Pertolongan Pertama Psikologi untuk Korban Banjir

Sabtu, 04 Januari 2020 - 10:16 WIB
Pertolongan Pertama Psikologi untuk Korban Banjir
Pertolongan Pertama Psikologi untuk Korban Banjir
A A A
JAKARTA - Muhammad IqbalDekan Psikologi UMB, Owner Rumah Konseling
DALAM beberapa hari ini hujan deras melanda wilayah Jabodetabek, menyebabkan banjir di berbagai tempat yang menimbulkan kerugian harta benda bahkan sampai merenggut korban jiwa.

Dalam kondisi bencana banjir seperti ini menyelamatkan korban manusia baik secara fisik maupun psikologis adalah hal yang utama, mengingat banjir bukan saja menimbulkan dampak kerugian harta benda.

Tetapi juga menjadi penyebab menurunnya kesehatan fisik dan psikologis manusia karena munculnya ketidaknyamanan, kesedihan, kekecewaan dan kehilangan harapan hidup saat terjadi banjir sehingga para korban banjir menjadi lebih rentan mengalami gangguan mental atau psikologis.

Untuk itu penting bagi pemerintah dan relawan sosial untuk memperhatikan bukan hannya kebutuhan logistik dan kesehatan fisik, tetapi juga memberikan bantuan dari segi layanan psikologi, seperti pertolongan pertama psikologi, dan dukungan psiko sosial dan spiritual kepada korban banjir, yang sebenarnya juga menjadi hal yang sangat dibutuhkan bagi para korban.

Ketika bencana tiba, banyak korban yang tak menduga bahwa mereka akan menjadi korban, situasi yang nyaman berubah seketika termasuk kehilangan harta benda, bagi sebagian orang dalam kondisi seperti ini mereka tidak siap dan akhirnya dapat berdampak kepada kesehatan fisik dan mental korban.

Dalam situasi krisis, menurut Kubler-Ross (1969) mengatakan, orang akan menghadapi beberapa fase yaitu, menolak (denial), marah (anger), menawar (bergaining), depresi (depression) lalu menerima (acceptance), untuk sampai pada tahap menerima korban memerlukan waktu dan proses.

Beberapa reaksi yang terjadi pada korban biasanya adalah ganguan emosi (pusing, mual, keringat dingin, jantung berdebar, gangguan tidur) gangguan emosi (cemas, takut, khawatir, sedih, mudah marah, merasa bersalah) gangguan pikiran (bingung, merasa tidak berdaya, sulit mengambil keputusan, sulit konsentrasi) gangguan perilaku (menarik diri, resah, menangis, mudah tersinggung, tidak sabar).

Untuk itu, agar bencana tidak berdampak kepada kesehatan jiwa, perlu di lakukan upaya pencegahan dengan cara mendapatkan pertolongan pertama psikologi dan bantuan dukungan psikososial agar para korban mampu terhindar dari gangguan kesehatan mental dan mencegah terjadinya gangguan jiwa atau trauma akibat bencana.

Dalam kondisi seperti ini, dukungan psikososial dan pertolongan pertama psikologi (psychological first Aid/PFA) sangat diperlukan, dukungan psikososial berupa fisik, material, sosial, spiritual, kultural, mental dan emosional

Psychological Fist Aid (PFA) adalah pemberian pendampingan awal dengan tujuan untuk dapat mencegah/mengurangi stress pada kondisi krisis dan mempercepat proses pemulihan pada korban bencana.

Pada dasarnya, PFA dapat dilakukan siapa saja, anggota keluarga, teman, saudara, relawan dan aparat yang bertugas, asal mengetahui prinsip dan tekniknya

PFA dilakukan sebagai usaha memberikan rasa aman (menghindari bahaya, menyediakan tempat yang aman, memenuhi kebutuhan dasar, menyediakan informasi yang jelas).

Mendorong keberfungsian (memberikan perhatian, mendengarkan, hubungkan dengan keluarga, membantu merencanakan tindak lanjut (mendorong korban untuk kembali pada rutinitas, melibatkan korban dalam program pemulihan, hubungan dengan layanan lanjutan) 3 prinsip utama dalam memberikan layanan PFA (lihat, dengarkan, hubungkan). Alur pemberian PFA adalah lihat, dengarkan, beri rasa nyaman, koneksi, lindungi, membangun harapan

Beberapa teknik yang bisa diterapkan kepada korban adalah sebagai berikut : membangun hubungan dengan korban dengan kontak langsung (hadir, menghargai korban, empati) mendengar aktif (gestur tubuh, kehangatan, kata-kata yang menenangkan.

Menggunakan hati (menunjukan perhatian tulus, penuh hormat pada korban), dan yang terpenting juga minta mereka dekat Allah Swt agar meningkat spiritualitasnya sehingga muncul kesadaran tentang hakikat kehidupan ikhlas menerima cobaan.

Hal yang dilarang saat melakukan PFA adalah jangan mengeksploitasi hubungan dengam korban, jangan membuat janji palsu, jangan membesar-besarkan kemampuan anda, jangan memaksa, menjaga rahasia, jangan mudah menilai orang.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4148 seconds (0.1#10.140)