Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Butuh Tindakan Global

Sabtu, 03 November 2018 - 06:06 WIB
Perubahan Iklim: Tantangan...
Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Butuh Tindakan Global
A A A
Lee Ying-yuan

Menteri Administrasi Perlindungan Lingkungan Executive Yuan, R.O.C. (Taiwan)

MENINGKATNYA emisi gas rumah kaca di seluruh dunia telah menyebabkan perubahan cuaca yang tidak normal dan ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, dan hujan deras yang membawa bencana. Kejadian-kejadian ini tidak lagi hanya skenario abstrak masa depan karena semuanya terjadi saat ini di seluruh penjuru dunia.

Suhu rata-rata di Taiwan dalam dua tahun terakhir merupakan yang tertinggi dalam 100 tahun. Sejak 2017, curah hujan telah menurun tajam dan memengaruhi pembangkit listrik tenaga air Taiwan. Perkembangan ter­akhir ini sungguh membawa dampak yang cukup besar dan menjadi ancam­an yang signifikan. Bagian lain di dunia telah menyaksikan kecenderungan serupa. Selama musim panas 2018, banyak negara di belahan bumi utara di Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Afrika Utara mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor dan kebakar­an hutan yang secara serius mem­ba­ha­yakan kesehatan manusia, pertanian, ekosistem alam, dan infrastruktur.

Untuk lebih menerapkan Kese­pa­kat­an Paris tentang Perubahan Iklim dan tujuan-tujuan yang tertuang di dalamnya, Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim, selain lebih serius menjalankan proyek-proyek penting, konsultasi, dan negosiasi, juga telah mengundang sejumlah pihak dari ber­bagai bidang. Mereka bergabung da­lam Dialog Talanoa guna menda­pat­kan manfaat penuh dari kebijaksana­an kolektif dalam merumuskan solusi yang bisa diterapkan untuk per­ubah­an iklim.

Sebagai anggota dari masyarakat global dan sejalan dengan Perjanjian Paris, Taiwan telah secara aktif men­dorong semua pemangku kepentingan untuk melakukan tugas mereka dan memperkuat upaya untuk mengu­rangi emisi karbon. Taiwan telah menge­luar­kan UU Pengurangan dan Manajemen Gas Rumah Kaca yang di dalamnya terdapat target pengurangan karbon dalam lima tahun. Taiwan juga telah membuat Pedoman Aksi Perubahan Iklim Nasional dan menerapkan Rencana Aksi Pengurangan Gas Rumah Kaca yang menargetkan enam sektor utama: energi, manufaktur, transportasi, pembangunan peru­mah­­an dan komersial, pertanian serta pengelolaan lingkungan.

Dengan me­ne­tapkan batas emisi, mempro­mosi­kan keuangan hijau, mengembangkan sumber daya manusia dan pendidikan, mendorong kerja sama di seluruh lembaga pemerintah pusat dan lokal serta melibatkan masyarakat industri, Taiwan berusaha mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2050 men­jadi kurang dari 50% bila dibandingkan dengan pada 2005.

Hampir 90% emisi gas rumah kaca tahunan Taiwan berasal dari pem­buangan pembakaran bahan bakar. Pemerintah berupaya untuk mening­kat­kan sumber energi terbarukan hingga 20% dari keseluruhan pem­bangkit energi pada 2025 dan meningkatkan energi yang dihasilkan gas alam hingga 50%. Pada saat yang sama, Taiwan se­cara bertahap mengurangi ketergan­tungannya pada batu bara, menutup pembangkit listrik batubara yang sudah tua dan menggantikan yang tersisa de­ngan teknologi ultra-supercritical efisiensi tinggi yang menghasilkan sedikit polusi.

Kebijakan energi Taiwan dipro­mo­si­kan dengan mempertimbangkan empat aspek inti: keamanan energi, ekonomi hijau, kelestarian lingkung­an, dan keadilan sosial.

Mengejar pertumbuhan ekonomi sering kali mengorbankan lingkung­an dan menyebabkan menipisnya jumlah sumber daya alam. Menurut penelitian Global Footprint Network, konsumsi sumber daya alam manusia melampaui kemampuan ekosistem Bumi untuk meregenerasi sumber daya sebesar 1,7 kali lipat. Bahkan, pada 2018, Earth Overshoot Day atau Hari Melampaui Batas dalam penggunaan sumber daya alam jatuh pada 1 Agustus yang berarti lebih awal dari sebelumnya.

Untuk menemukan keseim­bang­an yang tepat antara pembangunan ekonomi dan perlindungan ling­kungan, Taiwan mempromosikan ekonomi sirkular sebagai bagian dari program Industri Inovatif Lima Plus Dua. Ada konsensus internasional bahwa ekonomi sirkular memainkan peran penting dalam mencapai tujuan Kesepakatan Paris.

Taiwan telah mencapai kemajuan yang signifikan selama dua dekade terakhir dalam mendaur ulang dan menggunakan kembali berbagai sumber daya. Faktanya, pada 2017, tingkat pemulihan sumber daya Taiwan adalah 52,5%, rasio yang hanya dilampaui oleh Jerman dan Austria. Tingkat daur ulang botol plastik di Taiwan pada 2017 adalah 95%. Dan selama Piala Dunia FIFA 2018, sekitar setengah dari 32 tim yang bermain di ajang olahraga dunia tersebut menge­na­kan kaus terbuat dari botol daur ulang yang diproduksi Taiwan.

Komitmen Taiwan

Di masa depan, Taiwan akan terus memperkuat pengembangan teknologi dan inovasi sehingga dapat meningkatkan daur ulang sembari membangun rantai industri yang terpadu. Tujuannya adalah mencapai kondisi nol limbah dan semua barang dapat didaur ulang. Taiwan lebih dari bersedia untuk berbagi teknologi dan pengalamannya dengan masyarakat internasional.

Dengan memajukan kelestarian lingkungan, kita dapat memastikan bahwa planet kita tetap indah dan layak dihuni sebagaimana jutaan tahun se­lama ini. Semua negara harus meng­ambil bagian dalam upaya ini. Setela­h mendapat manfaat luar biasa dari industrialisasi, Taiwan kini ber­komit­men sepenuhnya untuk me­mainkan peran penting dalam me­nye­lamatkan bumi dan ekosistemnya yang ber­harga. Taiwan siap dan bersedia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman ten­tang pengelolaan mengelola ling­kung­an, pencegahan bencana dan sistem peringatan, pe­ngembangan teknologi peningkatan efisiensi energi, dan penerapan tekno­logi inovatif.

Perubahan iklim adalah masalah kelangsungan hidup planet kita, dan tidak boleh menjadi masalah politik. Taiwan telah lama diabaikan secara tidak adil dan diisolasi dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal ini tidak membuat kami putus asa. Se­baliknya kami telah melipatgandakan upaya kami berdasarkan keyakinan kami pada pepatah Konfusian bahwa “seorang pria dengan moralitas tidak akan pernah hidup dalam kesen­diri­an; dia akan selalu mendapatkan teman”.Secara profesional, pragmatis, dan konstruktif, Taiwan akan berupaya untuk berpartisipasi dalam organi­sasi dan kegiatan internasional dan memenuhi tanggung jawabnya se­bagai anggota dari komunitas inter­nasional. Biarkan Taiwan bergabung dengan dunia dan biarkan dunia merangkul Taiwan.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8354 seconds (0.1#10.140)