Melawan Momok Fatal pada Ginjal

Kamis, 14 Maret 2019 - 08:45 WIB
Melawan Momok Fatal...
Melawan Momok Fatal pada Ginjal
A A A
Djoko Santoso
Guru Besar FK Unair, Pendiri rumahginjal.id

Masyarakat dunia kembali memperingati Hari Ginjal Sedunia yang tahun ini jatuh pada Kamis, 14 Maret. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan kali ini bertujuan untuk membangun kesadaran setiap orang mengenai pentingnya kesehatan ginjal. Peringatan tahun ini mengangkat tema Kidney Health for Everyone. Ini merupakan bagian dari tema besar tujuan pembangunan kesehatan health for everyone, kesehatan untuk semua.

Penyakit ginjal kronis mungkin bukanlah penyakit yang paling "tenar". Kalah top dibanding penyakit stroke, jantung, atau HIV/AIDS. Padahal, penyakit ginjal kronis ini penyakit yang sangat menyuramkan kehidupan berjuta-juta insan. Begitu seseorang mengidap ginjal kronis, kualitas hidupnya sangat terpengaruh sampai drastis. Dan, karena sifatnya seperti mengendap-endap, dimulai tanpa gejala, gagal ginjal kronis bisa menyergap kita semua. Seperti hantu momok, bukan?

Untuk mengetuk kesadaran masyarakat agar lebih peduli, sejak 2006 setiap tahun tepatnya Kamis pekan kedua Maret diperingatilah Hari Ginjal Sedunia.

Coba kita renungkan. Ada penderita gagal ginjal dengan cuci darah reguler. Mereka meninggal lewat serangan jantung, kencing manis (sampai bisa amputasi), stroke, ataupun karena penyakit penyulit penyerta lainnya. Itu memang sudah takdirnya. Namun, kita juga yakin selalu ada hikmah bahwa peristiwa tragedi kesehatan itu bisa dimaknai sebagai pelajaran sangat berharga agar kita jangan sampai mengalami kejadian serupa. Kuncinya: penyakit gagal ginjal kronis bisa dicegah atau dihindari. Dan, kalau telanjur mengalami gagal ginjal kronis, maka hendaknya konsekuensi penyulit penyertanya bisa diminimalisasi.

Sayang sekali penyakit ini belum dianggap penting. Ini masuk akal karena awalnya tidak bergejala sama sekali. Padahal, penyakit ini masih berlanjut dan berlanjut terus mencapai tahap lanjut hingga fungsi ginjal menurun lebih dari 75%. Dari segi waktu, cepat atau lambat penderita akan jatuh ke cuci darah atau cangkok ginjal. Bahkan, kemungkinan meninggal sebelum mengenal cuci darah atau cangkok ginjal terkait serangan jantung atau stroke sebelumnya.

Berdasarkan data badan dunia, jumlah pasien yang membutuhkan cuci darah atau juga cangkok ginjal setiap tahunnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, semakin meningkat. Sebagai gambaran bahwa di seluruh dunia ada 850 juta orang kini diperkirakan menderita penyakit ginjal kronis. Sekitar 11% dari populasi dunia 7,7 miliar orang. Sementara untuk level negara maju Amerika, ada 20 juta orang berpenyakit ginjal kronis dan 20 juta lainnya berisiko mengalami penyakit tersebut. Dan, dari angka tersebut lebih dari 400.000 yang harus menjalani cuci darah.

Tentu hal ini jelas membutuhkan perhatian ekstra dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan pasien dengan gagal ginjal tahap akhir tersebut. Tidak cukup itu, namun masih perlu digalakkan gerakan penguatan kesadaran terhadap pentingnya menurunkan beban dari penyakit ginjal kronis. Terutama dari kelompok penyakit ginjal kronis tahap awal yang begitu besar jumlah persentase dibanding pasien cuci darah atau cangkok ginjal. Perlu mendorong perhatian lebih untuk menggarap domain pencegahan dan deteksi dini dari penyakit ginjal kronis.

Perlu diidentifikasi lebih dulu profil penderita gagal ginjal kronis. Mereka sering muncul dari kondisi sosial tempat dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja dengan kondisi banyak keterbatasan. Antara lain, kemiskinan, kurangnya pendidikan, bahaya pekerjaan, polusi, serta diskriminasi gender (pengidap gagal ginjal kronis kebanyakan perempuan).

Periksa atau Terlambat

Selanjutnya, pencegahan deteksi dini mulai dikerjakan dengan mengidentifikasi faktor-faktor risiko terkait gagal ginjal kronis. Faktor utamanya sebenarnya "itu-itu saja" seperti obesitas, hipertensi, diabetes melitus, mencandu rokok, penyakit jantung pembuluh darah, dan usia lebih dari 60 tahun. Dari faktor-faktor itu yang tak bisa dicegah hanya faktor usia. Dan, faktor ini bisa diperberat karena mereka datang dari kelompok tidak mampu, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal (cuci darah) atau kista ginjal, dan riwayat batu ginjal.

Jika salah satu atau lebih dari faktor tersebut di atas positif, langkah selanjutnya mereka dianjurkan untuk konfirmasi dengan pemeriksaan air seni (fokus albuminuria), pemeriksaan darah (seperti Bun, kreatinin serum), tes laju filtrasi glomerular, dan pemeriksaan tekanan darah. Inilah yang menjadi dasar untuk mengetahui kemungkinan seseorang menderita penyakit ginjal kronis atau tidak.

Sebagaimana disebut di awal bahwa penyakit ginjal kronis ini sangat umum dijumpai di masyarakat dengan besaran sampai 11% (bisa lebih). Artinya, satu dari 9-10 orang dewasa akan ada yang terkena penyakit ginjal kronis. Kalau penduduk Indonesia 265 juta, berarti itu berkisar di angka 25 jutaan. Makin berbahaya karena penyakit ginjal kronis relatif tidak bergejala. Kalau toh menunjukkan gejala, itu berarti hingga75% fungsi ginjal telah hilang dan tidak bisa dikembalikan seperti semula. Bisa dibayangkan bahwa ketika saringan ini tak berfungsi maka tubuh pun keracunan.

Tak heran bila di dunia setidaknya 2,4 juta kematian per tahun akibat gagal ginjal kronis. Bahkan dilaporkan pada 2010 diperkirakan kejadian 2,3-7,7 juta orang dengan penyakit ginjal tahap akhir meninggal tanpa akses ke cuci darah reguler (Liyanage T; dkk, Lancet. 2015).Ini menjadi angka kematian keenam tercepat, suatu angka yang lebih tinggi dibanding dari kematian karena kanker payudara, kanker prostat, dan kecelakaan. Momok ini semakin menakutkan dikarenakan penyakit ini menjadi kontributor penting untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas dari penyakit lain dan faktor risiko seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, obesitas, serta infeksi seperti HIV, malaria, TBC, dan hepatitis.
Untuk mendeteksi gejala penyakit ginjal, pemeriksaan tahunan pada mereka yang berisiko tinggi menjadi begitu strategis. Tidak bisa ditawar lagi. Jangan sampai tanda-tanda ini muncul, yakni darah tinggi, gatal-gatal, sering kencing malam hari, kencing darah, sesak nafas, lesu, dan mual/muntah. Kalau itu terjadi, berarti semuanya sudah terlambat.

Mari melawan momok tersembunyi yang begitu mematikan. Mari mengadvokasi tindakan konkret di mana saja, terutama mulai dari keluarga, demi untuk menyayangi ginjal kita. Selamat merayakan Hari ("mengurangi penderitaan") Ginjal Sedunia.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0760 seconds (0.1#10.140)