Nyamuk dan Masalah Kesehatan
Jum'at, 10 Maret 2023 - 13:03 WIB
Yang kemudian menarik adalah penelitian-penelitian untuk mencari “bentuk baru”, antara lain di kursi, sabun dan pakaian. Fredros Okumu dari Ifakara Health Institute Tanzania keluar dengan ide bahwa repellent dapat di pasang di kursi. Mereka membuat prototype kursi yang di lapisan dalamnya diberi repellent (supaya tidak kontak langsung dengan kulit manusia), yang konon dapat tahan sampai 6 bulan lamanya.
Kelompok ini juga meneliti kemungkinan penggunaan repellent pada sandal, karena mereka beranggapan bahwa semiskin-miskinnya orang maka pasti punya semacam alas kaki/sandal, yang ketika dipakai dapat juga berfungsi mengusir nyamuk. Penelitian ini juga bekerja sama dengan Harvard T.H. Chan School of Public Health, yang antara lain menyebutkan: “"The fight against malaria is so difficult, we'll need all tools. It's important to explore methods at the community or village level, these may be effective."
Sementara itu, peneliti dari Johns Hopkins Center for Bioengineering Innovation and Design melakukan penelitian dengan permethrin pada sabun. Penelitian serupa dilakukan juga di Burkina faro, dalam bentuk “Faso soap”. Bentuk penelitian lain adalah dengan menanamkan repellent pada baju, atau tas, topi atau aksesoris pakaian lainnya, yang digagas peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Salah satu contohnya adalah ada yang dilakukan di Thailand, di mana 1.800 anak-anak menggunakan baju seragam yang sudah diolah dengan permethrin dan dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan seragam biasa, dan hasil awalnya cukup menjanjikan.
Memang masih perlu penelitian lanjutan dalam berbagai “bentuk baru” ini, tapi setidaknya ini akan membukakan cakrawala penanggulangan nyamuk menjadi lebih luas lagi, dan mungkin lebih user friendly pula. Indonesia tentu juga dapat menyumbangkan ilmunya pada kancah penelitian ini.
Kelompok ini juga meneliti kemungkinan penggunaan repellent pada sandal, karena mereka beranggapan bahwa semiskin-miskinnya orang maka pasti punya semacam alas kaki/sandal, yang ketika dipakai dapat juga berfungsi mengusir nyamuk. Penelitian ini juga bekerja sama dengan Harvard T.H. Chan School of Public Health, yang antara lain menyebutkan: “"The fight against malaria is so difficult, we'll need all tools. It's important to explore methods at the community or village level, these may be effective."
Sementara itu, peneliti dari Johns Hopkins Center for Bioengineering Innovation and Design melakukan penelitian dengan permethrin pada sabun. Penelitian serupa dilakukan juga di Burkina faro, dalam bentuk “Faso soap”. Bentuk penelitian lain adalah dengan menanamkan repellent pada baju, atau tas, topi atau aksesoris pakaian lainnya, yang digagas peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Salah satu contohnya adalah ada yang dilakukan di Thailand, di mana 1.800 anak-anak menggunakan baju seragam yang sudah diolah dengan permethrin dan dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan seragam biasa, dan hasil awalnya cukup menjanjikan.
Memang masih perlu penelitian lanjutan dalam berbagai “bentuk baru” ini, tapi setidaknya ini akan membukakan cakrawala penanggulangan nyamuk menjadi lebih luas lagi, dan mungkin lebih user friendly pula. Indonesia tentu juga dapat menyumbangkan ilmunya pada kancah penelitian ini.
(bmm)
tulis komentar anda