WIN-HT terus melaju
A
A
A
Sindonews.com - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Hanura, Wiranto-Hary Tanoesoedibjo (WIN-HT), terus melaju.
WIN-HT masih mengungguli Prabowo Subianto dengan menduduki peringkat kedua sebagai calon yang paling banyak dipilih untuk menjadi presiden Indonesia 2014.
Hasil survei Indonesia Research Centre (IRC) yang diperoleh dari 8.200 responden atau sekitar 50 persen dari total keseluruhan responden menyebutkan tingkat elektabilitas WIN-HT berada di angka sekitar 10,7 persen dan Prabowo sekitar 9,4 persen.
”Hal ini mirip dengan hasil yang dirilis IRC minggu lalu (21 Oktober) saat data yang telah diverifikasi dan dicek ulang mencapai 30 persen, urutan kedua dan ketiga masih berada dalam genggaman mereka berdua (WIN-HT dan Prabowo),” kata peneliti IRC Yunita Mandolang di Jakarta kemarin.
Sementara itu, Joko Widodo (Jokowi) juga masih berada di urutan pertama dengan tingkat keterpilihan sebesar 36,2 persen. Yunita mengungkapkan, dukungan terhadap WIN-HT terlihat menguat berdasarkan survei yang dilakukan IRC pada September hingga Oktober ini.
Dibandingkan survei yang dilakukan IRC pada Mei lalu dengan metode yang sama, dengan jumlah responden 1.978, elektabilitas Wiranto sudah naik 6 poin dalam empat bulan terakhir. ”Saat itu elektabilitas Wiranto baru di kisaran 4 persen, sementara Prabowo sudah mencapai sekitar 16 persen,” papar Yunita.
Menurutnya, pascadeklarasi, pasangan WIN-HT ini memang terlihat intensif keliling ke berbagai daerah meningkatkan popularitasnya. Meski urutan elektabilitas masih sangat mungkin berubah, elektabilitas WINHT telah naik cukup signifikan. ”Kenaikan itu menggerus suara Prabowo yang selama ini mengunci posisi kedua di berbagai lembaga survei,” jelasnya.
Elektabilitas Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie belum banyak bergeser dibandingkan survei IRC yang dilakukan empat bulan lalu, yaitu berturut-turut berada di kisaran 8 persen dan 6 persen.
”Tingginya tingkat elektabilitas Golkar (14,48 persen) tampaknya tidak dapat mengalirkan suara untuk Aburizal Bakrie yang elektabilitasnya hanya sekitar 7,6 persen,” ungkap Yunita.
Hal ini menunjukkan sebagai ketua umum, Aburizal Bakrie tidak mampu menjadi magnet bagi konstituen partainya. Dilihat dari wilayah, Surya Paloh mendapat elektabilitas tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan angka sekitar 30 persen yang merupakan elektabilitas terunggul dibandingkan dukungan yang diberikan untuk Jokowi sekalipun yang mencapai sekitar 26 persen di Bumi Rencong ini. Sementara itu, Jusuf Kalla sangat kuat di Sulawesi Selatan dengan jumlah pemilih 43 persen.
Elektabilitas partai politik
Belum bergeser dari posisi sebelumnya, PDIP dan Golkar masih menempati posisi teratas dalam survei IRC dengan elektabilitas sebesar 19,4 persen dan 14,48 persen. Namun, tingginya kepercayaan masyarakat terhadap PDIP hanya terjadi di Pulau Jawa, sedangkan luar Jawa seperti Sulawesi Selatan, Maluku, Sumatera, dan sebagian Jawa Barat masih menjadi milik partai berlambang beringin.
Sementara untuk peringkat ketiga, ada tiga parpol yang saling salip memperebutkan posisi itu. Dalam rilis pertama (saat data survei 30 persen), posisi ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut ditempati Partai Demokrat, Hanura, dan Gerindra. Kali ini, posisi berubah menjadi Gerindra (8,08 persen), disusul Demokrat (7,79 persen) dan Hanura (7,13 persen).
Rupanya pengambilalihan kursi ketua umum DPP Partai Demokrat oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap saja tidak mampu memulihkan kepercayaan masyarakat. ”Kebangkrutan politik akan terus dialami Demokrat jika Gerindra dan Hanura mampu mengakumulasi dukungan dan membangun kepercayaan publik, apalagi kedua partai dikenal sebagai partai yang bersih,” terang Yunita.
IRC telah menjalankan survei pemilu 2014 di seluruh provinsi. Responden dipilih secara acak sistematik bertingkat (multistage random). Data yang terkumpul dari survei tatap muka menggunakan kuesioner yang dijalankan pada 25 September 2013 lalu, saat ini sedang dalam tahap pengolahan dari 8.200 responden atau sekitar 50 persen dari total responden yang ada.
Hasil survey ini diperoleh dari responden yang domisili di 14 provinsi di Indonesia, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Jumlah responden di setiap provinsi ditentukan secara proporsional.
Pada tingkat kepercayaan 95 persen, ambang kesalahan kurang lebih 0,77 persen. Pengamat politik Boni Hargens menilai, logis ketika belakangan ini dalam survei pasangan WIN-HT bersaing ketat dengan Prabowo. Menurut dia, setelah bergabungnya HT ke Hanura, apalagi setelah deklarasi pasangan capres-cawapres, WIN-HT telah tersosialisasi secara masif ke masyarakat.
”Tidak bisa dimungkiri kapital dan dukungan media sangat mendongkrak elektabilitas karena masyarakat jadi mengetahui bagaimana visi misi pasangan capres-cawapres ini (WIN-HT) untuk Indonesia ke depan,” kata Boni.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) itu mengungkapkan, dalam hal sosialisasi visi misi, WIN-HT juga cukup berhasil dengan jargon politik kebangsaan pluralis, saling melengkapi, serta mewakili kalangan yang berbeda latar belakang. ”Visi kebangsaan pluralis itu yang menurut saya sangat mahal dan itu dilihat oleh masyarakat kelas menengah,” ujarnya.
Boni bahkan memprediksi, tidak menutup kemungkinan elektabilitas WIN-HT bisa terus naik dan menjadi pesaing Jokowi bersama Prabowo asalkan dalam waktu tersisa sebelum Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 bisa membuat gebrakan dan mampu meyakinkan publik.
Sementara untuk elektabilitas partai, Boni melihatnya citra Hanura dan Gerindra sebagai partai bersih memang menjadi alternatif di saat hampir semua partai di parlemen terkena kasus korupsi. ‘’Dalam kondisi itu, jika Hanura bisa lebih memasifkan diri sebagai partai bersih, bukan tidak mungkin elektabilitasnya akan terus naik,’’ papar Boni.
Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husin mengungkapkan, pihaknya tentu mengapresiasi survei yang dirilis IRC tersebut. Namun, hal itu tidak membuat Hanura berpuas diri. ”Malah itu (hasil survei IRC) menjadikan kita semakin intens bekerja, lebih all out dalam rangka menggapai target dua digit,” kata Saleh.
Menurut dia, apa yang telah Hanura lakukan selama ini tentu berdampak positif terhadap elektabilitas WIN-HT. ”Dan mudah-mudahan dengan sisa waktu yang ada ini, (Hanura dan WIN-HT) terus bergerak naik,” tandasnya.
Berita terkait:
Win-HT geser Prabowo
WIN-HT masih mengungguli Prabowo Subianto dengan menduduki peringkat kedua sebagai calon yang paling banyak dipilih untuk menjadi presiden Indonesia 2014.
Hasil survei Indonesia Research Centre (IRC) yang diperoleh dari 8.200 responden atau sekitar 50 persen dari total keseluruhan responden menyebutkan tingkat elektabilitas WIN-HT berada di angka sekitar 10,7 persen dan Prabowo sekitar 9,4 persen.
”Hal ini mirip dengan hasil yang dirilis IRC minggu lalu (21 Oktober) saat data yang telah diverifikasi dan dicek ulang mencapai 30 persen, urutan kedua dan ketiga masih berada dalam genggaman mereka berdua (WIN-HT dan Prabowo),” kata peneliti IRC Yunita Mandolang di Jakarta kemarin.
Sementara itu, Joko Widodo (Jokowi) juga masih berada di urutan pertama dengan tingkat keterpilihan sebesar 36,2 persen. Yunita mengungkapkan, dukungan terhadap WIN-HT terlihat menguat berdasarkan survei yang dilakukan IRC pada September hingga Oktober ini.
Dibandingkan survei yang dilakukan IRC pada Mei lalu dengan metode yang sama, dengan jumlah responden 1.978, elektabilitas Wiranto sudah naik 6 poin dalam empat bulan terakhir. ”Saat itu elektabilitas Wiranto baru di kisaran 4 persen, sementara Prabowo sudah mencapai sekitar 16 persen,” papar Yunita.
Menurutnya, pascadeklarasi, pasangan WIN-HT ini memang terlihat intensif keliling ke berbagai daerah meningkatkan popularitasnya. Meski urutan elektabilitas masih sangat mungkin berubah, elektabilitas WINHT telah naik cukup signifikan. ”Kenaikan itu menggerus suara Prabowo yang selama ini mengunci posisi kedua di berbagai lembaga survei,” jelasnya.
Elektabilitas Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie belum banyak bergeser dibandingkan survei IRC yang dilakukan empat bulan lalu, yaitu berturut-turut berada di kisaran 8 persen dan 6 persen.
”Tingginya tingkat elektabilitas Golkar (14,48 persen) tampaknya tidak dapat mengalirkan suara untuk Aburizal Bakrie yang elektabilitasnya hanya sekitar 7,6 persen,” ungkap Yunita.
Hal ini menunjukkan sebagai ketua umum, Aburizal Bakrie tidak mampu menjadi magnet bagi konstituen partainya. Dilihat dari wilayah, Surya Paloh mendapat elektabilitas tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan angka sekitar 30 persen yang merupakan elektabilitas terunggul dibandingkan dukungan yang diberikan untuk Jokowi sekalipun yang mencapai sekitar 26 persen di Bumi Rencong ini. Sementara itu, Jusuf Kalla sangat kuat di Sulawesi Selatan dengan jumlah pemilih 43 persen.
Elektabilitas partai politik
Belum bergeser dari posisi sebelumnya, PDIP dan Golkar masih menempati posisi teratas dalam survei IRC dengan elektabilitas sebesar 19,4 persen dan 14,48 persen. Namun, tingginya kepercayaan masyarakat terhadap PDIP hanya terjadi di Pulau Jawa, sedangkan luar Jawa seperti Sulawesi Selatan, Maluku, Sumatera, dan sebagian Jawa Barat masih menjadi milik partai berlambang beringin.
Sementara untuk peringkat ketiga, ada tiga parpol yang saling salip memperebutkan posisi itu. Dalam rilis pertama (saat data survei 30 persen), posisi ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut ditempati Partai Demokrat, Hanura, dan Gerindra. Kali ini, posisi berubah menjadi Gerindra (8,08 persen), disusul Demokrat (7,79 persen) dan Hanura (7,13 persen).
Rupanya pengambilalihan kursi ketua umum DPP Partai Demokrat oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap saja tidak mampu memulihkan kepercayaan masyarakat. ”Kebangkrutan politik akan terus dialami Demokrat jika Gerindra dan Hanura mampu mengakumulasi dukungan dan membangun kepercayaan publik, apalagi kedua partai dikenal sebagai partai yang bersih,” terang Yunita.
IRC telah menjalankan survei pemilu 2014 di seluruh provinsi. Responden dipilih secara acak sistematik bertingkat (multistage random). Data yang terkumpul dari survei tatap muka menggunakan kuesioner yang dijalankan pada 25 September 2013 lalu, saat ini sedang dalam tahap pengolahan dari 8.200 responden atau sekitar 50 persen dari total responden yang ada.
Hasil survey ini diperoleh dari responden yang domisili di 14 provinsi di Indonesia, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Jumlah responden di setiap provinsi ditentukan secara proporsional.
Pada tingkat kepercayaan 95 persen, ambang kesalahan kurang lebih 0,77 persen. Pengamat politik Boni Hargens menilai, logis ketika belakangan ini dalam survei pasangan WIN-HT bersaing ketat dengan Prabowo. Menurut dia, setelah bergabungnya HT ke Hanura, apalagi setelah deklarasi pasangan capres-cawapres, WIN-HT telah tersosialisasi secara masif ke masyarakat.
”Tidak bisa dimungkiri kapital dan dukungan media sangat mendongkrak elektabilitas karena masyarakat jadi mengetahui bagaimana visi misi pasangan capres-cawapres ini (WIN-HT) untuk Indonesia ke depan,” kata Boni.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) itu mengungkapkan, dalam hal sosialisasi visi misi, WIN-HT juga cukup berhasil dengan jargon politik kebangsaan pluralis, saling melengkapi, serta mewakili kalangan yang berbeda latar belakang. ”Visi kebangsaan pluralis itu yang menurut saya sangat mahal dan itu dilihat oleh masyarakat kelas menengah,” ujarnya.
Boni bahkan memprediksi, tidak menutup kemungkinan elektabilitas WIN-HT bisa terus naik dan menjadi pesaing Jokowi bersama Prabowo asalkan dalam waktu tersisa sebelum Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 bisa membuat gebrakan dan mampu meyakinkan publik.
Sementara untuk elektabilitas partai, Boni melihatnya citra Hanura dan Gerindra sebagai partai bersih memang menjadi alternatif di saat hampir semua partai di parlemen terkena kasus korupsi. ‘’Dalam kondisi itu, jika Hanura bisa lebih memasifkan diri sebagai partai bersih, bukan tidak mungkin elektabilitasnya akan terus naik,’’ papar Boni.
Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husin mengungkapkan, pihaknya tentu mengapresiasi survei yang dirilis IRC tersebut. Namun, hal itu tidak membuat Hanura berpuas diri. ”Malah itu (hasil survei IRC) menjadikan kita semakin intens bekerja, lebih all out dalam rangka menggapai target dua digit,” kata Saleh.
Menurut dia, apa yang telah Hanura lakukan selama ini tentu berdampak positif terhadap elektabilitas WIN-HT. ”Dan mudah-mudahan dengan sisa waktu yang ada ini, (Hanura dan WIN-HT) terus bergerak naik,” tandasnya.
Berita terkait:
Win-HT geser Prabowo
(maf)