KPI Bertekad untuk Tingkatkan Jumlah Produksi Amoniak
A
A
A
JAKARTA - Merespons terhadap perkembangan ekonomi yang terus berjalan, PT Parna Raya atau Parna Raya Group terus mengembangkan investasi-investasi baru secara agresif di Tanah air. Salah satunya dengan mendirikan anak perusahaan bernama PT Kaltim Parna Industri (KPI).
Presiden Direktur Grup Parna Raya Charles Simbolon mengatakan, KPI didirikan untuk mengembangkan usaha Parna Raya Group yang mulai merambah pada sektor-sektor bisnis khusus.
"Parna Raya Group sadar betul akan perkembangan pangsa pasar amoniak yang kian meningkat. Sementara di negara kita ketersediaannya sangat kurang. Oleh karena itu, Parna Raya memutuskan untuk memasuki ranah industry petrokimia dengan memproduksi amoniak," kata Chaerles melalui siaran pers, Sabtu (25/5/2019).
Penjelasan Charles, keputusan yang besar ini diwujudkan pada 1995, yang juga menjadi tahun berdirinya KPI. Kemudian pada 13 Februari 1996, KPI resmi disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi badan usaha.
Dia menambahkan, Parna Raya adalah perusahaan yang didirikan oleh Marihad Simon Simbolon yang akrab dipanggil Pak Sim. Induk perusahaan KPI ini berdiri sejak 1972 sebagai perusahaan yang bergerak dalam industry transportasi darat.
"Industri transportasi perusahaan ini adalah embrio yang melahirkan sejumlah anak perusahaan dan salah satunya adalah KPI," ujar Charles.
Menurut dia, KPI adalah satu-satunya perusahaan yang memproduksi Anhydrous Ammonia (amoniak) berbahan baku gas bumi di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri pada lahan yang memiliki luas kurang lebih delapan hektare di kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate (KIE), Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
"KPI juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta yang berlokasi di Menara Imperium Lantai 12, Jakarta Selatan," jelas dia.
KPI mampu menghasilkan amoniak hingga 1.500 metrik ton per harinya. Amoniak yang diproduksi bahkan sukses diekspor kebeberapa negara seperti Jepang, Korea, Australia, Filipina, dan Thailand.
"Selain itu, amoniak yang diproduksi juga disuplai kesejumlah perusahaan domestik, termasuk beberapa BUMN milik pemerintah," terang Charles.
Menurut dia, bukan hal yang mudah untuk bisa mewujudkan dan mengembangkan KPI. "Namun, berkat kecerdasan Pak Sim, bisnis KPI bisa berlangsung hingga sekarang," ungkapnya.
Charles mengungkapkan, pada awal berdiri, KPI bekerja sama dengan beberapa penanam modal asing dengan awal kepemilikan 25 persen saham oleh PT Parna Raya.
"Lalu pada 2013, beberapa investor asing mengalihkan saham KPI ke Parna Raya. Investor tersebut adalah Nippon Yusen Kaisha (NYK), Mitsubishi Corporation (Jepang), dan Asahi Chemical (Jepang). Sehingga akhirnya Parna Raya berhasil menguasai 90 persen saham milik KPI. Sedangkan sisa saham sebesar 10 persen dimiliki secara pribadi oleh Pak Marihad Simbolon," katanya.
Presiden Direktur Grup Parna Raya Charles Simbolon mengatakan, KPI didirikan untuk mengembangkan usaha Parna Raya Group yang mulai merambah pada sektor-sektor bisnis khusus.
"Parna Raya Group sadar betul akan perkembangan pangsa pasar amoniak yang kian meningkat. Sementara di negara kita ketersediaannya sangat kurang. Oleh karena itu, Parna Raya memutuskan untuk memasuki ranah industry petrokimia dengan memproduksi amoniak," kata Chaerles melalui siaran pers, Sabtu (25/5/2019).
Penjelasan Charles, keputusan yang besar ini diwujudkan pada 1995, yang juga menjadi tahun berdirinya KPI. Kemudian pada 13 Februari 1996, KPI resmi disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi badan usaha.
Dia menambahkan, Parna Raya adalah perusahaan yang didirikan oleh Marihad Simon Simbolon yang akrab dipanggil Pak Sim. Induk perusahaan KPI ini berdiri sejak 1972 sebagai perusahaan yang bergerak dalam industry transportasi darat.
"Industri transportasi perusahaan ini adalah embrio yang melahirkan sejumlah anak perusahaan dan salah satunya adalah KPI," ujar Charles.
Menurut dia, KPI adalah satu-satunya perusahaan yang memproduksi Anhydrous Ammonia (amoniak) berbahan baku gas bumi di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri pada lahan yang memiliki luas kurang lebih delapan hektare di kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate (KIE), Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
"KPI juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta yang berlokasi di Menara Imperium Lantai 12, Jakarta Selatan," jelas dia.
KPI mampu menghasilkan amoniak hingga 1.500 metrik ton per harinya. Amoniak yang diproduksi bahkan sukses diekspor kebeberapa negara seperti Jepang, Korea, Australia, Filipina, dan Thailand.
"Selain itu, amoniak yang diproduksi juga disuplai kesejumlah perusahaan domestik, termasuk beberapa BUMN milik pemerintah," terang Charles.
Menurut dia, bukan hal yang mudah untuk bisa mewujudkan dan mengembangkan KPI. "Namun, berkat kecerdasan Pak Sim, bisnis KPI bisa berlangsung hingga sekarang," ungkapnya.
Charles mengungkapkan, pada awal berdiri, KPI bekerja sama dengan beberapa penanam modal asing dengan awal kepemilikan 25 persen saham oleh PT Parna Raya.
"Lalu pada 2013, beberapa investor asing mengalihkan saham KPI ke Parna Raya. Investor tersebut adalah Nippon Yusen Kaisha (NYK), Mitsubishi Corporation (Jepang), dan Asahi Chemical (Jepang). Sehingga akhirnya Parna Raya berhasil menguasai 90 persen saham milik KPI. Sedangkan sisa saham sebesar 10 persen dimiliki secara pribadi oleh Pak Marihad Simbolon," katanya.
(maf)