Kemenangan Oposisi Malaysia

Jum'at, 11 Mei 2018 - 05:20 WIB
Kemenangan Oposisi Malaysia
Kemenangan Oposisi Malaysia
A A A
PEMILU Malaysia ka­li ini menjadi pe­mi­lu yang paling he­boh dan his­to­ris. Baru ter­jadi pertentangan ta­jam an­ta­ra guru dan murid, an­tara se­nior dan junior, an­ta­ra mantan per­dana menteri ­de­ngan per­da­na menteri da­lam sejarah po­li­tik Malaysia se­jak ke­mer­de­ka­an­nya. Ini ju­ga pertama kali ter­ja­di tokoh pen­ting UMNO ­ber­ko­laborasi de­ngan mantan mu­suh po­l­i­tik­nya untuk tidak se­ka­dar me­menangi pemilu, tetapi ju­ga meruntuhkan UMNO se­la­ku partai penguasa sejak ke­mer­­de­kaan. Panggung politik mut­­akhir di Malaysia memang benar-benar menggambarkan per­­tentangan antarelite yang me­­libatkan tokoh-tokoh pen­ting, yakni Najib Razak, Ma­ha­thir Mohamad, dan juga An­war Ibrahim–meskipun masih di pen­jara. Berikut beberapa ca­­tat­an terkait keunikan pang­­gung politik Malaysia ini.

Pertama, isu etnis menjadi ba­­gi­an penting. Dipicu oleh kon­­flik berdarah pada 1969 yang melibatkan tiga puak uta­ma, yaitu Melayu, China, dan Ke­­ling (India), maka pe­me­rin­tah membangun sebuah struk­tur politik yang didasarkan ke­pa­­da etnik (ethnic-based poli­tics). Karena itu, pe­me­rin­tah­an yang dibangun juga me­ru­pa­kan pe­merintahan koalisi et­nis an­ta­­ra Melayu (UMNO), Chi­na (MCA) dan Keling atau In­­dia (MIC) yang disebut de­ngan Ba­ris­an Nasion (BN) dan di­pimpin oleh UMNO. Ini ber­im­bas pada kebijakan-ke­bi­jak­an bidang so­s­ial, ekonomi dan ju­ga hukum.

UMNO harus men­jadi the lead­ing party ka­re­na memang harus men­jaga ke­me­layuan di sa-mping me­ya­kin­kan stabilitas po­li­tik bisa ter­jaga. Mekanisme de­mo­kra­si biasa sebagaimana yang mi­sal­n­ya diterapkan di In­do­nesia ti­dak mungkin di­la­ku­kan di Ma­laysia karena akan mem­bu­ka peluang Melayu te­r­ping­gir­kan. Ini langkah afir­ma­tif yang ten­tu saja akan lebih mem­be­rikan political advantage le­bih be­sar kepada UMNO. Ma­ha­thir telah menikmatinya se­la­ma 22 tahun melalui pemilu yang penuh rekayasa. Pe­ris­ti­wa atau clash berdarah an­tar­et­nis pa­da 1969 telah me­nye­bab­kan trau­ma ber­ke­pan­jang­an dan se­ka­ligus menjadi amu­nisi bagi Ma­hathir waktu itu un­tuk ber­lama-lama berkuasa se­cara oto­ri­tarian dan “dra­co­ni­an” selama 22 tahun. De­mo­krasi ter­sum­bat karena trau­ma clash etnik.

Kedua, otoritarianisme me­­ru­pakan ciri Mahathir de­ngan UMNO-nya ketika itu. M­a­­ha­thir adalah contoh yang gam­­­blang figur pemimpin oto­ri­ter di Asia yang sangat fe­no­menal. Se­bagaimana negara-negara yang baru berkembang se­perti In­­donesia era Soe­har­to, Ma­­lay­sia meng­­uta­ma­kan sta­­bi­li­tas po­li­tik agar mo­derni­­s­asi bisa ber­­jalan. Mo­derni­sasi men­jadi se­­ma­cam ide­o­­lo­gi baru yang ha­rus di­a­nut oleh se­mua orang agar per­ubah­an, per­baik­an, dan ke­­ma­ju­an Malaysia benar-benar ter­wujud. Ke­bijakan eko­no­mi ba­ru (NEP) di­te­rap­kan agar ma­­­syarakat, ter­utama Me­­la­yu, me­nik­m­ati per­baik­an eko­no­­­mi. Untuk itu, di­bu­tuh­kan per­­ang­kat undang-undang dan per­­­aturan yang bisa mem­­­be­­ri­kan jaminan ke­­pada pe­me­­rin­tah un­tuk mengontrol ma­­sy­a­ra­­kat secara ketat dan ke­­ras. Itu­lah, produk hu­kum di era itu cen­de­rung “draconian”. Ber­­be­­da, apalagi kritik dan me­­la­wan ­pe­merintah, akan di­lin­das. An­war Ibrahim ada­lah sa­lah se­orang korban oto­rit­a­ria­n­isme Ma­hathir de­ngan UMNO-nya.

Ketiga, gerakan reformasi te­­­lah ikut mewarnai panggung po­­­litik Malaysia. Sejak Anwar di­­­­co­pot jabatannya sebagai wa­­kil perdana menteri, di­pe­cat da­ri UMNO dan kemudian di­­pe­n­ja­­rakan oleh Mahathir de­ngan tu­­duhan sodomi, ge­rak­an re­for­­masi yang pada ma­sa awal­nya didukung oleh kaum pr­o­fe­si­o­­nal, aka­de­mi­si/ in­telektual ter­­masuk ma­ha­sis­wa mulai meng­­geliat dipimpin oleh istri An­­war Ibrahim. He­mat penulis, re­­­formasi di Ma­lay­sia ter­ins­pi­rasi oleh re­for­ma­si di­ I­n­do­ne­sia yang di­ge­rak­kan oleh sa­ha­bat Anwar Ibra­him, yaitu Amien Rais. Me­­mang tidak se­per­ti yang ter­jadi di Indonesia, di Ma­lay­sia ide reformasi dan pe­nguat­an demokrasi tampak le­­bih perlahan, meskipun te­ra­sa dampaknya.

Dua pemilu ter­­akhir merupakan gam­­­baran nya­ta bagaimana An­war ber­ha­sil membangkitkan se­buah ke­kuat­an aliansi oposisi men­­de­gra­dasi UMNO. Penulis ber­­ke­ya­kinan bahwa “ref­or­ma­si per­la­han” gaya Malaysia telah ber­ha­sil memperlemah UMNO hing­ga pada akhirnya runtuh sa­ma sekali melalui pemilu ter­akhir ini. Mahathir me­la­n­jut­kan Anwar memimpin untuk me­nyempurnakan tanda-tan­da keruntuhan UMNO yang su­­­dah terlihat sejak dua pe­mi­lu ter­akhir. Ini tentu a great and amazing victory bagi oposisi.

Dalam pemilu parlemen kali ini, koa­lisi Pakatan Ha­rap­an (PH) yang dipimpin Ma­ha­thir sukses meraih 113 kursi da­­ri total 222 kursi parlemen. ­Ke­­me­n­angan ini me­leng­ga­ng­kan lang­kah po­li­tikus gaek ber­usia 92 tahun itu men­du­duki posisi per­dana men­­te­ri.

Tadi malam dia secara resmi di­lantik s­e­ba­gai perdana men­teri ketujuh di Istana Na­sional Ma­­laysia. Dengan de­mi­kian Ma­­­hathir tercatat seb­a­gai ke­pa­­la negara tertua di dunia.

Sebelumnya mantan pe­mim­­­pin Partai UMNO itu per­nah menjabat sebagai PM Ma­lay­sia selama 22 tahun (1981–2003). Ini merupakan sejarah karena kali per­ta­ma PH menang atas Barisan Na­sional (BN). Janji po­litik yang di­ta­war­kan saat kampanye mer­u­pa­kan antitesis dari kebijakan Na­­jib Razak, diantaranya, kon­­troversi investasi China yang dianggap merugikan rak­­yat dan Malaysia. Dia ber­janji akan menyusun dan me­ne­­rap­kan kebijakan pro­rak­yat dan mem­perhatikan masa de­pan Malaysia.

Transitional Democracy

Aliansi unik antara Ma­ha­thir de­ngan Anwar Ibrahim da­­lam me­runtuhkan UMNO mem­­­be­ri­kan petunjuk jelas bah­­­­wa per­mu­suhan politik me­­re­­ka ber­akhir karena ada ke­­pe­n­ting­a­n-kepentingan ber­sama yang di­per­caya lebih be­sar dan ur­g­en, ya­itu selain me­­ru­n­tuh­kan do­mi­na­si UMNO juga mem­­ba­ngun M­a­lay­sia yang le­bih kuat, ma­ju, dan ber­pe­r­adab­an. Ma­ha­thir me­relakan dirinya un­­tuk ke­luar dari UMNO, ber­­juang ber­sa­­ma de­ngan opo­si­si me­­run­­tuh­kan UMNO. Di ma­ta UMNO, tentu ini di­ang­­gap se­ba­gai peng­­khia­­nat­an ter­­besar ka­r­­­e­na jus­t­ru di­la­ku­kan oleh Ma­ha­thir, to­koh yang te­lah me­­m­­­­i­m­pin dan mem­be­­sar­­kan UMNO dan M­­a­­lay­sia se­­­lama 22 ta­­hun. Ta­pi, wa­rning pen­­­­ting­nya agar Ma­­lay­sia ti­dak men­ja­di ne­gara klep­­t­o­kra­tik telah men­­do­rong Ma­hathir m­e­­­mim­pin Ge­rakan Ber­sih dan rela men­­ja­tuh­kan UMNO.

Memang tidak di­te­mu­kan to­koh lain yang me­miliki ke­kuat­­an cukup, ke­ma­tangan dan ka­risma kuat un­tuk men­ja­­tuh­kan UMNO ke­cuali An­war dan Ma­hathir, dua tokoh yang me­mang sec­a­ra riil di­takuti. Ke­me­nang­an ini, da­lam bacaan p­e­nu­lis, men­­ja­di mo­mentum besar un­­tuk meng­antarkan sebuah per­­ubah­an mendasar yang me­­mang telah menjadi pikiran An­­­war dan Mahathir. Sudah di­­­pas­ti­kan Mahathir akan men­­jadi per­dana menteri dan is­tri An­war, Wan Azizah Wan Is­mail, men­jadi wakilnya. Tapi ini me­ru­pakan pemerintahan tran­­si­si­o­nal yang akan meng­hu­­bung­kan dan meng­an­tar­kan sebuah era perubahan riil ke depan.

Jika Mahathir tetap ber­ko­­­mit­­men dengan perjanjian po­­­­li­tik­nya, maka posisinya se­­b­­­agai per­dana menteri akan di­­se­rah­kan kepada An­war. Pe­me­rin­tah­an transis­io­nal ini se­ha­rus­nya akan me­la­ku­k­an paling ti­dak dua hal men­da­sar, yaitu me­la­kukan re­for­masi hu­kum dan me­nye­rah­kan kur­si perdana men­te­ri ke An­war. Lang­kah per­­ta­ma, se­ba­ga­i­ma­na yang se­­be­tul­­nya te­lah di­per­juang­kan la­­­ma oleh An­war, sangat­lah fun­­­da­­men­tal ka­rena de­mo­­kra­si subs­­tansial akan mem­­per­­oleh per­lin­dung­an hu­kum dan po­li­tik se­ca­ra nya­ta.

Dan, me­­lalui lang­kah ke­dua, maka An­­war akan men­­jadi perdana men­­teri per­­t­a­ma yang ko­mit­men re­for­­ma­­tifnya men­da­pat­­kan ke­­sem­­pat­an yang sa­ngat pas. Se­ha­­ru­s­nya Anwar me­­­mang men­­jadi per­­da­na men­­­teri meng­­ga­n­ti­­kan Ma­ha­­thir du­lu, akan tetapi ter­tun­­­da. Dan, baru akan mem­­per­­­oleh ke­­sem­patan nyata meng­­­gan­ti­kan Mahathir me­l­a­lui hasil pe­milu kali ini. Itu pun ji­ka Ma­hathir tidak ber­ubah pi­kir­­an mengkhianati per­jan­ji­an po­litik. Tapi, he­mat pe­nu­lis Ma­hathir tidak akan bu­nu­h diri di usia sen­ja­nya. Dia akan memilih lang­kah yang el­egan dan te­r­hor­mat me­mu­lus­kan ja­l­an terjal An­war ke po­sisi per­dana men­te­ri.

Wallahu a’lam.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3536 seconds (0.1#10.140)