Nyamuk dan Masalah Kesehatan

Jum'at, 10 Maret 2023 - 13:03 WIB
Memang para penelitinya menyampaikan bahwa tiga penyakit yang dapat ditularkan itu belum tentu akan menimbulkan tiga penyakit pada manusia yang digigitnya, dan juga tidak memberi dampak klinik yang berarti, mungkin tidaklah berat. Para peneliti ini kini mencoba memulai apakah selain 3 penyakit itu maka seekor nyamuk kecil itu dapat juga sekaligus ada yellow fever dalam dirinya. Tentu saja publikasi ini perlu analisa lebih lanjut dan lebih tajam lagi.

Unik

Selain soal penyakit, ternyata masing-masing jenis nyamuk punya keunikan dalam frekuensi mengepakkan sayapnya. Culex stigmatosoma betina misalnya, mengepakkan sayapnya (wingbeat) dalam frekuensi 350 hertz, sementara Culex tarsalis dapat sampai 550 hertz. Karena perbedaan ini maka frekuensi kepak sayap dapat menjadi semacam “sidik jari” (finger print) untuk identifikasi nyamuk, suatu hal yang mungkin menarik dalam kerangka riset vektor yang dilakukan di Indonesia.

Sebenarnya ini bukan hal baru. Robert Hooke pada abad ke 17 dapat menyelaraskan suara kepak saya serangga dengan bunyi nada, tentu dengan ketajaman telinganya. Pada tahun 1952 seorang entomologist Finlandia, Sotovalta, menulis di Jurnal Nature yang menyebutkan bahwa dia dapat

mengobservasi kepak sayap tidak hanya dengan kamera (melalui metode chronophotograhic) tapi juga dengan mendengarnya langsung di alam terbuka. Sotovalta menulis:”The acoustic method makes it possible to observe insects in free flight”.

Para ahli tadinya menduga bahwa nyamuk betina pada dasarnya tuli, atau setidaknya tidaklah terlalu memperhatikan nada. Kenyataannya mungkin berbeda. Laboratorium Laura Harrington’s di Cornell melakukan penelitian dengan”mendekatkan” nyamuk betina dan jantan serta memasang mikrofon di dekat mereka berdua. Hasilnya cukup mencengangkan dan disebut sebagai terobosan dalam penelitian “sound and entomology”.

Rupanya nyamuk jantan menari dan mengeluarkan suara tertentu, kirakira merayu ngajak “kawin”, dan nyamuk betina ternyata merespons suara yang dikeluarkan sang nyamuk jantan, dan bahkan mereka berkomunikasi dalam “nada” yang sama.

Penelitinya mengatakan: “we discover that male and female actually sing to each other. They harmonise just prior to mating”. “Suara rayuan” (penelitinya menyebutnya sebagai mating song) ini bukan berasal dari pita suara, tapi dari kepak sayap nyamuk itu. Nampaknya pengetahuan “sound and entomology” ini perlu terus dikembangkan sehingga bukan tidak mungkin akan dapat cara mengendalikan nyamuk lewat pendekatan suara ini.

Penelitian

Sudah banyak dikenal bentuk program penanggulangan nyamuk ini, yang pelaksanaannya akan tergantung dari karakteristik nyamuk, situasi epidemiologi penyakit, perilaku manusianya, sosio ekonomi budaya, aspek lingkungan dll. Secara umum ada juga yang menggolongkannya dalam penggunaan kelambu berinsektisida (long-lasting insecticidal nets), penyemprotan di dalam dan luar rumah(indoor residual spraying and outdoor spraying), pemberikan bahan kimian ke air, pakaian tertentu, penggunaan repelen, pengendalian secara biologik dan genetik, pengelolaaan sampah sehat, modifikasi tata ruang rumah dll.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More