Jabat Kepala BNPT, Ini Tantangan Bagi Boy Rafli Amar

Sabtu, 02 Mei 2020 - 14:03 WIB
loading...
Jabat Kepala BNPT, Ini...
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diharapkan mampu menangani aksi terotisme. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Peneliti Institute for Scurity and Strategic Studies (Isess), Khairul Fahmi menyatakan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selama ini dituding lemah. Dianggap tak jelas peranannya dan cenderung tampak sebagai kepanjangan tangan Polri. (Baca juga: Boy Rafli Pimpin BNPT, Pengamat: Kontra-Radikalisme Perlu Diperkuat)

"Koordinasi lintas sektor tak berjalan baik akibat ego masing-masing lembaga pemangku kepentingan. Ujungnya, efektivitasnya diragukan," tutur Fahmi, Sabtu (2/5/2020).

Menurut Fahmi, saat ini Kepala BNPT dijabat oleh Irjen Pol Boy Rafli Amar menggantikan peran Suhardi Alius yang masuk masa pensiun. Sama seperti seniornya itu, Boy adalah sosok yang cukup populer karena pernah menjabat Kadiv Humas Polri. "Bedanya, beliau (Boy) juga orang lama di urusan pemberantasan terorisme, generasi pertama Densus 88 Antiteror Polri," ungkapnya.

Fahmi menuturkan, apakah Boy akan mampu mengatasi problem-problem koordinasi lintas sektor, dan mampu menjawab ekspektasi banyak kalangan untuk mengembangkan model pemberantasan teror yang tidak lebih menakutkan ketimbang terornya itu sendiri.

Menurutnya, pengalaman kehumasan, popularitas dan jam terbangnya dalam pemberantasan teror bisa menjadi modal yang bagus untuk menggalang dukungan yang lebih besar bagi proposal pemberantasan terorisme yang akan ditawarkannya. "Termasuk dalam aspek pencegahan dan rehabilitasi yang mestinya memang lebih ditonjolkan oleh BNPT," ujarnya.

Fahmi mengatakan, sejak awal dirinya tidak sepakat pada istilah pencegahan. Termasuk deradikalisasi karena ini cenderung abstrak dan implementasinya berpotensi diskriminatif. Sebaliknya, istilah yang lebih tepat mungkin semacam mitigasi. Di sana, kata dia, ada aspek kewaspadaan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan dan trauma healing. "Tak cuma omong soal Pancasila sampai berbusa tapi aksinya nol," ucap dia.

Untuk itu, dia berharap, mantan Kapolda Banten itu tidak menawarkan gagasan yang muluk-muluk. Namun juga tidak melulu mengusung hard approach ala Densus 88, yang dikritik banyak pihak. Di sisi lain, Boy diharapkan tak hanya bicara capaian-capaian statistik tanpa ukuran kualitatif, dalam aspek penindakan. "Saya akan angkat dua jempol buat Boy Rafli, jika di masanya ini terduga pelaku teror yang tewas dalam tahanan atau saat penggerebekan, syukur-syukur bisa nol," ucapnya.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1505 seconds (0.1#10.140)