ini jelas adalah pribadi manusia yang tengah dipengaruhi jasadnya. Sebaliknya, jika kita menyaksikan ada orang yang tawadu, tidak rakus, mudah memaafkan, tak mudah menjelekkan orang lain, ini adalah pribadi yang lebih dikuasai oleh rohnya ketimbang jasad.

Lantas bagaimana roh dan jasad berkembang? Jasad tentu saja tumbuh sesuai dengan hukum materi. Roh tidak tumbuh dan berkembang, dia bersifat statis. Hanya saja keberadaan roh akan terkotori jika jasad terlalu dominan. Roh perlu dijaga, dibersihkan dari kecenderungan-kecendrungan jasad. Roh harus dibebaskan dari dominasi jasad.

Puasa inilah salah satu cara menekan dominasi jasad dan upaya membangkitkan kekuatan roh. Ramadan adalah bulan yang secara khusus dipersiapkan oleh Allah untuk memenangkan roh dari pergulatannya dengan jasad. Sebab di samping wajib berpuasa, selama Ramadan kaum beriman juga dianjurkan untuk berzikir, beriktikaf di masjid, memperbanyak salat sunat dan menghindari seluruh kegiatan duniawi.

Ramadan inilah bulan kebangkitan roh. Bulan kemenangan hakiki manusia. Melalui Ramadan, roh manusia secara periodik diberi ruang untuk tumbuh kembang secara maksimal. Pada 10 pekan pertama sebagai hari-hari merontokkan toksin jahat jasad, lalu 10 hari kedua sebagai pemulihan sel-sel tubuh yang rontok karena puasa.

Selebihnya 10 hari ketiga adalah masa-masa bagaimana roh bangkit dari segala kemampuan batiniahnya. Pada fase inilah manusia bisa bertemu lailatul qadar, yaitu malam istimewa. Malam yang mampu mempertemukan frekuensi Tuhan dengan manusia sehingga segeralah menyongsong hari kemenangan roh, Idulfitri. Hari di mana tubuh kembali suci karena roh tampil sebagai pemenang pertarungan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More