Beras Mahal, Saatnya Diversifikasi Pangan

Jum'at, 24 Februari 2023 - 11:00 WIB
Pemerintah patut segera mencari solusi yang memiliki signifikansi terukur mengatasi impor beras. Warga harus mulai didorong melakukan penurunan konsumsi beras. Jika tidak, Indonesia tidak lepas dari jebakan pangan impor.

Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi, sekitar 1,4% per tahun, memerlukan pertambahan beras sebanyak 3,5 juta ton setiap tahun. Sementara negara eksportir beras seperti Thailand dan Vietnam tidak lagi mengobral ekspor guna mengantisipasi kebutuhan dalam negeri yang kian meningkat dan dampak Covid-19 yang sepenuhnya belum teratasi.

Pemahaman yang menyamakan swasembada beras dengan ketahanan pangan harus dikoreksi ulang untuk tidak terus direproduksi guna mengukur keberhasilan pembangunan pertanian.

Ketersediaan beras di gudang Bulog acap kali dijadikan sebagai basis ketahanan pangan dan kian memantapkan arah pola konsumsi masyarakat pada beras. Produk olahan padi ini tidak lagi sekadar barang ekonomi, tetapi telah diposisikan sebagai komoditas politik yang memiliki dimensi sosial yang luas.

Politik beras murah digelontorkan sejak rezim Orde Baru untuk membentuk opini no rice no glory. Hal ini mendorong peningkatan konsumsi beras secara signifikan, dari 110 kg/kapita/tahun pada 1967 menjadi 139 kg/kapita/tahun pada 2010 dan menurun ke 90 kg/kapita/tahun tiga tahun belakangan ini. Bandingkan dengan orang Jepang yang hanya mengonsumsi beras 45 kg/kapita/tahun.

Lantas apa langkah pemerintah untuk mengatasi harga beras yang makin mahal? Masyarakat patut didorong untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras yang saat ini produksinya secara global semakin menurun.

Dengan perkiraan produksi padi yang tidak bisa lagi ditingkatkan akibat cuaca yang tak menentu yang menyebabkan munculnya sejumlah penyakit baru tanaman padi, hal itu akan mendorong harga beras naik secara signifikan di masa datang.

Melihat ketersediaan beras di tingkat global yang kian defisit, setiap negara akan memprioritaskan kebijakan pangan untuk mencukupi kebutuhan negara masing-masing. Negara dengan surplus pangan pun tidak akan serta-merta melakukan ekspor, mereka akan memperkuat cadangan pangannya.

Kearifan Lokal

Hobi pemerintah yang suka mengimpor beras telah membawa implikasi bias pada apresiasi kita terhadap pangan lokal. Ubi jalar dan singkong menjadi komoditas pangan inferior.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More