Transformasi 4.0, Solusi Wujudkan SDM Unggul Indonesia
A
A
A
Dewi Wiranti
Pendiri & CEO PT PBS Indonesia Sejahtera
www.prioritybankingschool.com
SUDAH jadi rahasia umum bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan di berbagai sektor. Rendahnya kualitas lulusan sekolah, perbedaan kualitas infrastruktur sekolah, ketidaksesuaian kemampuan lulusan dengan keperluan industri, dan tingginya angka pengangguran terdidik menjadi beberapa masalah pendidikan yang belum ditemukan akar pangkalnya. Masalah tersebut menghambat sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk bersaing di dunia internasional.
Di era industri 4.0 ini, memiliki SDM yang berkualitas sangatlah penting. Otomatisasi yang menjadi inti dari industri 4.0 membutuhkan SDM dengan keahlian khusus karena banyak pekerjaan yang pada akhirnya akan diserahkan pada mesin. Dengan peningkatan kualitas SDM, diharapkan tidak akan terjadi lonjakan pada tingkat pengangguran.
Salah satu upaya untuk mewujudkan SDM yang berkualitas adalah dengan diselenggarakannya pendidikan vokasi. Melalui program SMK dan pembukaan berbagai program kuliah vokasi (D3/D4), sebenarnya pemerintah telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan industri. Akan tetapi usaha tersebut tampaknya belum membuahkan hasil. Lulusan SMK menyumbang 13% angka pengangguran nasional, diikuti lulusan diploma dan S-1. Sementara itu data dari Badan Pusat Statistik per Februari 2019 menunjukkan pengangguran dari lulusan diploma meningkat sebesar 8,5% dan dari lulusan S-1 meningkat 25%.
Pentingnya pendidikan vokasi telah dibuktikan oleh berbagai negara seperti Jerman dan Jepang. Di kedua negara, lulusan vokasi dianggap lebih siap bekerja dengan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Karena itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, khususnya vokasi, perlu mengalami transformasi. Istilah yang tepat untuk transformasi pendidikan ini adalah transformasi 4.0, sesuai dengan jargon industri 4.0.
Transformasi 4.0 memiliki tiga pilar utama. Pertama , percepatan perubahan tata kelola keuangan, manajemen, dan proses penyelenggaraan pendidikan melalui fasilitas digital. Digitalisasi ketiga proses inti tersebut akan memberikan hasil yang maksimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Kedua, percepatan perubahan kompetensi SDM. Perubahan ini harus didukung pihak-pihak yang berkepentingan seperti praktisi usaha dan pemerintah. Dengan peningkatan kualitas SDM yang berfokus pada kemampuan vokasi, akan tercipta lulusan yang siap memenuhi kebutuhan di dunia industri.
Ketiga, pilar terpenting adalah perubahan budaya dalam pendidikan. Pencegahan radikalisasi dan penanaman budaya yang positif serta membangun akan menghasilkan sumber daya masyarakat yang madani dan dapat beradaptasi dalam segala kondisi. Karena itu bila Indonesia ingin memenangi persaingan, pembangunan dan penguatan SDM adalah keharusan. Oleh karena itulah diperlukan penguatan dan pengembangan dalam konteks digitalisasi maupun budaya. Menurut penelitian Institute for Management Development (IMD), daya saing tenaga kerja Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Singapura. Persaingan ini juga diperkuat dengan terjadinya disrupsi digital. Terlepas dari hal ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di era pasar tunggal ASEAN karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN. Apalagi jumlah usia produktif Indonesia akan mencapai 64% pada 2020.
Untuk menciptakan SDM Indonesia yang unggul dan memiliki daya saing di seluruh Indonesia sesuai dengan prinsip Education for All , kita perlu memiliki pendidikan yang berkualitas bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil, bahkan di pelosok-pelosok daerah. Sudah saatnya kesenjangan pendidikan dibenahi agar tercipta pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Tanah Air.
Digital Distance Learning dan Mobile Appsbased adalah salah satu contoh penerapan program yang diharapkan bisa mencapai tujuan Education for All. PBS bersama TUJ Foundation bekerja sama dengan perusahaan digital terbesar di Tanah Air dan lembaga terkait lainnya yang peduli dengan kualitas SDM di Tanah Air sudah menginisiasi dan memulai tranformasi 4.0 di bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Ini merupakan sebuah terobosan yang diperlukan Indonesia untuk memenangi persaingan ASEAN dan global yang harus didukung pemerintah secara terstruktur, masif, berkesinambungan, dan terukur.
Agar transformasi ini berhasil, pekerjaan penting yang mendesak bagi pemerintah atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak terkait, misalnya praktisi industri dan tenaga pendidik. Sinergi antara pihak-pihak yang berkepentingan akan membantu tercapainya target transformasi 4.0, yakni pemanfaatan bonus demografi dan peningkatan kualitas SDM. Pencapaian target transformasi 4.0 juga harus melibatkan masyarakat, perusahaan, termasuk industri swasta dan Badan Usaha Milik Negara, serta pemerintah pusat dan daerah. Hal ini guna membuka peluang jangkauan yang lebih luas dengan hasil yang lebih maksimal sehingga SDM Indonesia dapat memenangi persaingan di level regional maupun global.
Pendiri & CEO PT PBS Indonesia Sejahtera
www.prioritybankingschool.com
SUDAH jadi rahasia umum bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan di berbagai sektor. Rendahnya kualitas lulusan sekolah, perbedaan kualitas infrastruktur sekolah, ketidaksesuaian kemampuan lulusan dengan keperluan industri, dan tingginya angka pengangguran terdidik menjadi beberapa masalah pendidikan yang belum ditemukan akar pangkalnya. Masalah tersebut menghambat sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk bersaing di dunia internasional.
Di era industri 4.0 ini, memiliki SDM yang berkualitas sangatlah penting. Otomatisasi yang menjadi inti dari industri 4.0 membutuhkan SDM dengan keahlian khusus karena banyak pekerjaan yang pada akhirnya akan diserahkan pada mesin. Dengan peningkatan kualitas SDM, diharapkan tidak akan terjadi lonjakan pada tingkat pengangguran.
Salah satu upaya untuk mewujudkan SDM yang berkualitas adalah dengan diselenggarakannya pendidikan vokasi. Melalui program SMK dan pembukaan berbagai program kuliah vokasi (D3/D4), sebenarnya pemerintah telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan industri. Akan tetapi usaha tersebut tampaknya belum membuahkan hasil. Lulusan SMK menyumbang 13% angka pengangguran nasional, diikuti lulusan diploma dan S-1. Sementara itu data dari Badan Pusat Statistik per Februari 2019 menunjukkan pengangguran dari lulusan diploma meningkat sebesar 8,5% dan dari lulusan S-1 meningkat 25%.
Pentingnya pendidikan vokasi telah dibuktikan oleh berbagai negara seperti Jerman dan Jepang. Di kedua negara, lulusan vokasi dianggap lebih siap bekerja dengan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Karena itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, khususnya vokasi, perlu mengalami transformasi. Istilah yang tepat untuk transformasi pendidikan ini adalah transformasi 4.0, sesuai dengan jargon industri 4.0.
Transformasi 4.0 memiliki tiga pilar utama. Pertama , percepatan perubahan tata kelola keuangan, manajemen, dan proses penyelenggaraan pendidikan melalui fasilitas digital. Digitalisasi ketiga proses inti tersebut akan memberikan hasil yang maksimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Kedua, percepatan perubahan kompetensi SDM. Perubahan ini harus didukung pihak-pihak yang berkepentingan seperti praktisi usaha dan pemerintah. Dengan peningkatan kualitas SDM yang berfokus pada kemampuan vokasi, akan tercipta lulusan yang siap memenuhi kebutuhan di dunia industri.
Ketiga, pilar terpenting adalah perubahan budaya dalam pendidikan. Pencegahan radikalisasi dan penanaman budaya yang positif serta membangun akan menghasilkan sumber daya masyarakat yang madani dan dapat beradaptasi dalam segala kondisi. Karena itu bila Indonesia ingin memenangi persaingan, pembangunan dan penguatan SDM adalah keharusan. Oleh karena itulah diperlukan penguatan dan pengembangan dalam konteks digitalisasi maupun budaya. Menurut penelitian Institute for Management Development (IMD), daya saing tenaga kerja Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Singapura. Persaingan ini juga diperkuat dengan terjadinya disrupsi digital. Terlepas dari hal ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di era pasar tunggal ASEAN karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN. Apalagi jumlah usia produktif Indonesia akan mencapai 64% pada 2020.
Untuk menciptakan SDM Indonesia yang unggul dan memiliki daya saing di seluruh Indonesia sesuai dengan prinsip Education for All , kita perlu memiliki pendidikan yang berkualitas bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil, bahkan di pelosok-pelosok daerah. Sudah saatnya kesenjangan pendidikan dibenahi agar tercipta pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Tanah Air.
Digital Distance Learning dan Mobile Appsbased adalah salah satu contoh penerapan program yang diharapkan bisa mencapai tujuan Education for All. PBS bersama TUJ Foundation bekerja sama dengan perusahaan digital terbesar di Tanah Air dan lembaga terkait lainnya yang peduli dengan kualitas SDM di Tanah Air sudah menginisiasi dan memulai tranformasi 4.0 di bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Ini merupakan sebuah terobosan yang diperlukan Indonesia untuk memenangi persaingan ASEAN dan global yang harus didukung pemerintah secara terstruktur, masif, berkesinambungan, dan terukur.
Agar transformasi ini berhasil, pekerjaan penting yang mendesak bagi pemerintah atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak terkait, misalnya praktisi industri dan tenaga pendidik. Sinergi antara pihak-pihak yang berkepentingan akan membantu tercapainya target transformasi 4.0, yakni pemanfaatan bonus demografi dan peningkatan kualitas SDM. Pencapaian target transformasi 4.0 juga harus melibatkan masyarakat, perusahaan, termasuk industri swasta dan Badan Usaha Milik Negara, serta pemerintah pusat dan daerah. Hal ini guna membuka peluang jangkauan yang lebih luas dengan hasil yang lebih maksimal sehingga SDM Indonesia dapat memenangi persaingan di level regional maupun global.
(wib)