Harga Masker Melejit, Pasien Kronis Menjerit

Kamis, 05 Maret 2020 - 17:43 WIB
Harga Masker Melejit, Pasien Kronis Menjerit
Harga Masker Melejit, Pasien Kronis Menjerit
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Samosir mendesak pemerintah lebih serius menangani persoalan masker yang langka di pasaran dan harga yang selangit. Hal ini sangat memberatkan masyarakat secara umum, khususnya para pasien dengan penyakit kronis dan berkebutuhan khusus. (Baca juga: Siap Hadapi Corona, Erick Pastikan Stok Masker dan Hand Sanitizer Aman)

“Ada tidak ada wabah virus corona, kami penyintas gagal ginjal (pasien cuci darah) khususnya yang menggunakan terapi cuci darah lewat perut dan transplantasi ginjal sangat memerlukan masker setiap harinya. Setiap hari, kami bisa menggunakan sekitar lima masker secara bergantian. Bila prosedur ini kami langgar akan berakibat rentan terkena infeksi oleh bakteri atau virus apapun,” ungkap pasien gagal ginjal yang sudah transplantasi itu dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Kamis (5/3/2020).

Menurutnya, sebelum virus corona masuk ke Indonesia, para pasien tersebut sudah menjerit karena langka dan mahalnya harga masker. Apalagi saat ini harga semakin tidak terkendali. “Setiap hari pasien cuci darah lewat perut (CAPD) membutuhkan masker minimal sebanyak lima buah. Ketika memasukan cairan dialisis ke rongga perut (rongga peritoneum) lewat kateter dan mengeluarkan cairan hasil proses dialisis, si pasien harus memakai masker untuk mencegah infeksi. Begitu juga pasien transplantasi ginjal, mereka ini sangat rendah daya tahan tubuhnya. Sangat mudah tertular penyakit infeksius” jelasnya. (Baca juga: Heboh Corona, Polisi Akan Tindak Penimbun Sembako dan Masker)

Tony membeberkan banyak anggota KPCDI sekarang harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk membeli masker, yang semula hanya Rp5.000 per hari menjadi 10 kali lipat harganya bahkan lebih.

“Dulu kami beli masker di harga 20.000 per box. Sekarang mencapai ratusan ribu rupiah. Gak masuk akal. Jumlah pengeluaran harian untuk masker sebesar itu sangat berat buat kami. Selain seumur hidup, biaya lainnya sebagai penyintas gagal ginjal yang tidak dicover BPJS Kesehatan sangat banyak. Kalau kami tidak memakai masker karena tak punya duit, risikonya rentan terkena infeksi. Bila terinfeksi sama saja akan membunuh kami sebelum virus corona menyerang kami,” tegasnya.

Tony Samosir berharap para penegak hukum melakukan razia terhadap penimbun masker. Meminta pemerintah menjamin peningkatkan produksi masker dan mengatur harga agar tetap stabil. “Kami juga mendesak khususnya kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kota agar membagikan masker secara gratis kepada para penderita penyakit kronis dan berkebutuhan khusus, dimana mereka memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan rentan tertular penyakit infeksi,” tuntutnya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3694 seconds (0.1#10.140)