Persiapan Mudik
A
A
A
TIDAK lama lagi masyarakat Indonesia akan melakukan tradisi tahunan mudik dalam rangka menyambut Idul Fitri 2014 yang akan jatuh akhir Juli ini. Mudik bukan hanya ritual tahunan biasa, melainkan suatu kejadian besar yang setiap tahun jumlah pemudiknya kian meningkat.
Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik tahun ini mencapai 27 juta atau meningkat 6,9% dari tahun sebelumnya. Tren jumlah pemudik dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Perkembangan ini menuntut pelayanan transportasi massal yang baik dan memadai untuk menghindari penumpukan penumpang di sejumlah tempat karena kesulitan mendapat tiket pulang kampung. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan memiliki tugas berat untuk memberikan pelayanan terbaik agar setiap pemudik bisa pulang ke kampung halaman dengan aman, nyaman, serta harga tiket yang terjangkau.
Secara umum, pelaksanaan mudik dari tahun ke tahun juga mengalami kemajuan dilihat dari menurunnya angka kecelakaan di jalan raya ataupun jumlah penumpang yang terangkut. Berbagai moda transportasi umum baik darat, laut, dan udara juga kelihatan telah melakukan pembenahan untuk mempermudah akses bagi calon pemudik untuk membeli tiket dengan harga yang pantas. Problem klasik yang terjadi selama mudik adalah melambungnya harga tiket hingga 3-4 kali lipat dari harga normal sehingga mendorong para pemudik untuk menggunakan sepeda motor.
Bagi masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, harga tiket kendaraan umum untuk pulang kampung sangatlah berarti. Karena itu, pemerintah harus benar-benar memantau agar harga tiket mudik dan balik di semua moda transportasi terkontrol dengan baik. Penetapan batas atas penentuan harga tiket mudik akan sangat membantu masyarakat, di samping penambahan daya angkut transportasi massal seperti kereta api, kapal laut, ataupun bus.
Selain ketersediaan angkutan massal, hal lain yang patut menjadi perhatian khusus adalah kesiapan infrastruktur jalan yang akan dilalui puluhan juta kendaraan pribadi dari wilayah Jabodetabek ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, ataupun Jawa Timur. Demikian juga antarkota di empat provinsi di Jawa itu. Persiapan jalan di pantura selalu menjadi pembicaraan hangat bagi masyarakat menjelang mudik. Telah berfungsinya rel kereta api ganda di Jawa serta jalan di beberapa wilayah penting, diharapkan bisa mengurangi beban jalan yang akan dilewati kendaraan pribadi.
Penambahan daya angkut kereta api, pesawat, dan kapal laut diharapkan bisa memindahkan penumpang yang biasanya mengandalkan mobil pribadi dan sepeda motor. Jika pemindahan itu terjadi, tentu saja beban jalan dan arus lintas bisa sedikit leluasa, meskipun sangat sulit untuk menghindari kemacetan di saat-saat mendekati hari H Lebaran. Mudik adalah fenomena unik yang melekat dalam kultur budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas hidup merantau di Ibu Kota dan kota-kota besar. Karena itu, isu pemerataan pembangunan ekonomi dan industri bisa menjadi solusi jangka panjang.
Selama ini roda ekonomi masih didominasi Jakarta dan beberapa kota besar lain di Jawa ataupun luar Jawa dengan selisih yang sangat jauh. Pemerintah baru ke depan diharapkan memiliki rencana strategis untuk mengurangi beban Ibu Kota sebagai tempat tujuan para perantau dari daerah untuk menggantungkan hidup. Pengembangan wilayah-wilayah ekonomi baru harus segera diwujudkan, meski kita tahu ini bukan persoalan mudah.
Wacana pemindahan atau pemisahan antara pusat pemerintahan dan bisnis jangan hanya diulang-ulang tanpa tindakan. Mudik bisa menjadi tolok ukur yang nyata betapa kesenjangan itu antara pusat dan daerah masih sangat besar. Ini adalah tugas besar pemerintahan baru untuk segera melakukan aksi nyata. Kita berharap mudik Lebaran 2014 ini bisa berlangsung tertib dan aman tanpa korban jiwa di jalanan.
Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik tahun ini mencapai 27 juta atau meningkat 6,9% dari tahun sebelumnya. Tren jumlah pemudik dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Perkembangan ini menuntut pelayanan transportasi massal yang baik dan memadai untuk menghindari penumpukan penumpang di sejumlah tempat karena kesulitan mendapat tiket pulang kampung. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan memiliki tugas berat untuk memberikan pelayanan terbaik agar setiap pemudik bisa pulang ke kampung halaman dengan aman, nyaman, serta harga tiket yang terjangkau.
Secara umum, pelaksanaan mudik dari tahun ke tahun juga mengalami kemajuan dilihat dari menurunnya angka kecelakaan di jalan raya ataupun jumlah penumpang yang terangkut. Berbagai moda transportasi umum baik darat, laut, dan udara juga kelihatan telah melakukan pembenahan untuk mempermudah akses bagi calon pemudik untuk membeli tiket dengan harga yang pantas. Problem klasik yang terjadi selama mudik adalah melambungnya harga tiket hingga 3-4 kali lipat dari harga normal sehingga mendorong para pemudik untuk menggunakan sepeda motor.
Bagi masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, harga tiket kendaraan umum untuk pulang kampung sangatlah berarti. Karena itu, pemerintah harus benar-benar memantau agar harga tiket mudik dan balik di semua moda transportasi terkontrol dengan baik. Penetapan batas atas penentuan harga tiket mudik akan sangat membantu masyarakat, di samping penambahan daya angkut transportasi massal seperti kereta api, kapal laut, ataupun bus.
Selain ketersediaan angkutan massal, hal lain yang patut menjadi perhatian khusus adalah kesiapan infrastruktur jalan yang akan dilalui puluhan juta kendaraan pribadi dari wilayah Jabodetabek ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, ataupun Jawa Timur. Demikian juga antarkota di empat provinsi di Jawa itu. Persiapan jalan di pantura selalu menjadi pembicaraan hangat bagi masyarakat menjelang mudik. Telah berfungsinya rel kereta api ganda di Jawa serta jalan di beberapa wilayah penting, diharapkan bisa mengurangi beban jalan yang akan dilewati kendaraan pribadi.
Penambahan daya angkut kereta api, pesawat, dan kapal laut diharapkan bisa memindahkan penumpang yang biasanya mengandalkan mobil pribadi dan sepeda motor. Jika pemindahan itu terjadi, tentu saja beban jalan dan arus lintas bisa sedikit leluasa, meskipun sangat sulit untuk menghindari kemacetan di saat-saat mendekati hari H Lebaran. Mudik adalah fenomena unik yang melekat dalam kultur budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas hidup merantau di Ibu Kota dan kota-kota besar. Karena itu, isu pemerataan pembangunan ekonomi dan industri bisa menjadi solusi jangka panjang.
Selama ini roda ekonomi masih didominasi Jakarta dan beberapa kota besar lain di Jawa ataupun luar Jawa dengan selisih yang sangat jauh. Pemerintah baru ke depan diharapkan memiliki rencana strategis untuk mengurangi beban Ibu Kota sebagai tempat tujuan para perantau dari daerah untuk menggantungkan hidup. Pengembangan wilayah-wilayah ekonomi baru harus segera diwujudkan, meski kita tahu ini bukan persoalan mudah.
Wacana pemindahan atau pemisahan antara pusat pemerintahan dan bisnis jangan hanya diulang-ulang tanpa tindakan. Mudik bisa menjadi tolok ukur yang nyata betapa kesenjangan itu antara pusat dan daerah masih sangat besar. Ini adalah tugas besar pemerintahan baru untuk segera melakukan aksi nyata. Kita berharap mudik Lebaran 2014 ini bisa berlangsung tertib dan aman tanpa korban jiwa di jalanan.
(hyk)