7 Kapolri Kelahiran Jawa Tengah, Nomor 2 Jadi Simbol Polisi Jujur
Selasa, 24 Januari 2023 - 06:00 WIB
Jenderal Polisi kelahiran Banjarnegara, 15 Mei 1908 itu memulai karier kepolisian pada 1928 setelah menamatkan pendidikan Osvia. Jabatan pertamanya adalah AIB di Jatibarang. Ketekunannya dalam bekerja membawa Raden Soekarno ke karier yang lebih tinggi seperti Mantri Polisi Residen Jepara Rembang, Kepala Polisi Salatiga, Kepala Polisi Kendal, Kepala Polisi Karisidenan Pekalongan, Kepala Polisi Karisidenan Surabaya, Kepala Kepolisian Provinsi Jawa Timur, dan Ajun Kepala Kepolisian Negara.
Raden Seokarno dilantik menjadi Kapolri pada 15 Desember 1959 menggantikan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo yang mengundurkan diri. Setelah tidak menjabat Kapolri, ia sempat menjadi Menteri Penasihat Presiden untuk Urusan Dalam Negeri dan pensiun pada 31 Juli 1966. Raden Soekarno meninggal dunia di Jakarta pada 27 November 1975.
2. Jenderal Polisi (Purn) Drs Hoegeng Iman Santoso
FOTO/Colorized by Colorbykevin
Hoegeng Imam Santoso menjadi Kapolri pada periode 9 Mei 1968–2 Oktober 1971. Jenderal polisi ini merupakan kelahiran Pekalongan pada 14 Oktober 1921.
Nama aslinya Iman Santoso. Hoegeng diambil dari kata Bugel yang bermana gemuk. Panggilan di masa kecil itu kemudian dipelesetkan menjadi Bugeng, lalu Hugeng.
Hoegeng dikenal sebagai polisi yang jujur. Seperti diceritakan dalam buku Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyataan sebuah autobiografi karya Ramadhan KH (1993), Hoegeng membuang barang-barang mewah pemberian bandar judi saat bertugas di Medan, Sumatera Utara. Waktu itu, Hoegeng sedang bertugas membongkar praktik suap-menyuap oknum polisi, jaksa, dan bandar judi.
Bagi Hoegeng lebih hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi. Hoegeng geram mendapati para polisi, jaksa dan tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. "Sebuah kenyataan yang amat memalukan," katanya.
Kejujuran dan sikap antikorupsi Hoegeng telah dikenal luas. Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur konon pernah mengucapkan kalimat satire terkait polisi. "Hanya ada 3 polisi jujur di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng," kata Gus Dur dalam sebuah diskusi bertajuk Dokonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan di Bentara Budaya Jakarta pada 31 Agustus 2006 silam.
Raden Seokarno dilantik menjadi Kapolri pada 15 Desember 1959 menggantikan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo yang mengundurkan diri. Setelah tidak menjabat Kapolri, ia sempat menjadi Menteri Penasihat Presiden untuk Urusan Dalam Negeri dan pensiun pada 31 Juli 1966. Raden Soekarno meninggal dunia di Jakarta pada 27 November 1975.
2. Jenderal Polisi (Purn) Drs Hoegeng Iman Santoso
FOTO/Colorized by Colorbykevin
Hoegeng Imam Santoso menjadi Kapolri pada periode 9 Mei 1968–2 Oktober 1971. Jenderal polisi ini merupakan kelahiran Pekalongan pada 14 Oktober 1921.
Nama aslinya Iman Santoso. Hoegeng diambil dari kata Bugel yang bermana gemuk. Panggilan di masa kecil itu kemudian dipelesetkan menjadi Bugeng, lalu Hugeng.
Hoegeng dikenal sebagai polisi yang jujur. Seperti diceritakan dalam buku Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyataan sebuah autobiografi karya Ramadhan KH (1993), Hoegeng membuang barang-barang mewah pemberian bandar judi saat bertugas di Medan, Sumatera Utara. Waktu itu, Hoegeng sedang bertugas membongkar praktik suap-menyuap oknum polisi, jaksa, dan bandar judi.
Bagi Hoegeng lebih hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi. Hoegeng geram mendapati para polisi, jaksa dan tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. "Sebuah kenyataan yang amat memalukan," katanya.
Kejujuran dan sikap antikorupsi Hoegeng telah dikenal luas. Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur konon pernah mengucapkan kalimat satire terkait polisi. "Hanya ada 3 polisi jujur di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng," kata Gus Dur dalam sebuah diskusi bertajuk Dokonstruksi dan Revitalisasi Keindonesiaan di Bentara Budaya Jakarta pada 31 Agustus 2006 silam.
tulis komentar anda