Indonesia butuh pemimpin yang takut Tuhan

Kamis, 04 Juli 2013 - 09:09 WIB
Indonesia butuh pemimpin...
Indonesia butuh pemimpin yang takut Tuhan
A A A
Wahai generasi muda bangsa, ketahuilah bahwa sadar atau tidak sadar bangsa kita saat ini sedang menuju pada kehancurannya. Hal itu akan terjadi bilamana kita sebagai generasi muda bangsa ini terlena dan tidak segera menyadari serta tidak dengan sungguh-sungguh melakukan langka ekstra (extra mile), untuk menghambat dan memulihkan bangsa ini dari kehancuran yang lebih parah lagi.

Bangsa ini harus segera kita kembalikan kepada rencana-Nya (fitrahnya) yakni menjadi bangsa yang besar, dengan membawa rakyatnya kepada karakter yang berketuhanan, berperikemanusiaan, menjadi pemersatu bangsa yang adil, menjadikan rakyatnya berhikmat, makmur, dan beradab. Oleh karena itu, untuk segera mewujudkan rencana Tuhan yang luar biasa terjadi pada bangsa kita, tidak ada waktu lagi bagi kita generasi muda bangsa untuk tawar-menawar, bahwa kita sangat membutuhkan pemimpin- pemimpin yang takut akan Tuhan.

Saat ini kita melihat secara langsung di sekitar lingkungan kita maupun melalui media, dan merasakan betapa bangsa ini sudah kehilangan pemimpin yang takut akan Tuhan. Padahal, pemimpin bangsa adalah wakil Tuhan yang harus kita hormati. Artinya pemimpin itu harus sungguh-sungguh taat dengan kehendak-Nya. Namun apa yang terjadi selama ini, justru sebaliknya. Para pemimpin bangsa ini sudah menjauh dari Tuhan, bahkan kemuliaan Tuhan sudah diperjualbelikan dan diganti dengan ketamakan.

Malah, yang dipertontonkan kepada rakyatnya adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan, tapi tidak takut lagi akan Tuhan. Dengan demikian, secara tidak langsung para pemimpin bangsa ini telah mengajarkan kepada rakyatnya, bahkan menularkan karakter untuk tidak takut melakukan hal yang tidak benar, tapi takut melakukan kebenaran.

Ironis bukan? Begitu banyak pemimpin yang pintar dan cerdas di bangsa ini, tidak sedikit yang sudah mendunia, namun hampirhampir sulit untuk mencari pemimpin bangsa ini yang sungguh- sungguh mempunyai komitmen yang kuat untuk takut akan Tuhan. Kita lihat di mana-mana mulai dari pendidikan di sekolah hampir tidak ada lagi penanaman pendidikan moral yang benar.

Lembaga pendidikan tidak lagi menjadi tempat untuk menyiapkan tunas-tunas bangsa yang berkarakter kebangsaan, tapi justru ternodai dan sedang menjerumuskan tunas-tunas bangsa ke arah yang menghancurkan tunas-tunas itu sendiri. Karena selama ini lembaga pendidikan hanya menanamkan nilai kecerdasan secara akademis, namun mengabaikan nilai-nilai moral yanglebihluhur.

Sehinggatunastunasbangsaterjebakpada suatu pemahaman yang sesat yakni “siapa yang kuat maka dia yang menang”. Hal demikian jelas merusak karakter dari tunas-tunas bangsa kita. Banyak contoh yang sering kita lihat di mana sesama tunas-tunas bangsa ini saling memusnahkan, mulai dari bentrok antarsekolah, kelompok masyarakat, antara pemeluk agama yang satu dan yang lainnya tanpa merasa bersalah dengan berbagai alasan pembenaran terhadap perilaku yang jelas mengarah kepada perpecahan kesatuan bangsa ini.

Di manakah kepekaan dari para pemimpin bangsa ini? Pertanyaan yang muncul adalah apakah mereka tidak tahu atau berpura- pura tidak tahu ataukah memang tidak mau tahu? Korupsi pun sudah terjadi di mana-mana. Para pimpinan negara yangseharusnya lebihmemberikan teladan dalam mengamalkan Pancasila, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pelanggaran nilai-nilai Pancasila justru terjadi di kalangan pemimpin negara dan korupsi adalah salah satu cerminan pelanggaran nilai itu.

Betapa banyaknya kasus korupsi yang terjadi di negeri ini mulai hulu sampai hilir dan sudah menjadi rahasia umum, namun karakter pembohong pun terus dipertontonkan, dengan tidak lagi merasa malu membantah. Aksi itu secara tidak langsung mendidik rakyatnya untuk menganggap kebohongan bukan lagi hal tabu untuk dilakukan. Sementara kebohongan adalah cara yang selalu digunakan oleh iblis untuk memutarbalikkan arti kebenaran yang sesungguhnya menjadi suatu kebenaran.

Demikian pula dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang luar biasa yang telah diberikan Tuhan kepada bangsa ini, tidak lagi berpijak pada amanat penderitaan rakyat yakni dengan mendahulukansebesar- besarnya untuk kepentingan rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945. Para pengelolanya cenderung mencari gampangnya saja yang penting pundipundi mereka segera terisi, di mana bahan bakunya langsung diekspor sehingga kita kehilangan potensi nilai tambah.

Muncul pertanyaan dalam benak saya, kenapa hasil bumi kita misalnya seperti minyak bumi yang selama ini dikelola oleh Pertamina koktidak dikelola secara terbuka dalam bentuk perusahaan terbuka dan juga PLN? Sehingga otomatis rakyat juga bisa turut bertanggung jawab atas pengelolaannya, karena rakyat jugadapatsecara langsung menjadi pemegang sahamnya. Dengan demikian, kenaikan BBM pun tidak perlu lagi menimbulkan pro dan kontra.

Belum lagi bila pendapatan negara melalui pajak yang telah dibayarkan oleh rakyat. Jika sungguh-sungguh dikelola secara jujur maka kesejahteraan rakyat pasti akan segera meningkat. Jelaslah ketidakjujuran dalam pengelolaan pajak akan sangat melukai hati rakyat dan menimbulkan rasa tidak percaya (distrust) rakyat terhadap. Hal yang lain adalah masalah penegakan hukum yang menjadi benteng terakhir bagi rakyat untuk mendapatkan keadilan pun semakin jauh panggang dari api.

Rakyat merasa frustrasi yang akibatnya rakyat mencari cara sendiri-sendiri dalam mencari keadilan, karena para pemimpinnya sudah tidak lagi menjadi pengayom bagi rakyatnya. Semuanya hanya sebatas retorika semata, yang mengakibatkanterjadinya “mainmata” di antara para pihak dan para penegak hukum itu sendiri, seperti anekdot yang sering dilontarkan secara sinis oleh masyarakat “maju tak gentar membela yang bayar”.

Sangat miris bukan bila keadilan diperjualbelikan? Jelas hal seperti ini akan memberikan rangsangan kepada rakyat untuk mendapatkan uang dengan cara apa pun, karena “keadilan” hanya bisa diperoleh kalau mempunyai uang yang banyak. Tidaklah heran kalau para pemimpin kita selama ini mengatakan “hukum adalah panglima”, karena pasti panglima akan selalu tunduk kepada perintah rajanya.

Itulah sekilas gambaran keadaan bangsa kita sekarang ini yang telah kehilangan figur pemimpin yang dapat diteladani oleh rakyatnya, yang sungguhsungguh membawa rakyatnya menjadi manusia-manusia yang takwa hanya kepada Tuhan YME. Ingatlah bahwa pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan semua yang pernah kita perbuat di dunia ini. Wahai generasi muda bangsa, tentunya kita tidak ingin mengalami dan tidak rela melihat serta tidak akan membiarkan bangsa ini menuju kehancuran yang lebih fatal lagi.

Maka kita harus bersatu dengan tekad yangsama, yaknisegera melakukan perubahan yang extra-mile terhadap seluruh sendi kehidupan bangsa. Perubahan yang masif hanya bisa dilakukan apabila seluruh generasi muda bersatu memperjuangkannya. Sendi-sendi kehidupan bangsa kita yang saya maksud adalah sebagaimana yang sudah dituliskan pendiri bangsa ini dalam Pancasila. Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Apa saja yang diperlukan untuk dapat melakukan langkah-langkah extra-mile? Pertama dan yang terutama adalah takut akan Tuhan. Karena takut akan Tuhan merupakan fondasi bagi kebangkitan bangsa kita, agar setiap upaya yang kita kerjakan dibuat-Nya berhasil. Karena tanpa pimpinan dan restu-Nya, segala daya upaya yang kita kerjakan akan sia-sia, bahkan sebaliknya bisa menghancurkan kita. Ibarat membangun rumah di atas pasir, ketika datang banjir atau badai maka rumah itu akan porak-poranda dan seisi rumah itu akan binasa.

Selanjutnya, kita tidak perlu lagi membuat rumusan-rumusan baru dalam mengambil langkah- langkah perubahan, tapi kita harus segera melakukan langkah nyata berupa strong commitment untuk sungguh-sungguh mau berubah bukan hanya berwacana, karena memang tidaklah gampang. Maka sebagai generasi muda bangsa, kita harus segera menumbuhkan strong passion untuk mau mengabdikan seluruh kehidupan kita hari demi hari demi kebangkitan bangsa kita.

Dalam melaksanakannya, kita harus tetap fokus pada visi untuk mewujudkan bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Oleh karena itu, kita harus segera beraksi secara extra-mile untuk dapat meraih mimpi bangsa. Sungguh bangsa ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang takut akan Tuhan agar visi luhur bangsa ini dapat kita wujudkan, walaupun mahal harga yang harus kita bayar. Yakinlah wahai generasi muda bangsa, bahwa hanya dengan memiliki pemimpin-pemimpin yang takut akan Tuhanlah yang akan dapat membawa bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan terhormat.

DRS DHARMA PONGREKUN MM MH
Dosen Utama STIK – PTIK
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0714 seconds (0.1#10.140)