Atasi Radikalisme

Sabtu, 04 April 2015 - 10:03 WIB
Atasi Radikalisme
Atasi Radikalisme
A A A
Beberapa waktu terakhir, pemerintah Indonesia begitu intens mengangkat isu adanya kelompok radikal yang pahamnya dianggap berbahaya dan mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat.

Kabar adanya sejumlah warga kita yang pergi ke Turki sebagai wisman kemudian menghilang dan disinyalir berniat gabung dengan kelompok ISIS (kelompok radikal bersenjata yang berbasis di Irak dan Suriah), menjadi bukti kuatnya pengaruh kelompok yang kini menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah itu.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat sedikitnya 514 WNI yang sudah terdeteksi bergabung dengan ISIS di Irak maupun di Suriah. Dalam beberapa tahun terakhir, ISIS telah menjadi perhatian dunia karena tindakan-tindakan mereka yang penuh kekerasan dan kekejian.

Mereka tidak segan membunuh orang-orang sipil yang tidak sepaham dengan paham radikal mereka. Namun, pemerintah Suriah maupun Irak tampak kewalahan menghadapi gerakan pasukan ISIS yang memiliki senjata lengkap dan sangat terlatih. Amerika Serikat (AS) yang biasanya sangat responsif terhadap isu-isu radikalisme di tanah Timur Tengah, seolah ragu untuk mengerahkan kekuatan militer mereka untuk sungguh-sungguh melenyapkan gerakan ISIS.

Ada banyak analisis melatarbelakangi kemunculan ISIS yang tiba-tiba menjadi kekuatan baru di Timur Tengah. Yang jelas, ISIS telah membuat situasi di Timur Tengah makin panas. Dan, ada kesan kelompok ini dibiarkan besar tanpa gangguan karena ada tujuan yang hendak dicapai dari keberadaan mereka.

Benar atau tidak, bergantung pada sudut pandang kita. Secara logika dengan perilaku dan kekejaman yang mereka tebarkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mestinya sudah harus bertindak konkret karena ISIS telah mengancam nilai-nilai kemanusiaan dan menumpahkan darah ribuan orang tak berdosa.

ISIS tak akan berhenti hanya dengan kecaman tapi harus diatasi dengan kekuatan militer gabungan yang dipimpin oleh Dewan Keamanan PBB. Atau paling tidak ada pasukan perdamaian PBB yang benar-benar melindungi dan membantu ribuan warga sipil di Irak maupun Suriah yang terancam dan menderita akibat perang yang dikobarkan ISIS. Tapi lagi-lagi upaya ke arah sana belum terlihat.

ISIS belum masuk skala prioritas untuk dilumpuhkan dengan kekuatan militer seperti halnya organisasi Al-Qaeda atau kelompok perlawanan bersenjata lain. Dari sisi ini, kekhawatiran pemerintah Indonesia dalam hal ini BNPT sepertinya cukup beralasan. ISIS adalah organisasi berbahaya yang tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia yang dari sisi kultur dan sosiologis sangat berbeda dengan tanah di mana ISIS dilahirkan dan berkembang.

Upaya ISIS untuk menarik Indonesia yang warganya mayoritas muslim terungkap dari rekaman video yang diunggah di media sosial. Di dalam rekaman itu, anggota ISIS yang diyakini dari Indonesia secara terbuka mengajak warga muslim kita untuk bergabung dengan perjuangan mereka atas nama jihad. Ini adalah provokasi yang luar biasa dan serius. Apalagi ditambah informasi yang berhasil dihimpun bahwa ISIS memiliki agen-agen atau perwakilan khusus untuk merekrut anggota dari Indonesia.

Dan, muncullah jumlah 514 WNI yang diyakini sudah bergabung dengan organisasi itu di Suriah maupun Irak. Pemerintah Indonesia memang harus melindungi dan mengingatkan warganya agar tidak mudah tergiur bujuk rayu ISIS itu. Indonesia telah berpengalaman menghadapi radikalisme yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Bibit-bibit terorisme semakin ditekan karena aparat kepolisian kita sudah paham betul perilaku dan jaringan teroris itu seperti apa, sehingga setiap ada rencana gerakan teror bisa digagalkan sebelum terlaksana. Meskipun pendekatan keamanan untuk menekan paham radikal ini juga mengundang kritik karena kasus salah tangkap dan salah tembak.

Menangkal paham radikalisme, seperti banyak diungkapkan oleh para pemuka agama, akan lebih efektif jika dilakukan melalui pendekatan pemikiran dan kemanusiaan. Artinya tahap pertama yang perlu dilakukan adalah pencegahan baru kemudian penggunaan kekuatan senjata. Ada nilai-nilai khas ketimuran yang harus dikedepankan untuk menangkal paham ISIS berkembang di sini.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4143 seconds (0.1#10.140)