Ramadhan Pohan penasaran isi penyadapan dari Snowden
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua Komisi I, Ramadhan Pohan penasaran ingin mendengarkan langsung dari mantan kontraktor National Security Agency (NSA), Edward Snowden terkait dugaan penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Australia terhadap Indonesia.
"Saya sendiri ingin sekali mendengar langsung dari Edward Snowden, saya tidak peduli dengan negara lain tetapi ini hal-hal tentang Indonesia," kata pria yang akrab disapa Rampo ini dalam diskusi Polemik Sindo Radio bertema 'Sadap Bikin Tak Sedap' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/11/2013).
Namun, politikus Partai Demokrat ini meyakini kalau hal tersebut tidak mudah, karenanya, untuk mendapatkan kejelasan itu, ia pun berharap agar Amerika dan Australia bisa mengklarifikasi
"Saya meminta AS dan Australia segera terbuka dan mengklarifikasi," tegasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, ada dugaan skandal operasi spionase Amerika Serikat, meluas hingga ke Asia, termasuk Indonesia. AS diduga melakukan penyadapan dengan menggunakan alat yang terpasang di Kedutaan Besar AS, di Jakarta.
Hal itu terungkap dari bocoran dokumen milik bekas kontraktor National Security Agency (NSA), Edward Snowden. Mengutip laporan media Australia, smh.com.au, dari bocoran Snowden terungkap, fasilitas penyadapan AS sebanyak 90 titik yang tersebar di seluruh dunia.
Untuk wilayah, Asia Tenggara, berbagai alat penyadapan AS diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Pada 13 Agustus 2010, sebuah peta tidak menunjukkan fasilitas penyadapan itu terpasang di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang dan Singapura, yang semuanya diketahui sebagai sekutu terdekat AS.
Baca juga: Intelijen harus selidiki informasi apa yang dicuri AS & Asutralia
"Saya sendiri ingin sekali mendengar langsung dari Edward Snowden, saya tidak peduli dengan negara lain tetapi ini hal-hal tentang Indonesia," kata pria yang akrab disapa Rampo ini dalam diskusi Polemik Sindo Radio bertema 'Sadap Bikin Tak Sedap' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/11/2013).
Namun, politikus Partai Demokrat ini meyakini kalau hal tersebut tidak mudah, karenanya, untuk mendapatkan kejelasan itu, ia pun berharap agar Amerika dan Australia bisa mengklarifikasi
"Saya meminta AS dan Australia segera terbuka dan mengklarifikasi," tegasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, ada dugaan skandal operasi spionase Amerika Serikat, meluas hingga ke Asia, termasuk Indonesia. AS diduga melakukan penyadapan dengan menggunakan alat yang terpasang di Kedutaan Besar AS, di Jakarta.
Hal itu terungkap dari bocoran dokumen milik bekas kontraktor National Security Agency (NSA), Edward Snowden. Mengutip laporan media Australia, smh.com.au, dari bocoran Snowden terungkap, fasilitas penyadapan AS sebanyak 90 titik yang tersebar di seluruh dunia.
Untuk wilayah, Asia Tenggara, berbagai alat penyadapan AS diduga terpasang di Kedutaan Besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Pada 13 Agustus 2010, sebuah peta tidak menunjukkan fasilitas penyadapan itu terpasang di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang dan Singapura, yang semuanya diketahui sebagai sekutu terdekat AS.
Baca juga: Intelijen harus selidiki informasi apa yang dicuri AS & Asutralia
(rsa)