Ekonomi kerakyatan ala Makassar
A
A
A
MENUMBUHKAN ekonomi kerakyatan tidak cukup dengan dukungan pemerintah berupa dana atau regulasi saja. Kesetaraan perlakuan atas ekonomi kerakyatan merupakan faktor yang sama penting atau bahkan lebih penting dalam menghidupkan ekonomi kerakyatan. Selain itu, dukungan masyarakat juga kritis artinya demi kelangsungan hidup ekonomi kerakyatan. Kesimpulan demikian dapat ditarik dari sistem ekonomi kerakyatan yang bertumbuh di Makassar.
Kesetaraan ekonomi kerakyatan Makassar
Kesetaraan hak termasuk dalam menjalankan perekonomian merupakan salah satu kekuatan Kota Makassar. Dampaknya signifikan dalam menghidupkan ekonomi rakyat kota itu. Di ibu kota provinsi-provinsi lain alat transportasi becak pada umumnya sangat terbatas geraknya. Banyak kawasan jalan yang disterilkan dari penarik becak, khususnya becak dayung. Ibu kota provinsi-provinsi lain cenderung memandang moda transportasi becak merusak pemandangan dan image kota. Selain itu, becak dayung yang lamban jalannya juga dianggap menjadi penyebab macetnya lalu lintas yang banyak dilintasi kendaraan-kendaraan bermesin.
Namun, di Kota Makassar pengendara becak dayung sangat leluasa bergerak. Di jalan-jalan utama becak dayung berseliweran dengan mobil pribadi, taksi, dan angkutan umum ataupun motor. Sekilas pemandangan lalu lintas di jalan-jalan utama yang dilalui becak dayung memberi kesan masyarakat sedikit terbelakang. Namun, kesan tersebut akan berubah bila kita melihat mobil-mobil yang melintas di jalan yang hampir seluruhnya merupakan mobil keluaran baru dengan harga relatif mahal. Sulit sekali menemukan mobil-mobil lama di Makassar. Kesetaraan hak merupakan jawaban logis dari keragaman moda transportasi di Kota Makassar.
Makassar tampaknya tidak ingin mengorbankan kehidupan perekonomian masyarakat demi keindahan atau gengsi kota. Keberadaan moda transportasi becak dayung tak membuat predikat Kota Makassar sebagai kota yang tingkat kemacetannya tinggi. Kota Makassar memiliki cara sendiri dalam mengatasi kemacetan yakni memanfaatkan gang-gang sebagai jalan alternatif. Seringkali sulit membedakan jalan utama dan jalan gang di Makassar yang pada umumnya dapat dilintasi dua atau lebih mobil.
Gang-gang di Kota Makassar yang jumlahnya tidak sedikit merupakan jalan-jalan alternatif membuat kota tersebut relatif tidak macet. Gang-gang tersebut bahkan banyak yang lebih layak dibanding kondisi jalan-jalan utama di ibu kota provinsi lain. Keberadaan jalan gang yang banyak dilintasi kendaraan beroda empat ternyata turut menyuburkan perekonomian masyarakat setempat. Hotel-hotel yang jumlahnya relatif banyak bahkan sebagian berlokasi di gang-gang yang berseberangan dengan permukiman penduduk.
Keberadaan hotel-hotel tersebut turut menghidupkan perekonomian masyarakat di sekitar hotel seperti para pemilik warung dan pelaku ekonomi lain. Jika di daerah lain di Indonesia banyak terdapat kawasankawasan elite yang homogen, di Makassar hampir setiap kawasan heterogen. Heterogenitas ini justru menimbulkan sinergi antara ekonomi rakyat dan ekonomi kapitalis. Becak-becak dayung sering mangkal di depan gedung-gedung atau hotel. Tidak jarang terlihat pemandangan jejeran warung-warung yang terbuat dari kayu atau seng menempel pada gedung-gedung mewah.
Dukungan masyarakat
Salah satu perjuangan Gandhi yang hingga saat ini mempengaruhi kokohnya fundamental perekonomian India adalah gerakan swadesi (self sufficiency). Salah satu implementasinya adalah bangga dan menggunakan produk sendiri. Perdagangan bebas yang mengancam perekonomian negara lain justru menjadi kekuatan bagi India. Produk-produk asing sulit menembus pasar India, bukan akibat berbagai regulasi yang dikeluarkan untuk membatasi masuknya produk-produk luar ke India, melainkan karena sikap rakyat India yang lebih menyukai produk dalam negeri dibanding produk luar.
Namun, pada sisi lain produk India semakin ramai membanjiri pasar negara lain akibat perdagangan bebas tersebut. Perdagangan bebas yang di negara lain menjadi ancaman justru menjadi kekuatan bagi India. Masyarakat Makassar tampaknya juga menganut nilainilai swadesi tersebut. Salah satu sumber perekonomian yang penting di Makassar adalah restoran dan rumah makan. Dalam soal makanan masyarakat Makassar kelihatan lebih menyukai cita rasa lokal.
Bila di ibu kota provinsi lain banyak terdapat restoran franchise dari luar negeri, di Kota Makassar restoran-restoran tersebut jumlahnya jauh lebih sedikit dan relatif sepi pengunjung dibanding restoran dan rumah makan yang menjual cita rasa lokal seperti coto makassar, conro atau ikan bakar, dan makanan khas Makassar lainnya. Rumah-rumah makan padang yang biasanya mendominasi daerah-daerah lain di Indonesia, di Makassar restoranrestoran tersebut berada di bawah bayang-bayang restoran lokal.
Ikan bandeng bakar dan ikan lainnya yang merupakan hasil daerah itu selalu tersedia di hampir setiap restoran dan rumah makan. Perilaku masyarakat yang gemar makanan lokal membuat restoran-restoran tersebut sebagai mata pencaharian yang menjanjikan di kota itu. Panganan berbahan baku pisang hasil produksi daerah setempat yang mendominasi jajanan masyarakat menunjukkan sehatnya pola makan masyarakat kota itu. Adalah hal yang mencemaskan melihat makanan fast food produk luar yang semakin mendominasi bangsa ini.
Budaya tanpa basa-basi
Informasi di televisi mengenai Makassar akhir-akhir ini memberikan image orang Makasar yang kasar dan suka berkelahi. Ini kasuistik belaka. Masyarakat Makassar pada umumnya menganut budaya tanpa basa-basi. Budaya ini memengaruhi sikap masyarakat yang relatif lugas dan “kelihatan” kurang ramah. Tetapi, kejujuran masyarakat kota tersebut termasuk dalam kategori baik. Sikap apa adanya tampaknya ciri masyarakat kota itu. Budaya tanpa basa-basi sesungguhnya sangat penting dalam kehidupan sosial dan bisnis.
Betapa sering proyek-proyek pemerintah yang gagal karena dilakukan dengan basabasi. Budaya tanpa basa-basi ini biasanya terdapat pada kehidupan masyarakat yang lahir dari kesetaraan. Budaya tanpa basa-basi biasanya transparan dan bebas dari tipu-tipu. Budaya tanpa basa-basi mengharuskan masyarakat bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Masyarakat Makassar yang berjiwa saudagar memang dikenal kegigihannya. Sistem perekonomian ala Makassar salah satu rujukan yang baik dalam memahami dan membangun sistem perekonomian kerakyatan. Para pemimpin daerah-daerah lain di Indonesia ada baiknya berkaca pada Makassar agar ekonomi kerakyatan tidak menjadi jargon-jargon politik menjelang pesta politik tiba.
GOLRIDA KARYAWATI P
Pengamat Sosial dan Dosen di Universitas Siswa Bangsa Internasional–Sampoerna School of Business
Kesetaraan ekonomi kerakyatan Makassar
Kesetaraan hak termasuk dalam menjalankan perekonomian merupakan salah satu kekuatan Kota Makassar. Dampaknya signifikan dalam menghidupkan ekonomi rakyat kota itu. Di ibu kota provinsi-provinsi lain alat transportasi becak pada umumnya sangat terbatas geraknya. Banyak kawasan jalan yang disterilkan dari penarik becak, khususnya becak dayung. Ibu kota provinsi-provinsi lain cenderung memandang moda transportasi becak merusak pemandangan dan image kota. Selain itu, becak dayung yang lamban jalannya juga dianggap menjadi penyebab macetnya lalu lintas yang banyak dilintasi kendaraan-kendaraan bermesin.
Namun, di Kota Makassar pengendara becak dayung sangat leluasa bergerak. Di jalan-jalan utama becak dayung berseliweran dengan mobil pribadi, taksi, dan angkutan umum ataupun motor. Sekilas pemandangan lalu lintas di jalan-jalan utama yang dilalui becak dayung memberi kesan masyarakat sedikit terbelakang. Namun, kesan tersebut akan berubah bila kita melihat mobil-mobil yang melintas di jalan yang hampir seluruhnya merupakan mobil keluaran baru dengan harga relatif mahal. Sulit sekali menemukan mobil-mobil lama di Makassar. Kesetaraan hak merupakan jawaban logis dari keragaman moda transportasi di Kota Makassar.
Makassar tampaknya tidak ingin mengorbankan kehidupan perekonomian masyarakat demi keindahan atau gengsi kota. Keberadaan moda transportasi becak dayung tak membuat predikat Kota Makassar sebagai kota yang tingkat kemacetannya tinggi. Kota Makassar memiliki cara sendiri dalam mengatasi kemacetan yakni memanfaatkan gang-gang sebagai jalan alternatif. Seringkali sulit membedakan jalan utama dan jalan gang di Makassar yang pada umumnya dapat dilintasi dua atau lebih mobil.
Gang-gang di Kota Makassar yang jumlahnya tidak sedikit merupakan jalan-jalan alternatif membuat kota tersebut relatif tidak macet. Gang-gang tersebut bahkan banyak yang lebih layak dibanding kondisi jalan-jalan utama di ibu kota provinsi lain. Keberadaan jalan gang yang banyak dilintasi kendaraan beroda empat ternyata turut menyuburkan perekonomian masyarakat setempat. Hotel-hotel yang jumlahnya relatif banyak bahkan sebagian berlokasi di gang-gang yang berseberangan dengan permukiman penduduk.
Keberadaan hotel-hotel tersebut turut menghidupkan perekonomian masyarakat di sekitar hotel seperti para pemilik warung dan pelaku ekonomi lain. Jika di daerah lain di Indonesia banyak terdapat kawasankawasan elite yang homogen, di Makassar hampir setiap kawasan heterogen. Heterogenitas ini justru menimbulkan sinergi antara ekonomi rakyat dan ekonomi kapitalis. Becak-becak dayung sering mangkal di depan gedung-gedung atau hotel. Tidak jarang terlihat pemandangan jejeran warung-warung yang terbuat dari kayu atau seng menempel pada gedung-gedung mewah.
Dukungan masyarakat
Salah satu perjuangan Gandhi yang hingga saat ini mempengaruhi kokohnya fundamental perekonomian India adalah gerakan swadesi (self sufficiency). Salah satu implementasinya adalah bangga dan menggunakan produk sendiri. Perdagangan bebas yang mengancam perekonomian negara lain justru menjadi kekuatan bagi India. Produk-produk asing sulit menembus pasar India, bukan akibat berbagai regulasi yang dikeluarkan untuk membatasi masuknya produk-produk luar ke India, melainkan karena sikap rakyat India yang lebih menyukai produk dalam negeri dibanding produk luar.
Namun, pada sisi lain produk India semakin ramai membanjiri pasar negara lain akibat perdagangan bebas tersebut. Perdagangan bebas yang di negara lain menjadi ancaman justru menjadi kekuatan bagi India. Masyarakat Makassar tampaknya juga menganut nilainilai swadesi tersebut. Salah satu sumber perekonomian yang penting di Makassar adalah restoran dan rumah makan. Dalam soal makanan masyarakat Makassar kelihatan lebih menyukai cita rasa lokal.
Bila di ibu kota provinsi lain banyak terdapat restoran franchise dari luar negeri, di Kota Makassar restoran-restoran tersebut jumlahnya jauh lebih sedikit dan relatif sepi pengunjung dibanding restoran dan rumah makan yang menjual cita rasa lokal seperti coto makassar, conro atau ikan bakar, dan makanan khas Makassar lainnya. Rumah-rumah makan padang yang biasanya mendominasi daerah-daerah lain di Indonesia, di Makassar restoranrestoran tersebut berada di bawah bayang-bayang restoran lokal.
Ikan bandeng bakar dan ikan lainnya yang merupakan hasil daerah itu selalu tersedia di hampir setiap restoran dan rumah makan. Perilaku masyarakat yang gemar makanan lokal membuat restoran-restoran tersebut sebagai mata pencaharian yang menjanjikan di kota itu. Panganan berbahan baku pisang hasil produksi daerah setempat yang mendominasi jajanan masyarakat menunjukkan sehatnya pola makan masyarakat kota itu. Adalah hal yang mencemaskan melihat makanan fast food produk luar yang semakin mendominasi bangsa ini.
Budaya tanpa basa-basi
Informasi di televisi mengenai Makassar akhir-akhir ini memberikan image orang Makasar yang kasar dan suka berkelahi. Ini kasuistik belaka. Masyarakat Makassar pada umumnya menganut budaya tanpa basa-basi. Budaya ini memengaruhi sikap masyarakat yang relatif lugas dan “kelihatan” kurang ramah. Tetapi, kejujuran masyarakat kota tersebut termasuk dalam kategori baik. Sikap apa adanya tampaknya ciri masyarakat kota itu. Budaya tanpa basa-basi sesungguhnya sangat penting dalam kehidupan sosial dan bisnis.
Betapa sering proyek-proyek pemerintah yang gagal karena dilakukan dengan basabasi. Budaya tanpa basa-basi ini biasanya terdapat pada kehidupan masyarakat yang lahir dari kesetaraan. Budaya tanpa basa-basi biasanya transparan dan bebas dari tipu-tipu. Budaya tanpa basa-basi mengharuskan masyarakat bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Masyarakat Makassar yang berjiwa saudagar memang dikenal kegigihannya. Sistem perekonomian ala Makassar salah satu rujukan yang baik dalam memahami dan membangun sistem perekonomian kerakyatan. Para pemimpin daerah-daerah lain di Indonesia ada baiknya berkaca pada Makassar agar ekonomi kerakyatan tidak menjadi jargon-jargon politik menjelang pesta politik tiba.
GOLRIDA KARYAWATI P
Pengamat Sosial dan Dosen di Universitas Siswa Bangsa Internasional–Sampoerna School of Business
(nfl)