Oceanic Joy

Rabu, 29 Mei 2019 - 12:34 WIB
Oceanic Joy
Oceanic Joy
A A A
Cyrillus Harinowo
Pembina Pusat Studi BUMN

Pagi itu hujan turun rintik-rintik di Fukuoka Shipyard Co, sebuah galangan kapal yang letaknya di tepi teluk di tengah Kota Fukuoka, di pulau Kyushu Jepang. Presiden Direktur galangan tersebut, Mr. Tanaka, tampak sangat sibuk menyiapkan event penting pagi itu, yaitu peluncuran kapal khusus pengangkut semen.

Kapal yang berukuran kotor hampir 10.000 ton tersebut bertengger dengan gagah di galangan kering perusahaan yang sudah berumur 72 tahun tersebut. Kapal tersebut merupakan kapal kelima, dengan desain yang sama, yang dipesan oleh Perusahaan Perkapalan Indonesia, Indo Baruna Bulk Transport dari galangan kapal tersebut.

Krisman Bahar, Presiden Direktur perusahaan perkapalan tersebut, berdiri dengan gagah bersama Mr Tanaka dan para petinggi perusahaan lainnya mengikuti ritual peluncuran kapal dengan serius. Kapal tersebut diluncurkan tepat pukul 10 tanggal 18 Mei 2019. Beberapa menit sebelum pukul 10, pembacaan nama kapal dilakukan. Oceanic Joy namanya, yang merupakan kapal ke-20 perusahaan tersebut.

Tepat pada pukul 10 peluncuran dilakukan, yaitu dengan memotong tali yang disangkutkan di meja panggung dan dilakukan pemotongan dengan kapak stainless yang sudah disiapkan. Waktu aba-aba peluncuran dibunyikan, dengan bunyi lonceng, petinggi perusahaan Indo Baruna memotong tali tersebut sehingga botol di ujung tali memukul badan kapal dan memuntahkan minuman dibadan kapal tersebut. Pelan-pelan kapal Oceanic Joy meluncur ke laut makin lama makin cepat sehingga akhirnya kapal seluruhnya mulai mengapung dilaut, untuk pertama kalinya.

Membangun Logistik Maritim

Industri Logistik Maritim adalah industri yang sangat vital bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Bagaimana tidak? Dua pertiga dari negara kita adalah air. Air ini memisahkan lebih dari 17 ribu pulau besar kecil di Indonesia. Dari sisi pandang industri logistik maritim, justru air itulah yang menyatukan pulau-pulau melalui transportasi laut yang dapat dikembangkan dan menghubungkan berbagai pulau diseluruh penjuru tanah air.

Sebagai contoh adalah Industri Semen. Keberadaan industri semen selalu berdekatan dengan pusat bahan baku bagi industri tersebut. Sebagai contoh adalah di Pulau Jawa. Pabrik-pabrik semen dibangun di Gresik, Cibinong, Palimanan, Tuban dan yang terakhir di daerah Sukabumi.

Sementara konsumen industri semen berada di daerah yang ditinggali banyak penduduk seperti daerah perkotaan maupun pada proyek-proyek seperti jalan tol yang penggunaan semennya sangat masif. Gap antara tempat produksi dan tempat konsumsi tersebut yang melahirkan kebutuhan angkutan yang menghubungkan keduanya.

Bagi konsumen semen di daerah pulau Jawa, truck dan kereta api jelas merupakan pilihan utama bagi industri semen dalam mendeliver produknya kepihak para penggunanya. Biaya logistik di Pulau Jawa menggunakan truck dianggap masih menguntungkan dibanding transportasi laut karena perbedaan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cukup tinggi antara yang harus dibayar kendaraan darat dan yang harus ditanggung kapal laut yang tidak menikmati subsidi BBM.

Terlepas dari hal itu, ternyata bahkan untuk di Pulau Jawa, pengangkutan semen menggunakan kapal laut dari Tuban ke Pelabuhan Ciwandan di Banten ternyata masih dianggap ekonomis sehingga pada akhirnya transportasi laut masih tetap dimanfaatkan meskipun itu hanya menghubungkan dua titik di Pulau Jawa sendiri.

Dengan perkembangan industri semen di Indonesia yang semakin agresif, terutama dengan pembangunan pabrik-pabrik baru di luar Jawa, maka kebutuhan akan transportasi maritim untuk menghubungkan produsen semen dengan konsumennya sudah bisa dipastikan semakin besar pula. Perkembangan inilah yang akan memicu percepatan yang terjadi dalam industri perkapalan curah (bulk carrier) terutama di industri semen.

Prospek Industri Kapal Curah

Peluncuran kapal Oceanic Joy merupakan satu episode dari perjalanan panjang pengembangan Indo Baruna Bulk Transport sebagai salah satu tulang punggung logistik industri semen di Indonesia. Perusahaan yang didirikan lebih dari 40 tahun yang lalu oleh Jahja Bahar, mulai dari awal yang sederhana, yaitu hanya dengan dua buah kapal curah.

Perkembangan ekonomi Indonesia telah memicu kebutuhan semen yang meningkat tajam dari tahun ketahun sehingga memerlukan sarana transportasi yang semakin besar pula. Tidaklah mengherankan bahwa jumlah kapal dari PT Indo Baruna Bulk Transport dewasa ini telah berkembang menjadi 20 kapal.

Bagaimana prospek industri ini ke depannya? Perkembangan Indo Baruna menunjukkan bahwa industri angkutan kapal curah ternyata memiliki prospek yang bagus. Apa yang dilakukan oleh Indo Baruna selama lebih dari 40 tahun membuktikan bahwa sebuah usaha yang digeluti secara serius dan terus-menerus pada akhirnya akan membawa dampak yang sangat positif bagi perusahaan yang bersangkutan.

Dewasa ini PT. Indo Baruna sudah menjadi market leader di bidangnya dan pangsa pasarnya terus membesar. Dengan pengelolaan oleh manajemen yang sangat profesional maka perkembangan perusahaan tersebut di industri ini akan semakin kokoh.

Ke depan, kita akan memasuki "periode emas" perekonomian Indonesia. Keberhasilan Indonesia melampaui masa krisis setelah Pemilu ini akan semakin menguatkan reputasi Indonesia di mata investor global. Standard Chartered Bank bahkan menunjukkan optimismenya dengan mengatakan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomer 4 dunia di tahun 2030, 20 tahun lebih cepat dari prediksi Price Waterhouse Coopers.

Oleh karena itu perkembangan ini memberikan ekosistem yang subur bagi industri pengangkutan curah sebagaimana yg dilakukan oleh Indo Baruna. Secara bergurau saya mengatakan, tahun 2030 kapal Indo Baruna akan mencapai 35 kapal. Saya tidak akan terkejut kalau pencapaiannya lebih dari itu.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8285 seconds (0.1#10.140)