Menunggu Capres Adu Gagasan
A
A
A
DEBAT pasangan calon presiden dan wakil presiden edisi perdana akan digelar Kamis (17/1) malam ini. Jutaan pasang mata rakyat Indonesia akan menyaksikan salah satu tahapan penting dalam kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 ini melalui layar kaca.
Debat perdana ini cukup dinantikan karena sebelumnya sudah diawali dengan berbagai bentuk persaingan pendukung pasangan calon, terutama di media sosial.
Ada sejumlah faktor yang mendasari sehingga debat perdana ini menarik perhatian masyarakat. Pertama, debat ini mengangkat tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Tema ini krusial karena salah satu masalah utama bangsa saat ini adalah penegakan hukum.
Dua kubu pasangan calon, yakni Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, pun sudah terlibat psywar jelang debat. Kubu Jokowi-Ma’ruf misalnya mengatakan Prabowo akan ditanya mengenai kasus penculikan aktivis pada 1998. Selama ini Prabowo memang selalu dikaitkan dengan kejadian penculikan sejumlah aktivis jelang Indonesia memasuki era Reformasi.
Di lain pihak kubu Prabowo juga siap menanyakan perihal penanganan kasus penyiraman menggunakan air keras yang menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Hampir dua tahun kasus ini belum juga berhasil diungkap kepolisian. Kubu Prabowo juga kemungkinan mempersoalkan penanganan kasus HAM berat yang terjadi di masa lampau.
Komnas HAM sebelumnya memberi rapor merah kepada Presiden Jokowi atas janjinya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat ini. Efektivitas pemberantasan korupsi oleh lembaga berwenang juga bakal jadi pertanyaan menyusul maraknya kasus kepala daerah yang terjaring operasi tangkap tangan karena menerima suap.
Kedua, debat ini bakal menarik lantaran perbedaan tajam dua kubu sudah terjadi sejak penetapan pasangan calon. Aksi saling sindir dan serang oleh para pendukung ramai di media sosial, bahkan jauh hari sebelum jadwal debat pertama tiba.
Salah satu yang membuat situasi jelang debat memanas lantaran kubu Prabowo menuding ada kesan keberpihakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap Jokowi-Ma’ruf. Misalnya kubu Prabowo mempertanyakan batalnya KPU memfasilitasi pemaparan visi-misi pasangan calon serta pembocoran kisi-kisi debat kepada pasangan calon. Di lain pihak kubu Jokowi menyebut keraguan kubu Prabowo kepada KPU sebagai upaya untuk mendelegitimasi penyelenggara pemilu.
Ketiga, debat bakal menarik karena ini kesempatan bagi pasangan calon untuk menyampaikan visi misi dan program kerja yang akan dijalankan, terutama yang berkaitan dengan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Sejak kampanye pilpres digelar pada 23 September 2018, secara umum pasangan calon belum menampilkan kampanye yang bersifat programatik.
Dua kubu lebih sering terjebak untuk berseteru dengan saling menunjukkan kelemahan lawan. Perdebatan lebih ke soal remeh-temeh yang jauh dari substansi. Masih cukup segar dalam ingatan bagaimana pernyataan Jokowi tentang “politisi sontoloyo”, “genderuwo”, dan pernyataan Prabowo soal “tampang Boyolali” dijadikan bahan oleh kedua kubu untuk menyudutkan lawan masing-masing.
Perdebatan juga menyangkut capres-cawapres mana yang lebih islami yang dibuktikan dengan kemampuan mereka menjadi imam salat dan membaca Alquran. Bahkan isu kemampuan membaca Alquran ini masih muncul dua hari sebelum debat digelar.
Maka dari itu melalui debat ini muncul harapan tinggi agar kedua pasangan calon mampu menjawab pertanyaan panelis sehingga akan ketahuan apa yang dikerjakan pasangan calon jika kelak terpilih. Ada harapan melihat pasangan calon mampu memberikan jawaban konkret mengenai sejumlah soal yang dihadapi bangsa.
Debat ini sangat penting untuk meyakinkan pemilih. Pasangan calon harus menampilkan yang terbaik karena kesan pada debat pertama ini sangat mungkin akan memengaruhi pilihan pemilih.
Kita berharap arah debat tetap konstruktif, tidak formal-seremonial, dan jauh dari aksi saling menyudutkan yang kontraproduktif dengan tujuan debat itu sendiri. Debat jangan hanya biasa-biasa saja, datar, melainkan harus mampu menegaskan apa yang menjadi visi misi dan program kerja setiap pasangan calon. Kita juga berharap debat capres ini dapat memberikan pelajaran kepada rakyat soal berdemokrasi yang sehat dan berkeadaban.
Debat perdana ini cukup dinantikan karena sebelumnya sudah diawali dengan berbagai bentuk persaingan pendukung pasangan calon, terutama di media sosial.
Ada sejumlah faktor yang mendasari sehingga debat perdana ini menarik perhatian masyarakat. Pertama, debat ini mengangkat tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Tema ini krusial karena salah satu masalah utama bangsa saat ini adalah penegakan hukum.
Dua kubu pasangan calon, yakni Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, pun sudah terlibat psywar jelang debat. Kubu Jokowi-Ma’ruf misalnya mengatakan Prabowo akan ditanya mengenai kasus penculikan aktivis pada 1998. Selama ini Prabowo memang selalu dikaitkan dengan kejadian penculikan sejumlah aktivis jelang Indonesia memasuki era Reformasi.
Di lain pihak kubu Prabowo juga siap menanyakan perihal penanganan kasus penyiraman menggunakan air keras yang menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Hampir dua tahun kasus ini belum juga berhasil diungkap kepolisian. Kubu Prabowo juga kemungkinan mempersoalkan penanganan kasus HAM berat yang terjadi di masa lampau.
Komnas HAM sebelumnya memberi rapor merah kepada Presiden Jokowi atas janjinya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat ini. Efektivitas pemberantasan korupsi oleh lembaga berwenang juga bakal jadi pertanyaan menyusul maraknya kasus kepala daerah yang terjaring operasi tangkap tangan karena menerima suap.
Kedua, debat ini bakal menarik lantaran perbedaan tajam dua kubu sudah terjadi sejak penetapan pasangan calon. Aksi saling sindir dan serang oleh para pendukung ramai di media sosial, bahkan jauh hari sebelum jadwal debat pertama tiba.
Salah satu yang membuat situasi jelang debat memanas lantaran kubu Prabowo menuding ada kesan keberpihakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap Jokowi-Ma’ruf. Misalnya kubu Prabowo mempertanyakan batalnya KPU memfasilitasi pemaparan visi-misi pasangan calon serta pembocoran kisi-kisi debat kepada pasangan calon. Di lain pihak kubu Jokowi menyebut keraguan kubu Prabowo kepada KPU sebagai upaya untuk mendelegitimasi penyelenggara pemilu.
Ketiga, debat bakal menarik karena ini kesempatan bagi pasangan calon untuk menyampaikan visi misi dan program kerja yang akan dijalankan, terutama yang berkaitan dengan hukum, HAM, korupsi, dan terorisme. Sejak kampanye pilpres digelar pada 23 September 2018, secara umum pasangan calon belum menampilkan kampanye yang bersifat programatik.
Dua kubu lebih sering terjebak untuk berseteru dengan saling menunjukkan kelemahan lawan. Perdebatan lebih ke soal remeh-temeh yang jauh dari substansi. Masih cukup segar dalam ingatan bagaimana pernyataan Jokowi tentang “politisi sontoloyo”, “genderuwo”, dan pernyataan Prabowo soal “tampang Boyolali” dijadikan bahan oleh kedua kubu untuk menyudutkan lawan masing-masing.
Perdebatan juga menyangkut capres-cawapres mana yang lebih islami yang dibuktikan dengan kemampuan mereka menjadi imam salat dan membaca Alquran. Bahkan isu kemampuan membaca Alquran ini masih muncul dua hari sebelum debat digelar.
Maka dari itu melalui debat ini muncul harapan tinggi agar kedua pasangan calon mampu menjawab pertanyaan panelis sehingga akan ketahuan apa yang dikerjakan pasangan calon jika kelak terpilih. Ada harapan melihat pasangan calon mampu memberikan jawaban konkret mengenai sejumlah soal yang dihadapi bangsa.
Debat ini sangat penting untuk meyakinkan pemilih. Pasangan calon harus menampilkan yang terbaik karena kesan pada debat pertama ini sangat mungkin akan memengaruhi pilihan pemilih.
Kita berharap arah debat tetap konstruktif, tidak formal-seremonial, dan jauh dari aksi saling menyudutkan yang kontraproduktif dengan tujuan debat itu sendiri. Debat jangan hanya biasa-biasa saja, datar, melainkan harus mampu menegaskan apa yang menjadi visi misi dan program kerja setiap pasangan calon. Kita juga berharap debat capres ini dapat memberikan pelajaran kepada rakyat soal berdemokrasi yang sehat dan berkeadaban.
(whb)