Tindakan BNPT Ungkap 7 Kampus Terpapar Radikalisme Dikritik
A
A
A
JAKARTA - Tindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang membeberkan tujuh kampus terpapar paham radikalisme diprotes Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih. Sebab, tindakan BNPT itu dianggap berdampak kepada kredibilitas dari universitas atau perguruan tinggi negeri yang ternama di Indonesia.
"Pernyataan seperti ini mestinya tidak disampaikan secara luas karena akan berdampak kepada kredibilitas dari universitas-universitas atau perguruan tinggi negeri yang ternama di Indonesia ini," ujar Fikri kepada SINDOnews, Kamis (7/6/2018).
Dia menilai, citra perguruan tinggi menuju World Class University telah dibangun puluhan tahun. Namun, lanjut dia, hasilnya sekarang baru mencapai peringkat 500.
"Dengan gencarnya ekspos berita seperti ini secara internasional tentu akan berpengaruh negatif. Belum lagi secara domestik masyarakat Indonesia akan apriori dengan pendidikan tinggi kita," jelas Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Bahkan, lanjut dia, masyarakat mungkin enggan menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi yang berkualitas. Jika penelitian BNPT itu akurat, maka paham radikalisme negatif atau terorisme atau bahkan ekstrimisme sedang dihadapi Indonesia.
"Berarti kita sedang menghadapi ideologi yang ada dalam pemahaman masyarakat yang terpapar," jelasnya.
Menurut dia, untuk mengatasinya itu dengan membangun pemahaman yang positif tentang toleransi dan keberagaman (pluralism), tentang keanekaragaman (diversity), martabat bangsa (national dignity) dan kebebasan (liberty).
"Berarti tidak sporadis dan reaksioner tapi sistematis dan terukur. Tentu ini long term bukan short term. Lewat kurikulum, sistem pendidikan sampai kita hadirkan grand design cetak biru pendidikan kita," katanya.
Sementara itu, tujuh kampus yang disebut BNPT terpapar paham radikalisme adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Insitut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB).
"Pernyataan seperti ini mestinya tidak disampaikan secara luas karena akan berdampak kepada kredibilitas dari universitas-universitas atau perguruan tinggi negeri yang ternama di Indonesia ini," ujar Fikri kepada SINDOnews, Kamis (7/6/2018).
Dia menilai, citra perguruan tinggi menuju World Class University telah dibangun puluhan tahun. Namun, lanjut dia, hasilnya sekarang baru mencapai peringkat 500.
"Dengan gencarnya ekspos berita seperti ini secara internasional tentu akan berpengaruh negatif. Belum lagi secara domestik masyarakat Indonesia akan apriori dengan pendidikan tinggi kita," jelas Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Bahkan, lanjut dia, masyarakat mungkin enggan menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi yang berkualitas. Jika penelitian BNPT itu akurat, maka paham radikalisme negatif atau terorisme atau bahkan ekstrimisme sedang dihadapi Indonesia.
"Berarti kita sedang menghadapi ideologi yang ada dalam pemahaman masyarakat yang terpapar," jelasnya.
Menurut dia, untuk mengatasinya itu dengan membangun pemahaman yang positif tentang toleransi dan keberagaman (pluralism), tentang keanekaragaman (diversity), martabat bangsa (national dignity) dan kebebasan (liberty).
"Berarti tidak sporadis dan reaksioner tapi sistematis dan terukur. Tentu ini long term bukan short term. Lewat kurikulum, sistem pendidikan sampai kita hadirkan grand design cetak biru pendidikan kita," katanya.
Sementara itu, tujuh kampus yang disebut BNPT terpapar paham radikalisme adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Insitut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB).
(kri)