Demokrat Gabung KIM, Politikus PDIP: Mengingatkan Pilpres 2014
loading...
A
A
A
JAKARTA - Politikus PDIP Charles Honoris menanggapi santai bergabungnya Partai Demokrat ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 . Menurut dia, dalam Pilpres 2014 dan 2019, Partai Demokrat juga selalu mendukung Prabowo.
Justru Charles menilai konstelasi dukungan partai-partai kepada Prabowo saat ini mengembalikan ingatan publik pada Pilpres 2014. "Saat Pilpres 2014, Prabowo didukung koalisi besar (gemuk) dan Jokowi didukung koalisi kecil (kurus), dan pada akhirnya sejarah mencatat, yang kurus yang didukung rakyat yang menang," katanya di Jakarta, Senin (18/9/2023).
Anggota Fraksi PDIP DPR ini menilai di era Pemilu langsung, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam menentukan presiden dan wakil presiden. Karena itu, menurut Charles, seperti pernyataan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri bahwa selama PDIP selalu dekat dan menyatu dengan rakyat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Kami yakin rakyat dengan hati nuraninya akan memilih Ganjar karena kualitas kepemimpinannya sudah teruji dari bawah sebagai kepala daerah. Sebagaimana rakyat juga dulu pada Pilpres 2014 memilih Jokowi dengan alasan serupa," tegasnya.
Selama mengusung calon pemimpin yang berasal dari rakyat, Charles menegaskan PDIP tidak gentar kembali dikeroyok gabungan kekuatan politik besar. Dia menceritakan, PDIP adalah partai yang sudah terbiasa dikeroyok.
Bukan saja pada Pilpres 2014, tetapi juga dalam pemilu-pemilu sebelumnya, di era transisi demokrasi maupun di era Orde Baru. "Bahkan banyak yang menilai, sejarah PDI Perjuangan adalah sejarah dikeroyok kekuatan politik besar," ujarnya.
Charles menekankan yang membuat PDIP tetap bertahan separuh abad lebih adalah dukungan dari rakyat itu sendiri. Rakyat adalah inti perjuangan dari PDIP. "Seperti kata Bung Karno ‘kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat, dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa’," tandasnya.
Justru Charles menilai konstelasi dukungan partai-partai kepada Prabowo saat ini mengembalikan ingatan publik pada Pilpres 2014. "Saat Pilpres 2014, Prabowo didukung koalisi besar (gemuk) dan Jokowi didukung koalisi kecil (kurus), dan pada akhirnya sejarah mencatat, yang kurus yang didukung rakyat yang menang," katanya di Jakarta, Senin (18/9/2023).
Anggota Fraksi PDIP DPR ini menilai di era Pemilu langsung, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam menentukan presiden dan wakil presiden. Karena itu, menurut Charles, seperti pernyataan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri bahwa selama PDIP selalu dekat dan menyatu dengan rakyat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Kami yakin rakyat dengan hati nuraninya akan memilih Ganjar karena kualitas kepemimpinannya sudah teruji dari bawah sebagai kepala daerah. Sebagaimana rakyat juga dulu pada Pilpres 2014 memilih Jokowi dengan alasan serupa," tegasnya.
Selama mengusung calon pemimpin yang berasal dari rakyat, Charles menegaskan PDIP tidak gentar kembali dikeroyok gabungan kekuatan politik besar. Dia menceritakan, PDIP adalah partai yang sudah terbiasa dikeroyok.
Bukan saja pada Pilpres 2014, tetapi juga dalam pemilu-pemilu sebelumnya, di era transisi demokrasi maupun di era Orde Baru. "Bahkan banyak yang menilai, sejarah PDI Perjuangan adalah sejarah dikeroyok kekuatan politik besar," ujarnya.
Charles menekankan yang membuat PDIP tetap bertahan separuh abad lebih adalah dukungan dari rakyat itu sendiri. Rakyat adalah inti perjuangan dari PDIP. "Seperti kata Bung Karno ‘kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat, dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa’," tandasnya.
(poe)