Hidup Roller Coaster Jenderal TNI Widodo, Disayang Lalu Dibuang Soeharto

Rabu, 22 Maret 2023 - 06:18 WIB
Jenderal TNI Widodo menjabat KSAD ke-12 atau pada periode 1978-1980 menggantikan Jenderal TNI Makmun Murod. Foto/Disjarahad
JAKARTA - Garis hidup Jenderal TNI Raden Widodo ibarat roller coaster. Pernah karier militernya berjalan sangat lambat, tetapi akhirnya malah melesat jadi Kepala Staf Angkatan Darat . Namun posisi puncak itu relatif sangat singkat, hanya sekitar dua tahun saja.

Widodo, jenderal ningrat asal Yogyakarta, tercatat sebagai KSAD ke-12. Berbeda dengan para pendahulunya yang memegang tongkat komando tertinggi matra Darat itu selama empat atau bahkan lima tahun, Widodo cuma dua tahun dari 1 Januari 1978-30 April 1980.

Bukan tanpa alasan Widodo tersingkir dari lingkaran dekat Istana. Sepak terjangnya mendirikan Forum Studi dan Komunikasi (Fosko) TNI AD yang berisi para purnawirawan Angkatan Darat membuat Soeharto tak suka. Terlebih para pentolan Fosko mayoritas jenderal-jenderal yang berseberangan dengan Harto.

“Mengetahui bahwa kemudian Presiden Soeharto tidak lagi nyaman dengan langkah-langkah yang diambil Jenderal Widodo, maka begitu mempunyai alasan, langsung Jenderal Jusuf (Panglima ABRI) mengajukan usulan pergantian KSAD yang langsung disetujui Soeharto,” kata Atmaji Sumarkidjo dalam “Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit” (hal 291), dikutip Rabu (22/3/2023).

Sebagai pengganti ditunjuk Wakil KSAD Letnan Jenderal TNI Poniman. Kepribadian Poniman jauh bertolak belakang dengan Widodo. Serdadu asal Sukoharjo, Jawa Tengah itu relatif low profile dan tidak outspoken. Kelak setelah pensiun dari KSAD, Poniman ditarik Soeharto masuk kabinet menjadi menteri pertahanan keamanan.



Trah Darah Biru Kraton Yogya



Jenderal TNI Widodo mendapat ucapan Selamat saat dilantik sebagai KSAD. Foto/Khastara Perpusnas

Tatkala fajar menyingsing pada 25 April 1926, tangis bayi pecah. Hari itu, lahir bocah laki-laki putra dari pasangan Raden Taruno Hartono dan Raden Ayu Rukmiati. Oleh sang ayah, jabang bayi itu diberi nama Widodo yang berarti selamat sejahtera.

Raden Taruno Hartono termasuk keluarga darah biru. Ia putra dari Raden Ronggo Mangun Winoto. Akan halnya Raden Ayu Rukmiati, juga masih terhitung ningrat. Bila ditelusuri, kakeknya masih kerabat Pangeran Diponegoro. Untuk diketahui, Pangeran Diponegoro merupakan putra pertama dari Gusti Raden Mas Suraja-Raden Ayu Mangkarawati (istri selir). Kelak ayah Pangeran Diponegoro naik takhta bergelar Hamengku Buwono III.

Dengan silsilah demikian, Widodo termasuk priyayi Jawa. Tak mengherankan namanya kemudian dikenal sebagai Raden Widodo. Taruno Hartono dikenal taat beribadah. Kealimannya itu diajarkan kepada anak-anaknya. Selepas magrib, Widodo pun mengaji dan belajar ilmu agama.

Seiring perjalanan waktu, Widodo kecil menempuh sekolah menengah pertama. Ketika kelas III, salah satu gurunya bernama Iskandar selalu mengobarkan semangat melawan penjajah. Dia mendorong murid-muridnya untuk mendaftarkan diri masuk pendidikan Pembela Tanah Air (Peta). Widodo memutuskan untuk ikut serta.

“Sebenarnya Widodo tidak ingin ikut Peta, tapi karena dianjurkan dan semangatnya terbakar, akhirnya dia berangkat ke Bogor,” tulis Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam buku biografi ‘Jenderal TNI R Widodo, Potret Dedikasi Seorang Prajurit kepada Bangsa.

Dari sinilah karier militer Widodo bermula. Pada 5 April 1944 dia dilantik di Jakarta. Sebagai perwira dia mendapat jabatan Shodanco alias komandan peleton. Ketika Peta dibubarkan, Widodo sempat menganggur sebentar. Setelah Bung Karno-Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI, dia bergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Dia diangkat menjadi komandan kompi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More