Jokowi Apresiasi Perlawanan Hoaks Muslimat NU

Minggu, 27 Januari 2019 - 14:18 WIB
Jokowi Apresiasi Perlawanan Hoaks Muslimat NU
Jokowi Apresiasi Perlawanan Hoaks Muslimat NU
A A A
JAKARTA - Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah, dan Ghibah (bergunjing) dilakukan oleh ratusan ribu kader Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di sela peringatan Maulidurasul 1440 H, Hari Lahir (Harlah) ke-73 Muslimat NU, dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa.

Kegiatan ini diselenggarakan di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019) pagi, mendapatkan apresiasi positif dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi yang hadir dalam dalam acara itu bersama sang istri, Iriana Jokowi serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Kerja di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan.

Kemudian Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan sejumlah pejabat tinggi lainnya, mengatakan, deklarasi Anti Hoaks, Fitnah, dan Ghibah ini bisa menjadi perlawanan terhadap maraknya hoaks yang tersebar di media sosial (medsos) belakangan ini.

"Ya ini bagus sekali kalau semua elemen, semua ormas, seluruh kelompok yang ada di daerah, Tanah Air menyampaikan, menyatakan antihoaks. Saya kira ini sebuah perlawanan banyaknya hoaks yang ada di medsos. Saya kira ini sebuah gerakan masyarakat, sebuah movement yang sangat bagus," tutur Jokowi kepada wartawan usai acara.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muslimat NU Khofifah Indarparawansa mengatakan, hoaks dan ujaran kebencian sudah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

"Tapi kalau antifitnah, antighibah, ghibah itu bergunjing, itu artinya ada sanksi bersifat spiritual. Kita semua membangun diri secara produktif, pola pikir kita juga pola pikir konstruktif, dan pola pikir positif. Saya kira itu akan jadi pondasi untuk menjadi bangsa yang besar, kokoh, kuat, dan punya kemajuan," tutur Khofifah.

Lantas seperti apa langkah konkret yang dilakukan Muslimat NU setelah deklarasi ini? Khofifah mengatakan bahwa saat ini Muslimat NU memiliki 5.960 lebih majlis taklim.

"Mereka tiap hari pengajian, tiap hari ceramah, ada ustadzah, ada pendakwa, itu yang akan menyampaikan. Misalnya antifitnah apa, misalnya fitnah lebih keji dari pembunuhan. Rasulullah mengajak kita jangan ghibah, jangan bergunjing," ucapnya.

"Jadi kalau Alquran, hadits, cukup kuat. Kalau hoaks, ujaran kebencian, refensinya Undang-Undang ITE, kita combine UU ITE dan nash Alquran, hadits supaya kita itu makin menyadari bahwa jika itu dibiarkan bisa memecah bela bangsa. Hindari kita mem-bully orang, memaki orang tanpa dasar fakta kemudian itu viral," tambahnya.

Ketua Panitia Harlah ke-73 Muslimat NU Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid menambahkan, deklarasi yang dilakukan ratusan ribu warga Muslimat NU ini menunjukkan bahwa sebagaian besar umat Islam di Indonesia adalah orang-orang yang cinta damai, toleran, dan moderat.

"Jadi pada hari ini kita menujukkan bahwa Indonesia itu lebih banyak yang dikatakan silent majority. Mereka yang (selama ini) diam, hari ini tidak diam lagi. Kami menjadi mayoritas yang berusara. Jadi kalau ada yang mengatasnamakan umat, tetapi justru mengajarkan radikalisme, pesan-pesan ujaran kebencian maka hari ini kita menunjukkan bahwa masyarakat justru merindukan umat Islam yang cinta damai," tutur Yenny.

Inilah Poin-Poin Deklarasi Anti Hoaks, Fitnah, dan Ghibah Muslimat NU

1. Kami menolak hoaks, fitnah, dan ghibah yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan bangsa.
2. Kami tidak akan membuat dan menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, fitnah, dan ghibah.
3. Membudayakan mennyaring sebelum menyebarkan informasi yang diterima.
4. Berpikir positif untuk menguatkan ukhuwah dan persatuan bangsa.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2028 seconds (0.1#10.140)