Demokrat diragukan mampu pimpin koalisi
A
A
A
Sindonews.com - Hasil hitung cepat (quick count) Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 Partai Demokrat tidak memenuhi syarat minimal 20 persen suara sah nasional untuk mengajukan pasangan calon presiden (capres).
Atas dasar ini, partai tersebut dikabarkan sedang berupaya membentuk poros baru dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Pemerhati pemilu dari Sigma, Said Salahudin meragukan partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bisa memimpin koalisi partai politik (parpol) yang disebut poros baru tersebut. Alasannya, ketokohan SBY tidak sebesar sebelum-sebelumnya.
"Kadar ketokohannya sudah mulai memudar, dan itu berimplikasi terhadap menurunnya pengaruh SBY di mata partai politik lainnya. Dalam konteks itulah SBY dan Partai Demokrat agak sulit untuk memosisikan diri sebagai koordinator atau pemimpin koalisi yang bisa mengatur parpol lain sebagai anggota koalisi," ujar Said dalam perbincangannya dengan Sindonews melalui sambungan telepon, Senin (28/4/2014).
Dia juga mengungkapkan kelemahan Partai Demokrat lainnya dalam upaya mengusung koalisi poros baru tersebut. Salah satunya adalah, elektabilitas dan popularitas para peserta konvensi capres yang akan diusung dalamPilpres 2014.
"Betul bahwa Partai Demokrat punya stok capres paling banyak diantara parpol lainnya. Tetapi para capres peserta konvensi Demokrat diragukan bisa menandingi capres dari koalisi partai lain." ungkapnya.
Maka itu disarankan, Partai Demokrat sebaiknya tidak memaksakan capres internal untuk diajukan dalam koalisi yang tengah dirajutnya.
"Masalahnya kan belum tentu parpol yang diajak berkoalisi oleh Demokrat seperti PAN, misalnya berkenan mendukung calon dari luar parpol, sebab PAN sepertinya masih ngotot untuk mengusung ketua umumnya Hatta Rajasa."
Atas dasar ini, partai tersebut dikabarkan sedang berupaya membentuk poros baru dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Pemerhati pemilu dari Sigma, Said Salahudin meragukan partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bisa memimpin koalisi partai politik (parpol) yang disebut poros baru tersebut. Alasannya, ketokohan SBY tidak sebesar sebelum-sebelumnya.
"Kadar ketokohannya sudah mulai memudar, dan itu berimplikasi terhadap menurunnya pengaruh SBY di mata partai politik lainnya. Dalam konteks itulah SBY dan Partai Demokrat agak sulit untuk memosisikan diri sebagai koordinator atau pemimpin koalisi yang bisa mengatur parpol lain sebagai anggota koalisi," ujar Said dalam perbincangannya dengan Sindonews melalui sambungan telepon, Senin (28/4/2014).
Dia juga mengungkapkan kelemahan Partai Demokrat lainnya dalam upaya mengusung koalisi poros baru tersebut. Salah satunya adalah, elektabilitas dan popularitas para peserta konvensi capres yang akan diusung dalamPilpres 2014.
"Betul bahwa Partai Demokrat punya stok capres paling banyak diantara parpol lainnya. Tetapi para capres peserta konvensi Demokrat diragukan bisa menandingi capres dari koalisi partai lain." ungkapnya.
Maka itu disarankan, Partai Demokrat sebaiknya tidak memaksakan capres internal untuk diajukan dalam koalisi yang tengah dirajutnya.
"Masalahnya kan belum tentu parpol yang diajak berkoalisi oleh Demokrat seperti PAN, misalnya berkenan mendukung calon dari luar parpol, sebab PAN sepertinya masih ngotot untuk mengusung ketua umumnya Hatta Rajasa."
(kur)