Koperasi dan Partisipasi

Kamis, 26 Juli 2018 - 07:48 WIB
Koperasi dan Partisipasi
Koperasi dan Partisipasi
A A A
Koperasi pada ta­hun politik tam­pak­nya se­makin di­­abai­kan. Pada­hal ek­sis­ten­­si koperasi yang ta­hun ini men­­capai 71 tahun di­ha­rapkan da­­pat memacu geliat eko­nomi di dae­rah.

Terkait ini, tema Hari Ko­­perasi Ke-71 baru-baru lalu ada­­lah "Pe­nguat­­an Koperasi Men­­dukung Eko­nomi Na­sio­nal". Selain itu Ke­menkop UKM me­negaskan pa­d­a 2018 se­ti­dak­nya akan ada se­jumlah ko­pe­rasi yang bisa ber­kembang, ya­itu ko­pe­rasi unit simpan pin­jam, ko­pe­rasi se­k­tor riil, dan ko­perasi di bi­­dang jasa. Pada 2017 pen­d­i­ri­an ko­perasi mencapai 3.892 unit dan pada 2018 di­ha­rap­kan ber­di­ri 1.100 unit.

Ir­o­nis­nya pada 2017 ada 40.013 ko­perasi di­bu­bar­­kan dengan pe­rincian 7.235 ko­­perasi dibu­bar­kan oleh dae­rah dan 32.778 di­bubarkan oleh Ke­menkop UKM, se­men­ta­ra yang 'sakit' ter­nyata juga ma­sih ba­nyak dan but­uh pe­na­ngan­an yang kompleks.

Usia 71 tahun bagi per­ge­rak­an koperasi tentu bukan usia yang muda. Namun ironis­nya di tengah usia ke­ma­pan­an­nya ter­nya­ta bukan eksistensi ko­perasi yang berkembang, me­lainkan jus­tru muncul fakta iro­nis ten­tang kian banyaknya ko­perasi yang kolaps. Memang ki­ta se­mes­tinya peduli pada na­s­­ib ko­pe­rasi, termasuk atas ka­sus ko­pe­­rasi terbelit investasi bo­dong. Ala­san yang me­nge­mu­ka ka­re­na nasib koperasi saat ini ibarat mati segan hidup tak mau.

Di satu sisi kuantitas ko­perasi memang meningkat, te­tapi kualitas koperasi dan da­ya survive-nya cenderung kian ren­­tan. Bahkan eksistensi KUD s­e­bagai urat nadi eko­no­mi di per­de­saan kini meng­alami pe­nu­runan pamor atau ju­s­tru ka­lah gesit daripada teng­kulak yang getol turun ke ba­wah je­m­put bola terhadap se­mua ke­bu­tuh­an petani atau ma­syarakat di perdesaan.

Fak­ta lain yang ti­dak bisa di­sang­kal, kolapsnya ko­pe­rasi tidak bi­sa terlepas dari era perilaku kon­sumen global dan hal ini di­per­kuat dengan du­kungan tek­no­logi yang memacu e-commerce dan digitalisasi d­u­nia ma­ya secara sistematis. Se­lain itu di tahun politik ternyata per­­hatian lebih ke sektor po­li­tik da­ri­pada bagaimana me­ma­cu ge­liat koperasi agar tidak sa­kit atau apalagi dibubarkan.

Tumbuh

Berkaca dari buramnya per­ko­perasian, pakar ekonomi ke­rak­yatan Mubyarto (alm) me­ne­gaskan, meskipun penger­ti­an economic democracy jelas l­e­bih luas daripada industrial de­mo­cracy, keduanya bisa di­te­rap­kan se­bagai asas atau style ma­na­je­men satu perusahaan yang jika
di­laksanakan dengan di­siplin ting­gi akan meng­ha­sil­kan k­e­puas­an semua pihak (stake­hold­ers) yang terlibat da­lam per­usa­ha­­an.

Itulah de­mo­kra­si in­dus­tri­al yang tak lagi meng­anggap mo­­dal dan pe­mi­lik modal se­ba­gai yang paling pen­ting dalam ker­­ja sama atau per­­usahaan, ta­pi di­anggap se­de­­­rajat ke­du­duk­an­­nya de­ngan bu­ruh/te­na­ga ker­­­ja yang ber­ar­ti mem­­­be­ri koreksi atau re­for­­ma­si pa­da ke­ku­rangan sis­tem ka­­p­italisme, l­e­bih-lebih yang ber­­­sifat neoliberal.

Prinsip employee par­­ti­ci­pa­tion, yaitu partisipasi bu­ruh-ka­r­yawan dalam peng­am­bilan ke­putusan, sangat erat kait­­­an­nya dengan asas profit-sharing. Ada­nya proses par­ti­si­pasi bu­ruh-karyawan dalam de­ci­­sion-mak­ing berarti buruh-kar­­ya­­wan ikut bertanggung ja­wab atas keuntungan atau ter­ja­di­­nya ke­rugian.

Banyak per­usa­h­a­an di ne­gara kapitalis yang men­­g­­anut po­la welfare state te­lah me­ne­rap­kan prinsip profit-sharing dan em­ployee
par­ti­ci­pa­tion ini dan yang paling jelas di an­­taranya ada­lah bangun pe­r­usa­­haan ko­pe­ra­si, baik ko­pe­ra­si pro­duksi atau koperasi kon­sum­­si, te­r­uta­ma di negara-ne­ga­ra Skan­di­na­via.

Yang justru men­­jadi per­ta­nya­an, mengapa pro­fit-sharing dan share-ow­ner­ship ? Berdasar pe­nelitian 303 per­­usahaan di Ing­gris, alasan per­­usahaan meng­adakan atur­an pembagian la­ba dan pe­mi­lik­an saham oleh kar­yawan ada 5 (Poole, 1989), ya­itu k­o­mit­men mo­ral, penahanan staf, ke­ter­li­bat­an buruh-kar­ya­wan, per­baik­­an kinerja hu­bung­an in­dus­trial, dan perlindungan dari peng­ambilalihan oleh pe­r­usa­­haan lain.

Dalam perusahaan ber­ben­tuk koperasi, sejak awal ang­go­ta koperasi adalah juga pemilik per­usahaan yang di samping bisa memperoleh manfaat lang­sung dalam berbisnis de­ngan koperasi, juga pada akhir ta­hun masih dapat menerima si­sa hasil usaha. Inilah 'rahasia'
ber­koperasi yang biasanya t­i­dak ditonjolkan oleh pengurus ka­rena praktik manajemen ko­pe­rasi sering bertentangan de­ngan “teori koperasi” yang ha­rus bersifat profit-sharing.

Ar­ti­nya koperasi justru se­ring ber­ubah menjadi “koperasi peng­­urus”, bukan “koperasi ang­­go­ta”. Profit-sharing dan shar­ing own­ership sejalan de­ngan atur­an main dari sistem eko­nomi Pan­casila yang be­rt­u­ju­an meng­hindarkan ketim­pang­an eko­nomi dan sosial dan ber­­usa­ha mewujudkan ke­adi­l­an sosial ba­gi seluruh rakyat.

Jadi para pemenang pilkada se­rentak kemarin seharusnya mu­lai berorientasi me­mi­kir­kan nasib koperasi ke depan agar bisa membantu dan ber­pe­ran bagi pembangunan eko­no­mi di daerah secara berkelanjutan.

Kekuatan

Terkait itu Noer Soetrisno (2003) menegaskan bahwa per­soalan pengembangan ko­pe­ra­si di Indonesia sering di­ce­mooh se­olah sedang
me­ne­gak­k­an be­nang ba­sah. Pemerintah di ne­ga­ra-negara berkembang me­­main­kan pe­r­an riil dalam pe­ngem­bang­­an ko­perasi da­lam fung­­si re­gu­latory dan de­ve­lop­ment.

Tidak ja­r­ang pe­ran de­ve­lop­ment justru ti­dak me­n­de­­wa­sa­kan koperasi. Ko­perasi se­jak ke­lahirannya di­sa­dari se­ba­gai suatu upaya untuk
me­­no­long di­r­i sen­di­ri secara ber­sa­­ma. Oleh ka­­rena itu dasar self help and coo­pe­­ration atau in­di­vi­dua­­litet dan so­lidaritet se­lalu di­se­but
ber­sa­ma­an sebagai da­s­ar pen­­di­ri­an­nya dan hal ini pa­da da­sar­nya ada­lah prin­sip me­­wi­ra­usa­hakan diri sendiri.

Oleh ka­re­na itu ge­rak­an koperasi se­­ca­ra ti­dak lang­sung tidak bisa le­­pas dari pem­­ber­dayaan dan nan­­tinya ini sa­­ngat terkait de­ngan penum­buh­kem­­bang­an in­­dus­tri kreatif yang kini di­gal­akan pe­merintah un­­tuk me­ning­­kat­kan ke­se­jah­te­ra­­an di era otonomi dae­rah (ot­da), ter­­uta­­ma yang ber­basiskan po­­ten­si sumber da­ya lokal.

Se­j­a­ti­nya koperasi me­le­kat dengan roh era otda ini dan ten­tu ini men­jadi tantangan bagi ke­pala dae­rah pemenang pilkada se­­ren­tak kemarin.
Mengacu pada peran de­ve­lop­ment itu, pemerintah men­du­kung pelaksanaan otda. Im­ple­­mentasi otda akan mem­be­ri­kan dampak positif bagi ko­pe­rasi dalam hal alokasi sum­ber daya alam dan pelayanan-pem­bi­naan lainnya.

Tapi ko­pe­ra­si akan semakin menghadapi ma­sa­lah yang lebih intensif den­gan pemd­a dalam bentuk pe­nem­pat­an lokasi investasi dan skala ke­giatan koperasi ka­re­na asas efis­iensi akan lebih men­desak ko­perasi untuk mem­bangun ja­ring­an yang luas dan mungkin me­lampaui ba­tas daerah oto­nom.

Di sisi lain peran advokasi oleh ge­rak­an koperasi untuk mem­beri orien­t­asi ke pe­me­rin­tah di dae­rah semakin penting dan de­ngan demikian peranan pe­­me­rin­tah di tingkat provinsi yang di­serahi tugas untuk pe­ngem­­bang­an koperasi harus mam­p­u me­njalankan fungsi in­ter­­me­dia­si semacam ini. Mung­kin ju­ga dalam hal-hal lainnya yang ber­kaitan dengan p­e­man­faat­­an infrastruktur daerah yang se­­mula menjadi ke­we­nang­an pusat.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7527 seconds (0.1#10.140)