Gagal di Pemira, Nur Mahmudi tak ngebet nyapres
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail tidak kecewa dengan kegagalannya di Pemilihan Raya (Pemira), konvensi penjaringan calon presiden (capres) di Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Saya legowo, sepenuhnya ikhlas. Dan enggak usah ngebet-ngebet banget jadi capres. Kalau enggak lolos ya sudah, saya tidak sakit hati dengan kader, karena tidak ada yang berutang. Saya tidak berutang begitu juga kader. Semua ini yang menentukan para pemilih. Sebagai simpatisan dan pejabat publik saya punya kewajiban melakukan kerja terbaik," kata Nur Mahmudi konferensi pers di Balai Kota Depok kepada wartawan, Kamis (6/2/2014).
Menurutnya, ia terpilih masuk bursa capres melalui Pamira oleh para pemilih hingga lima besar. Selama proses itu pun ia tidak berkampanye dan hanya ikhtiar.
Mekanisme pencapresan, kata dia, serupa saat penjaringan Wali Kota Depok pada tahun 2005. Dari 28 nama menjadi 10 nama kemudian tiga hingga satu. Bedanya pencapresan itu ditentukan oleh Dewan Syuro PKS, sedangkan pencalonan Wali Kota Depok ditentukan DPP PKS Kota Depok.
Menanggapi keputusan Majelis Dewan Syuro tersebut, Nur Mahmudi menyatakan ia merupakan salah satu pendiri Partai Keadilan, karena itu mengetahui pola pembinaan agar partai bisa tumbuh dan berkembang. Pembinaan itu berupa pola berprilaku dalam birokrasi, etika politik, dan etika kenegaraan.
Salah satu contohnya, ketika ia ditunjuk menjadi Menteri Kehutanan oleh Gus Dur maka ia pun mundur dari jabatan Presiden PK. Begitupun Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring, dan Anis Mata yang mundur dari DPR saat dipilih menjadi Presiden PKS.
"Kemarin saya enggak hadir karena bukan anggota Majelis Dewan Syuro. Sehingga tidak diperlukan lagi penjelasan terkait keputusan Dewan Syuro mengapa tak pilih saya, karena sudah eksplisit dan jelas. Begitu pun keputusan meloloskan Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, dan Aher, karena Majelis Syuro memiliki pandangan multidimensi tentang hal itu, kami lebih mengutamakan kepentingan negara dan bangsa," imbuhnya.
Tautan lain:
Nur Mahmudi dan Tifatul tersingkir dari Pemira PKS
Menunggu capres PKS
"Saya legowo, sepenuhnya ikhlas. Dan enggak usah ngebet-ngebet banget jadi capres. Kalau enggak lolos ya sudah, saya tidak sakit hati dengan kader, karena tidak ada yang berutang. Saya tidak berutang begitu juga kader. Semua ini yang menentukan para pemilih. Sebagai simpatisan dan pejabat publik saya punya kewajiban melakukan kerja terbaik," kata Nur Mahmudi konferensi pers di Balai Kota Depok kepada wartawan, Kamis (6/2/2014).
Menurutnya, ia terpilih masuk bursa capres melalui Pamira oleh para pemilih hingga lima besar. Selama proses itu pun ia tidak berkampanye dan hanya ikhtiar.
Mekanisme pencapresan, kata dia, serupa saat penjaringan Wali Kota Depok pada tahun 2005. Dari 28 nama menjadi 10 nama kemudian tiga hingga satu. Bedanya pencapresan itu ditentukan oleh Dewan Syuro PKS, sedangkan pencalonan Wali Kota Depok ditentukan DPP PKS Kota Depok.
Menanggapi keputusan Majelis Dewan Syuro tersebut, Nur Mahmudi menyatakan ia merupakan salah satu pendiri Partai Keadilan, karena itu mengetahui pola pembinaan agar partai bisa tumbuh dan berkembang. Pembinaan itu berupa pola berprilaku dalam birokrasi, etika politik, dan etika kenegaraan.
Salah satu contohnya, ketika ia ditunjuk menjadi Menteri Kehutanan oleh Gus Dur maka ia pun mundur dari jabatan Presiden PK. Begitupun Hidayat Nur Wahid dan Tifatul Sembiring, dan Anis Mata yang mundur dari DPR saat dipilih menjadi Presiden PKS.
"Kemarin saya enggak hadir karena bukan anggota Majelis Dewan Syuro. Sehingga tidak diperlukan lagi penjelasan terkait keputusan Dewan Syuro mengapa tak pilih saya, karena sudah eksplisit dan jelas. Begitu pun keputusan meloloskan Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, dan Aher, karena Majelis Syuro memiliki pandangan multidimensi tentang hal itu, kami lebih mengutamakan kepentingan negara dan bangsa," imbuhnya.
Tautan lain:
Nur Mahmudi dan Tifatul tersingkir dari Pemira PKS
Menunggu capres PKS
(hyk)