Stoikisme dalam Film The Acts of Vengeance
Sabtu, 08 April 2023 - 10:40 WIB
Frank Valera yang tampak linglung itu mulai gemar mabuk. Ia menemui detektif Lustiger (Jonathan Schaech), yang memberi tahu bahwa ada serat benang emas di tempat kejadian perkara (TKP). Frank ingin agar kepolisian berusaha lebih keras lagi. Frank merasa bersalah atas kematian istri dan anaknya. Dia lalu menghukum dirinya sendiri dengan mabuk dan membiarkan dirinya dihajar dalam pertandingan tinju amatiran yang brutal. Ini semacam penebusan dosa.
Frank yang hampir putus asa bertemu dengan Hank Strode (Karl Urban), salah seorang polisi di Pittsburgh. Hank Strode juga sesekali ikut dalam pertandingan tinju amatiran itu. Oleh Hank Strode, Frank diberi tahu bahwa kasusnya mandek. Pihak kepolisian tidak bisa berbuat banyak karena kasus pembunuhan keluarga Frank hampir tak terpecahkan.
Dalam perjalanan pulang, di jalanan, ia bertemu dengan seorang pelacur cilik (13 tahuan) yang berusaha merayunya. Lalu muncul sejumlah pemuda yang mengeroyoknya. Pisau pengeroyok yang jatuh itu lalu diambil oleh pelacur cilik dan langsung ditikamkan ke kaki kiri Frank Valera. Ia roboh ke dalam sebuah toko buku. Untuk menutupi lukanya, ia menyambar sebuah buku apa saja untuk menutup dara yang mengucur. Ternyata buku yang dia ambil itu adalah karya Markus Aurelius yang berjudul “Meditation”.
Ia sekilas membuka buku itu dan terbacalah: “Hukumlah Hanya yang Bersalah” (Ini Bagian II dari buku Meditasi). Selama ini dia menghukum dirinya sendiri atas kematian anak dan istrinya, padahal dia bukan yang membunuh mereka. Dia kini sadar telah menghukum orang yang salah. Bagi Frank, menemukan buku itu adalah sebuah pertanda. Sampai di rumah, ia membaca lagi buku itu dan tertulis: “Mungkin bagi orang lain, mungkin bagimu”.
Intinya, buku itulah yang mengubah sudut pandangnya, mengubah hidupnya. Frank yang tadinya tak mengenal ilmu bela diri mulai berlatih karate, jiu-jitsu, dan meningkatkan kemampuan fisiknya.
Di rumah, ia terus membaca buku Meditasi itu. “Kata-kata adalah pendapat, bukan fakta. Tindakan adalah satu-satunya kebenaran”. Buku Meditasi yang ditulis 2.000 tahun lalu itu menjadi dasar dari Stoikisme. Penganut Stoikisme akan bersumpah diam demi fokus pada tugas tertentu.
Karena itu, Frank kemudian bersumpah untuk diam, sampai dia berhasil membalas dendam pada pembunuh anak dan istrinya. Sejak itu, hampir sepanjang film, Frank mempraktekkan “ajaran diam” itu. Dengan diam, kemampuan inderanya yang lain, yakni pendengaran, meningkat drastis.
Suatu hari ia kembali ke tempat kejadian perkara. Di sana ia sempat masuk ke tempat tinggal seorang tunawisma, tapi kosong. Ia malah dikeroyok oleh beberapa orang anggota genk Rusia. Tapi Frank tahu bukan mereka yang melakukan pembunuhan. Akibat tertembak, ia jatuh pingsan dan ditolong oleh Alma (Paz Vega), seorang perawat di sebuah rumah sakit. Alma juga sukarelawan yang membantu tunawisma di sekitar lokasi kejadian. Selama ini Alma menjadi korban pemerasan mafia Rusia yang selalu memintanya mencuri beberapa jenis obat dari rumah sakit sebagai upeti.
Di hari lain, berkat bantuan anjing pelacak, Frank menemukan dompet istrinya. Ia lalu berpikir bahwa tunawisma yang tinggal di salah satu peti kemas itu mestinya bisa menjadi saksi penting tentang apa yang terjadi di malam pembunuhan. Di layar kemudian tertulis: “Tidak ada yang menghalangimu untuk melakukan apa yang harus dilakukan” (Ini dari Bagian III Buku Meditasi).
Suatu malam, di TKP, Frank melihat si tunawisma, Shivers (Clint Dyer), itu datang dengan batuk-batuk kering yang selalu terdengar. Frank mendekati, tapi tunawisma itu segera meloncat turun dan kabur. Frank mendapat sedikit petunjuk dari Alma bahwa Shivers bekerja sebagai koki di sebuah restoran lokal. Menurut Alam, batuk Tuan Shivers sangat khas sehingga mudah dikenali. Lalu muncul Bagian IV dari buku Meditasi: “Mengharapkan orang jahat untuk tidak berbuat salah adalah kegilaan.”
Frank yang hampir putus asa bertemu dengan Hank Strode (Karl Urban), salah seorang polisi di Pittsburgh. Hank Strode juga sesekali ikut dalam pertandingan tinju amatiran itu. Oleh Hank Strode, Frank diberi tahu bahwa kasusnya mandek. Pihak kepolisian tidak bisa berbuat banyak karena kasus pembunuhan keluarga Frank hampir tak terpecahkan.
Dalam perjalanan pulang, di jalanan, ia bertemu dengan seorang pelacur cilik (13 tahuan) yang berusaha merayunya. Lalu muncul sejumlah pemuda yang mengeroyoknya. Pisau pengeroyok yang jatuh itu lalu diambil oleh pelacur cilik dan langsung ditikamkan ke kaki kiri Frank Valera. Ia roboh ke dalam sebuah toko buku. Untuk menutupi lukanya, ia menyambar sebuah buku apa saja untuk menutup dara yang mengucur. Ternyata buku yang dia ambil itu adalah karya Markus Aurelius yang berjudul “Meditation”.
Ia sekilas membuka buku itu dan terbacalah: “Hukumlah Hanya yang Bersalah” (Ini Bagian II dari buku Meditasi). Selama ini dia menghukum dirinya sendiri atas kematian anak dan istrinya, padahal dia bukan yang membunuh mereka. Dia kini sadar telah menghukum orang yang salah. Bagi Frank, menemukan buku itu adalah sebuah pertanda. Sampai di rumah, ia membaca lagi buku itu dan tertulis: “Mungkin bagi orang lain, mungkin bagimu”.
Intinya, buku itulah yang mengubah sudut pandangnya, mengubah hidupnya. Frank yang tadinya tak mengenal ilmu bela diri mulai berlatih karate, jiu-jitsu, dan meningkatkan kemampuan fisiknya.
Di rumah, ia terus membaca buku Meditasi itu. “Kata-kata adalah pendapat, bukan fakta. Tindakan adalah satu-satunya kebenaran”. Buku Meditasi yang ditulis 2.000 tahun lalu itu menjadi dasar dari Stoikisme. Penganut Stoikisme akan bersumpah diam demi fokus pada tugas tertentu.
Karena itu, Frank kemudian bersumpah untuk diam, sampai dia berhasil membalas dendam pada pembunuh anak dan istrinya. Sejak itu, hampir sepanjang film, Frank mempraktekkan “ajaran diam” itu. Dengan diam, kemampuan inderanya yang lain, yakni pendengaran, meningkat drastis.
Suatu hari ia kembali ke tempat kejadian perkara. Di sana ia sempat masuk ke tempat tinggal seorang tunawisma, tapi kosong. Ia malah dikeroyok oleh beberapa orang anggota genk Rusia. Tapi Frank tahu bukan mereka yang melakukan pembunuhan. Akibat tertembak, ia jatuh pingsan dan ditolong oleh Alma (Paz Vega), seorang perawat di sebuah rumah sakit. Alma juga sukarelawan yang membantu tunawisma di sekitar lokasi kejadian. Selama ini Alma menjadi korban pemerasan mafia Rusia yang selalu memintanya mencuri beberapa jenis obat dari rumah sakit sebagai upeti.
Di hari lain, berkat bantuan anjing pelacak, Frank menemukan dompet istrinya. Ia lalu berpikir bahwa tunawisma yang tinggal di salah satu peti kemas itu mestinya bisa menjadi saksi penting tentang apa yang terjadi di malam pembunuhan. Di layar kemudian tertulis: “Tidak ada yang menghalangimu untuk melakukan apa yang harus dilakukan” (Ini dari Bagian III Buku Meditasi).
Suatu malam, di TKP, Frank melihat si tunawisma, Shivers (Clint Dyer), itu datang dengan batuk-batuk kering yang selalu terdengar. Frank mendekati, tapi tunawisma itu segera meloncat turun dan kabur. Frank mendapat sedikit petunjuk dari Alma bahwa Shivers bekerja sebagai koki di sebuah restoran lokal. Menurut Alam, batuk Tuan Shivers sangat khas sehingga mudah dikenali. Lalu muncul Bagian IV dari buku Meditasi: “Mengharapkan orang jahat untuk tidak berbuat salah adalah kegilaan.”
tulis komentar anda