Gerindra: Koalisi Parpol Pengusung Jokowi Rentan Bubar
A
A
A
KARANGANYAR - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono menyebut partai koalisi pengusung Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019 nanti rentan keluar dengan sendiri-sendiri.
Penyebab rentannya partai koalisi petahana bubar disebabkan karena pimpinan partai koalisi petahana telah sadar bila sosok partai dari mana Jokowi berasal lebih mendominasi ketimbang figur Jokowi.
"Berbeda dengan koalisi yang dibangun Partai Gerindra. Misal, Pak Prabowo dengan PKS, Prabowo dengan PAN itu sudah identik dengan partainya masing-masing. Tidak didominasi Partai Gerindra. Sehingga saya melihat pertemuan Jokowi dengan pimpinan parpol dan diteruskan bertemu dengan para Sekjen itu hanya pertemuan pura-pura atau pertemuan biasa saja," ujar Ferry usai bertemu dengan para kader Gerindra di Karanganyar, Minggu (5/8/2018).
Dia menilai, faktor itu jugalah yang membuat Jokowi tak segera mengumumkan siapa calon pendampingnya di Pilpres 2019 nanti. "Kalau itu juga dibantah, kenapa mereka tak segera mengumumkan siapa calon wapresnya. Dan mengapa harus menunggu Pak Prabowo mengumumkan pendampingnya. Kalau memang sudah ada, segera umumkan," terangnya.
Selain itu, kata dia, tingkat elektabelitas Jokowi yang semakin menurun juga ikut menyumbang rasa ketidakpercayaan Jokowi. Ferry membandingkan saat SBY masuk ke fase kedua kepimpinannya. Dimana sebagai petahana, elektabilitas SBY mencapai 70%. Kondisi ini pulalah yang membuat SBY tak kesulitan mencari siapa pendampingnya.
"Elektabilitas Pak SBY masuk periode kedua itu 70 persen. Sehingga Pak SBY itu menjadi varian independen mudah mencari calon siapa yang akan mendampinginya. Nah elektabilitas Pak Jokowi ini di bawah 50 persen dan bagi seorang petahana itu kurang bagus," paparnya.
Dia menambahkan, faktor terakhir yang membuat rasa percaya diri Jokowi menurun yaitu kondisi ekonomi yang serba sulit. Dimana, semua harga-harga semuannya mengalami kenaikan. Mulai dari sembako, tarif listrik hingga tarif tol seluruhnya naik dan daya beli masyarakat menurun.
Penyebab rentannya partai koalisi petahana bubar disebabkan karena pimpinan partai koalisi petahana telah sadar bila sosok partai dari mana Jokowi berasal lebih mendominasi ketimbang figur Jokowi.
"Berbeda dengan koalisi yang dibangun Partai Gerindra. Misal, Pak Prabowo dengan PKS, Prabowo dengan PAN itu sudah identik dengan partainya masing-masing. Tidak didominasi Partai Gerindra. Sehingga saya melihat pertemuan Jokowi dengan pimpinan parpol dan diteruskan bertemu dengan para Sekjen itu hanya pertemuan pura-pura atau pertemuan biasa saja," ujar Ferry usai bertemu dengan para kader Gerindra di Karanganyar, Minggu (5/8/2018).
Dia menilai, faktor itu jugalah yang membuat Jokowi tak segera mengumumkan siapa calon pendampingnya di Pilpres 2019 nanti. "Kalau itu juga dibantah, kenapa mereka tak segera mengumumkan siapa calon wapresnya. Dan mengapa harus menunggu Pak Prabowo mengumumkan pendampingnya. Kalau memang sudah ada, segera umumkan," terangnya.
Selain itu, kata dia, tingkat elektabelitas Jokowi yang semakin menurun juga ikut menyumbang rasa ketidakpercayaan Jokowi. Ferry membandingkan saat SBY masuk ke fase kedua kepimpinannya. Dimana sebagai petahana, elektabilitas SBY mencapai 70%. Kondisi ini pulalah yang membuat SBY tak kesulitan mencari siapa pendampingnya.
"Elektabilitas Pak SBY masuk periode kedua itu 70 persen. Sehingga Pak SBY itu menjadi varian independen mudah mencari calon siapa yang akan mendampinginya. Nah elektabilitas Pak Jokowi ini di bawah 50 persen dan bagi seorang petahana itu kurang bagus," paparnya.
Dia menambahkan, faktor terakhir yang membuat rasa percaya diri Jokowi menurun yaitu kondisi ekonomi yang serba sulit. Dimana, semua harga-harga semuannya mengalami kenaikan. Mulai dari sembako, tarif listrik hingga tarif tol seluruhnya naik dan daya beli masyarakat menurun.
(kri)