Figur Nasionalis Religius Dinilai Kombinasi Ideal Cawapres Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi masih merahasiakan siapa bakal calon pendampingnya di pemilu presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Beredar spekulasi figur-figur dari kalangan politisi seperti sejumlah ketua umum parpol, tokoh agama, profesional hingga purnawirawan TNI/Polri.
"Jokowi mesti mengambil ulama yang punya jam terbang succes story dalam pemerintahan," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi SINDOnews, Rabu (11/7/2018).
Pangi menjelaskan, cara itu perlu dilakukan karena kelemahan Jokowi selama ini kurang bagus memaintenance isu keumatan dan Islam.
Terkesan kelompok Jokowi dituduhkan antiislam, memusuhi Islam dan merasa paling Pancasila, menghadap-hadapkan antara yang paling nasionalis dan kelompok Islam. Karenanya, Jokowi disarankan mengambil kombinasi ideal yaitu nasionalis religius.
Menurut Pangi, Jokowi harus berkaca dan menanyakan ke lingkaran inner circlenya, jika dia berpasangan dengan figur A bagaimana peluangnya. Jangan sampai asal mengambil cawapres namun tak memberikan dampak politik secara elektoral.
Jokowi dan internal koalisi harus tuntas dan matang mengkalkulasi secara matematika politik dalam memutuskan cawapres pendampingnya. Sebab cawapres menjadi determinan menentukan kemenangan selain efektifitas mesin parpol, jam terbang, personal branding, prestasi, capaian, program pro rakyat serta piawai memainkan sentimen dan isu dalam rangka mendulang elektoral pilpres.
"Yang enggak kebayang dan apa jadinya politik kita kalau Anies jadi cawapres Jokowi. Semua menjadi malu," tandasnya.
"Jokowi mesti mengambil ulama yang punya jam terbang succes story dalam pemerintahan," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi SINDOnews, Rabu (11/7/2018).
Pangi menjelaskan, cara itu perlu dilakukan karena kelemahan Jokowi selama ini kurang bagus memaintenance isu keumatan dan Islam.
Terkesan kelompok Jokowi dituduhkan antiislam, memusuhi Islam dan merasa paling Pancasila, menghadap-hadapkan antara yang paling nasionalis dan kelompok Islam. Karenanya, Jokowi disarankan mengambil kombinasi ideal yaitu nasionalis religius.
Menurut Pangi, Jokowi harus berkaca dan menanyakan ke lingkaran inner circlenya, jika dia berpasangan dengan figur A bagaimana peluangnya. Jangan sampai asal mengambil cawapres namun tak memberikan dampak politik secara elektoral.
Jokowi dan internal koalisi harus tuntas dan matang mengkalkulasi secara matematika politik dalam memutuskan cawapres pendampingnya. Sebab cawapres menjadi determinan menentukan kemenangan selain efektifitas mesin parpol, jam terbang, personal branding, prestasi, capaian, program pro rakyat serta piawai memainkan sentimen dan isu dalam rangka mendulang elektoral pilpres.
"Yang enggak kebayang dan apa jadinya politik kita kalau Anies jadi cawapres Jokowi. Semua menjadi malu," tandasnya.
(kri)