Gerindra dan Golkar di ambang koalisi
A
A
A
Sindonews.com - Komunikasi politik antara Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto semakin intens.
Hal ini terbukti dengan kedatangan Ical ke kediaman Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor. Hubungan yang makin intens ini akan memperbesar potensi koalisi antara kedua calon presiden (capres) tersebut.
Pernyataan itu diungkap Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry. “Dilihat dari gerak-geriknya, kemungkinan terjadi koalisi antara Golkar dan Gerindra sangat besar,” ujar Umar saat dihubungi Sindonews, Senin (5/5/2014).
Umar menyebutkan, ada beberapa faktor yang menguatkan kemungkinan koalisi ini. Pertama, kedua partai memiliki platform dan ideologi yang sama. Dan telah diketahui umum, kedua partai juga lahir dari rahim yang sama.
Kedua, kombinasi Prabowo dan Ical sangat ideal dengan syarat capres-cawapres yang datang dari kelompok Jawa-non Jawa, perwakilan sipil-militer, dan antara yang senior dengan yang lebih muda. “Ical yang lebih senior dan Prabowo Juniornya,” ujar Umar.
Ketiga, faktor internal Partai Golkar yang memaksa Ical harus realistis. Umar menambahkan, di tengah banyaknya tekanan dari elite partai yang sedang berebut untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari capres lain, Ical harus mengambil keputusan yang realistis.
“Kalau Ical tidak cerdas dan hanya mementingkan ego, dia malah tidak akan dapat apa-apa,” ujarnya.
Hal ini terbukti dengan kedatangan Ical ke kediaman Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor. Hubungan yang makin intens ini akan memperbesar potensi koalisi antara kedua calon presiden (capres) tersebut.
Pernyataan itu diungkap Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry. “Dilihat dari gerak-geriknya, kemungkinan terjadi koalisi antara Golkar dan Gerindra sangat besar,” ujar Umar saat dihubungi Sindonews, Senin (5/5/2014).
Umar menyebutkan, ada beberapa faktor yang menguatkan kemungkinan koalisi ini. Pertama, kedua partai memiliki platform dan ideologi yang sama. Dan telah diketahui umum, kedua partai juga lahir dari rahim yang sama.
Kedua, kombinasi Prabowo dan Ical sangat ideal dengan syarat capres-cawapres yang datang dari kelompok Jawa-non Jawa, perwakilan sipil-militer, dan antara yang senior dengan yang lebih muda. “Ical yang lebih senior dan Prabowo Juniornya,” ujar Umar.
Ketiga, faktor internal Partai Golkar yang memaksa Ical harus realistis. Umar menambahkan, di tengah banyaknya tekanan dari elite partai yang sedang berebut untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari capres lain, Ical harus mengambil keputusan yang realistis.
“Kalau Ical tidak cerdas dan hanya mementingkan ego, dia malah tidak akan dapat apa-apa,” ujarnya.
(maf)